"Tadi, kami bertiga berenang di pinggiran jalan, tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di dekat kami, melalui jendela kaca yang dibuka, seorang ibu-ibu berkerudung  memberikan sekardus mi in***** goreng dan dua bungkus minyak goreng dalam plastik hitam, sambil berucap dibagi ya! (kemungkinan besar, maksudnya dibagi bertiga karena tidak ada orang lain disitu) setelah itu sidin (beliau;bhs banjar) pergi".Â
"Setelah sidin pergi kami pulang, tidak melanjutakan berenang lagi. Pada saat melewati sebuah posko (bantuan banjir) kami disetop dan sekardus mi in***** goreng dan dua bungkus minyak goreng dalam plastik hitam itu diminta dan sebagai gantinya, kami bertiga masing-masing diberi 3 (tiga) bungkus mi in***** goreng dan disuruh pulang".
Baca Juga : Â Pesona Maskulin Motor Trail di Medan Kubangan Banjir
Seperti itu kira-kira diskripsi cerita si-noval kepada ibunya, sesaat setelah bocah kelas 2 SD itu bersama dua teman bermainnya merasa "dibegal" oleh seseorang di tempat yang menurutnya seharusnya aman.
Diskripsi cerita diatas, saya dapatkan dari istri saya yang kebetulan tadi pagi bertemu dengan ibu si-noval, seorang pendatang dari Pulau Jawa dan bekerja sebagai ART yang kebetulan sebelum pandemi covid-19 dan banjir besar yang merendam Kalsel, sering bantu-bantu istri saya membuat kue di rumah untuk dijual lagi.Â
Dari cerita diatas, ada fenomena menarik terkait klaim "pembegalan" yang dialami noval dkk yang saya yakin kebenarannya, karena saya mengenal dengan baik tipikal dan kepribadian anak ini. Khususnya, terkait motivasi si-pembegal! Â
Kalau melihat "pembegal" dan juga lokasi "pembegalan", memang bisa multitafsir! Setidaknya ada tiga kemungkinan, yaitu untuk dibagi lagi kepada korban banjir yang lain seperti yang semestinya (inipun perlu transparansi data penerimanya, atau setidaknya dokumentasinya), untuk kepentingan logistik posko atau jangan-jangan malah untuk dibawa pulang sama si pembegal! Bagaimana menurut anda?
Kasus faktual "pembegalan" bantuan yang dialami bocah noval dkk ini mudah-mudahan bukan bagian dari fakta gunung es dalam dinamika berdirinya banyak posko bantuan yang berdiri secara swadaya oleh masyarakat sebagai respon terhadap musibah bencana yang terjadi disekitarnya. Bukan hanya fakta pembegalannya saja, tapi juga mulai dari pendirian posko sampai penyalurannya yang sepertinya dilapangan tidak ada aturannya apalagi pengawasannya dari pihak berwenang!
Baca Juga  :  Mewaspadai Ular Berkeliaran dan Memburu Ikan-ikan Tersesat Saat Banjir
Memang, kita patut mengapresiasi semua pihak yang secara sukarela mau bersusah-payah mendirikan posko bantuan bencana secara swadaya yang tentunya "domodali" secara mandiri oleh masyarakat yang umumnya melalui organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, parpol dan banyak lagi lainnya, masalahnya fakta dilapangan banyak juga posko yang didirikan secara spontan oleh masyarakat yang kadang-kadang memang tidak jelas background, afiliasinya, apalagi data penyaluran bantuannya. Ini yang perlu diperhatikan! Â
Jangan sampai kedepannya, kesungguhan para relawan yang secara sukarela harus berjaga 24 jam untuk menerima sekaligus menyebarkan beragam laporan dan informasi aktual terkait musibah yang dialami, ada juga yang sekaligus melakukan rescue dilapangan, termasuk juga menerima  dan mengelola penyaluran bantuan dari masyarakat kepada korban bencana di lapangan, tiba-tiba harus ternodai dan akhirnya ikut menanggung beban moral akibat ulah "oknum" yang tidak bertanggng jawab.
"Celah" kebocoran atau penyimpangan bantuan sosial dari masyarakat yang dipercayakan melalui posko yang bayak bertebaran, bisa diminimalisir jika ada pengawasan dari pihak berwenang serta ada aturan dan peraturan yang secara jelas memuat semua konsekuensi, tanggung jawab dan kewajiban dari pembentukan posko swadaya masyarakat disaat bencana, termasuk tugas terpentingnya, pertanggungjawaban pengelolaan bantuan masyarakat yang masuk ke posko yang umumnya bentuknya sangat beragam, bisa sembako, pakaian, obat-obatan dan alat kesehatan, apalagi dalam bentuk uang cash yang harus dan wajib sampai kepada yang paling  berhak dan benar-benar membutuhkan bantuan, yaitu masyarakat di daerah terdampak bencana.Â
Semoga Bermanfaat!
Salam dari kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI