Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Begal" Bantuan Sosial dan Perlunya Aturan dan Pengawasan Pendirian Posko Bencana "Swadaya Masyarakat" di Jalanan

25 Januari 2021   16:59 Diperbarui: 25 Januari 2021   17:15 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posko Induk Kemanusiaan untuk penanganan banjir Kalsel, Kantor Cabang ACT Kalsel di Banjarmasin yang Dikelola Secara Profesional | act.id

"Tadi, kami bertiga berenang di pinggiran jalan, tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di dekat kami, melalui jendela kaca yang dibuka, seorang ibu-ibu berkerudung  memberikan sekardus mi in***** goreng dan dua bungkus minyak goreng dalam plastik hitam, sambil berucap dibagi ya! (kemungkinan besar, maksudnya dibagi bertiga karena tidak ada orang lain disitu) setelah itu sidin (beliau;bhs banjar) pergi". 

"Setelah sidin pergi kami pulang, tidak melanjutakan berenang lagi. Pada saat melewati sebuah posko (bantuan banjir) kami disetop dan sekardus mi in***** goreng dan dua bungkus minyak goreng dalam plastik hitam itu diminta dan sebagai gantinya, kami bertiga masing-masing diberi 3 (tiga) bungkus mi in***** goreng dan disuruh pulang".

Baca Juga :  Pesona Maskulin Motor Trail di Medan Kubangan Banjir

Seperti itu kira-kira diskripsi cerita si-noval kepada ibunya, sesaat setelah bocah kelas 2 SD itu bersama dua teman bermainnya merasa "dibegal" oleh seseorang di tempat yang menurutnya seharusnya aman.

Diskripsi cerita diatas, saya dapatkan dari istri saya yang kebetulan tadi pagi bertemu dengan ibu si-noval, seorang pendatang dari Pulau Jawa dan bekerja sebagai ART yang kebetulan sebelum pandemi covid-19 dan banjir besar yang merendam Kalsel, sering bantu-bantu istri saya membuat kue di rumah untuk dijual lagi. 

Dari cerita diatas, ada fenomena menarik terkait klaim "pembegalan" yang dialami noval dkk yang saya yakin kebenarannya, karena saya mengenal dengan baik tipikal dan kepribadian anak ini. Khususnya, terkait motivasi si-pembegal!  

Rian D'Massive Menyerahkan Bantuan Kepada Korban Banjir Kalimantan Selatan | IG rianekkypradipta/kapanlagi.com
Rian D'Massive Menyerahkan Bantuan Kepada Korban Banjir Kalimantan Selatan | IG rianekkypradipta/kapanlagi.com

Kalau melihat "pembegal" dan juga lokasi "pembegalan", memang bisa multitafsir! Setidaknya ada tiga kemungkinan, yaitu untuk dibagi lagi kepada korban banjir yang lain seperti yang semestinya (inipun perlu transparansi data penerimanya, atau setidaknya dokumentasinya), untuk kepentingan logistik posko atau jangan-jangan malah untuk dibawa pulang sama si pembegal! Bagaimana menurut anda?

Kasus faktual "pembegalan" bantuan yang dialami bocah noval dkk ini mudah-mudahan bukan bagian dari fakta gunung es dalam dinamika berdirinya banyak posko bantuan yang berdiri secara swadaya oleh masyarakat sebagai respon terhadap musibah bencana yang terjadi disekitarnya. Bukan hanya fakta pembegalannya saja, tapi juga mulai dari pendirian posko sampai penyalurannya yang sepertinya dilapangan tidak ada aturannya apalagi pengawasannya dari pihak berwenang!

Baca Juga  :  Mewaspadai Ular Berkeliaran dan Memburu Ikan-ikan Tersesat Saat Banjir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun