Kalau memang serius ingin menggali alternatif pangan di lingkungan sekitar rumah yang pastinya jauh lebih murah, tapi tetap sehat dan bisa berkelanjutan kedepannya, sepertinya saya, anda dan kita semua perlu belajar sama si Gundul dengan lebih intensif menyaksikan program acara petualangan yang cukup unik, "Jejak si gundul" yang tayang di Trans 7.
Jejak si gundul yang secara reguler tayang  mulai pukul 17.00 WITA dan dipandu oleh presenter nyentrik bekepala plontos kelahiran Metro Lampung, Heru Gundul ini, selain sangat menghibur pemirsanya dengan sajian petualangan penuh warna nan menyegarkan mata khas pelosok nusantara, juga selalu menghadirkan sisi unik sekaligus juga kreatifitas masyarakat lokal setempat dalam memanfaatkan hasil alam untuk diolah menjadi produk pangan yang inovatif dan tentunya bermanfaat.
Baca Juga : Â Pesona "Bunga Palilak" Si-Multi Manfaat dari Rawa-rawa Kalimantan
Totalitas Heru Gundul yang selalu terlibat secara langsung dalam setiap scene eksplorasi bahan pangan di alam termasuk dalam proses pengolahannya, sering kali mengungkap sumber pangan baru yang sebelumnya sama sekali tidak terbayangkan oleh siapapun guna dan manfaatnya, tiba-tiba saja bisa diolah menjadi produk pangan bercitarasa juara dengan beragam manfaat yang tidak kalah menkajubkannya, termasuk kandungan nutrisi dan juga juga kemungkinan nilai ekonominya.
Memicu Kreatifitas
Menyaksikan program acara si Gundul, sejatinya kita diajak kembali mengeksplorasi sekaligus mengenali potensi bahan sumber pangan di alam yang ada di sekitar kita yang sejatinya begitu kaya dan tersedia sangat melimpah.Â
Jadi jangan heran, jika dalam berbagai episodenya, sumber pangan "tidak lazim" (menurut pandangan umum ) yang sengaja diolah menjadi makanan lezat oleh si Heru alias si gundul dan tuan rumah ini bahannya ada disekitar kita, bahkan banyak sekali, hanya saja kadang-kadang karena ketidakpahaman dan ketidak tahuan kita, akhirnya dianggap sebagai limbah, sampah atau sebutan-sebutan setara lain yang akhirnya menjadi alasan kita tidak merasa perlu untuk mengeksplor manfaatnya.
Baca Juga  :  Jaring Tahi Lala, Cara Asyik Menikmati Jengkol ala Urang Banjar
Sebut saja olahan beragam penganan atau kue-kuean berbahan dasar kulit buah-buahan, seperti kulit pisang, kulit kakao, kulit manggis bahkan kulit semangka dan banyak lagi yang lainnya. Nah, mungkin selama ini sama sekali tidak pernah terbayangkan dalam benak kita untuk mengolah kulit pisang menjadi beragam olahan kue lezat dengan kandungan nutrisi yang tetunya bikin sehat, apalagi mengolah kulit semangka menjadi tumisan sedap!?
Selain itu, kulit pisang juga mengandung beberapa antioksidan, seperti fenolik, flavonoid, tanin, karotenoid dan polifenol yang sangat bermanfaat. Tidak hanya, kulit pisang ternyata juga mengandung senyawa yang bersifat antiinflamasi dan antimikroba yang efektif untuk melawan bakteri, jamur, dan ragi. Naaah, masih mau buang kulit pisang?
Baca Juga :  Kisah Demam Harga, Anomali Sayur "Carter" Pesawat dan Ikan Haruan Seharga Daging Sapi                        Â
Dari keluarga besar pohon pisang ini, ternyata si Gundul tidak hanya berhasil mengungkap kekayaan kuliner nusantara dari buah dan kulit buahnya saja, tapi juga jantung, batang, sampai bagian bonggol pisangnya, ternyata juga sedap diolah menjadi beragam olahan kuliner lezat dan tentunya bernutrisi, seperti gulai dengan ditambah buah pisang mudanya, opor yang sedap, abon dan juga camilan keripik yang renyah dan lezat.Â
"Spesial Bahan Pangan Hewani"
Jejak si Gundul tidak hanya mengajak kita mengenali bahan pangan alternatif dari tumbuh-tumbuhan saja, tapi juga bahan pangan hewani. Hanya saja, khusus untuk sajian bahan pangan hewani ini, memang ada beberapa yang mungkin terlihat "kurang nyaman" untuk ditonton, baik dari segi keumuman dan juga segi kehalalan-nya yang mungkin masih menjadi polemik di masyarakat, khususnya bagi umat Islam, semisal olahan tongseng tokek, arem-arem bekicot, mangut kelelawar, lemper kadal, kue isi kaki seribu atau aneka olahan ulat dan sejenisnya.Â
Khusus kuliner yang mungkin termasuk ekstrim ini, saya serahkan kepada pemirsa saja! Kalau mau terus menyaksikan untuk menambah informasi dan  pengetahuan ya monggo! Karena intinya, jika kesan pertama memang menggoda, selanjutnya memang terserah anda! Betul?Â
Baca Juga :  Mengenal Teknik "Babanam", Barbeque Tradisional ala Urang Banjar            Â
Apalagi, episode eksplorasi sajian kuliner yang sifatnya (mungkin) termasuk ekstrim ini prosentasenya tidak banyak, selain itu Jejak si Gundul juga masih mempunyai stok sajian inspiratif berbahan pangan hewani lainnya yang sangat menarik dan tentunya prosentasenya jauh lebih besar, termasuk tematik bahan pangan pengganti daging ayam dan juga telur yang mempunyai nilai manfaat sebanding. Â
Penasaran dengan sajiannya?
Substitusi Ayam dan Telur
Seharusnya, masyarakat nusantara tidak perlu bingung dengan adanya fenomena daging sapi yang kelewat mahal apapun penyebabnya, juga kemungkinan kelangkaan telur ayam yang keduanya selama ini secara umum, menjadi andalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan asupan gizi seimbang.
Kenapa kita lupa, negeri kita yang subur makmur merupakan habitat alami dari beragam tanaman pangan dan juga hewan ternak dengan kandungan nutrisi bermanfaat yang tidak kalah dengan kandungan gizi dalam daging sapi dan telur. Mungkin kedepanya, hanya soal komitmen, waktu dan pembiasaan saja melupakan daging sapi dan juga telur.
Baca Juga : Â Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin
Seperti sudah jamak kita pahami, nusantara kita merupakan surganya beragam jenis unggas yang sangat menjanjikan menjadi sumber pangan dan sumber nutrisi berkelanjutan. Sebut saja beragam jenis ayam ras lokal atau ayam kampung yang terkenal dengan kandungan nutrisinya, bebek atau itik, menthok atau Urang Banjar menyebutnya sebagai itik jepun, itik serati hasil kawin silang itik dengan menthok, belibis, sampai angsa.
Bahkan, banyak penelitian yang menyebutkan beberapa jenis ikan mempunyai nutrisi yang jauh lebih baik, salah satunya adalah karena adanya kandungan asam lemak omega 3 pada ikan tuna, salmon dan ikan kembung.
Kandungan protein belut sangat tinggi dan dagingnya yang bercita rasa lezat. Biasanya daging belut diolah menjadi makanan gurih. Namun kali ini Gundul akan mengkreasikan daging belut menjadi bahan baku rolade. Selengkapnya dalam #JejakSiGundul hari ini jam 15.00 WIB. pic.twitter.com/RaOUbFHtLl— TRANS7 (@TRANS7) May 22, 2020
Tidak hanya itu, daging dari jenis ikan yang masuk ordo anguilliformes atau kelompok ikan dengan tubuh menyerupai ular, seperti belut (Monopterus albus), sidat aau lubang atau pelus (Anguilla marmorata), ternyata mempunyai protein yang lebih tinggi dibandingkan telur dan setara dengan daging sapi. Hebatnya, daya cerna protein dalam belut juga sangat tinggi sehingga cocok untuk semua kelompok usia. Kerenkan!?
Khusus untuk olahan dari keluarga besar belut-belutan ini, jauh-jauh hari jejak si Gundul sudah mengajak kita membuat olahan ralade belut, sate buntel belut, bolen belut, serabi pelus dan lain-lainnya. Ada lagi? Tentu masih banyak ...
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H