Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penting, Sebaiknya Tes Buta Warna Dulu Sebelum Memilih Sekolah/Kampus Impianmu!

11 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   21:05 11018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandaianya, saat penjurusan di SMA atau bagus lagi lebih dini saat di level SD atau SMP juga dilengkapi tes buta warna dan saya terbukti sebagai salah satu penyintasnya, tentu saya sadar diri dan pasti tidak akan memaksakan diri untuk "membangun cita-cita menjadi dokter sejak kecil", apalagi memilih jurusan A2 saat SMA, terlebih memilih fakultas kedokteran sebagai tambatan cita-cita! 

Sehingga energi yang ada selama itu bisa disalurkan lebih efektif untuk membangun harapan dan cita-cita lain yang sesuai dengan statusnya sebagai penyintas buta warna, dengan begitu kerugian material maupun nonmaterial bisa dihindari sejak dini pula.

Inilah relevansi perlunya tes buta warna sejak dini di Indonesia!

Piring Test Ishihara Klasik, Angka Berapa Saja yang Anda Lihat? | idntimes.com 
Piring Test Ishihara Klasik, Angka Berapa Saja yang Anda Lihat? | idntimes.com 

Perlunya Tes Buta Warna Sejak Dini!

Sistem pendidikan-sosial di Indonesia belum memberikan akses tes buta warna sejak dini yang sebenarnya sangat bermanfaat. Bagi orang tua si-anak, hasil tes buta warna sangat membantu dalam hal perencanaan pendidikan jangka panjang,  sekaligus mengarahkan cita-cita anak agar sesuai dengan kondisi faktual yang dimilki oleh si anak. 

Sedangkan bagi pemerintah, hasil tes buta warna bisa berguna sebagai dasar pemetaan potensi anak-anak Indonesia, sekaligus untuk menyusun blueprint jangka panjang manajemen sumber daya manusia Indonesia, generasi penerus yang kelak pasti akan menerima estafet kelangsungan kehidupan bangsa dan Negara di masa mendatang dengan cara yang lebih efektif dan efisien,

Apalagi, status “tidak buta warna” menjadi syarat mutlak yang tidak bisa diganggu gugat untuk bisa melanjutkan ke pendidikan tinggi berbasis ilmu eksakta, juga untuk berkarir di kemiliteran dan semua pendidikan kedinasan milik pemerintah seperti STAN, STPDN dll. Nah lhooooooo!  

Sekali lagi, coba bayangkan! Seandainya tiap tahun di Indonesia ada 1.000 saja generasi emas bangsa ini yang bernasib sama saya, salah memilih cita-cita karena buta warna, tentu bangsa Indonesia telah rugi besar, kehilangan banyak energi generasi emas, generasi potensial yang seharusnya bisa diberdayakan dengan benar secara lebih efektif dan efisien.

Baca Juga :   Ternyata Cinta Tidak Buta (Warna) 

Selanjutnya, saya menyarankan kepada para orang tua dan lembaga pendidikan, agar sesegara mungkin mengawali perencanaan pendidikan anak-anak ( terutama laki-laki, karena anak perempuan umumnya sebatas carrier atau pembawa sifat buta warna) dengan tes buta warna, sebelum menentukan pilihan jurusan ataupun lembaga sekolah/kuliah yang akan dijadikan tempat berlabuh untuk menimba ilmu. Prinsipnya, dilakukan lebih dini lebih baik! 

Di jaman yang serba digital seperti saat ini, sangat mudah untuk mengakses test buta warna digital. Tes buta warna mandiri boleh saja dilakukan untuk sekedar mengetahui statusnya, buta warna atau normal. Hanya saja khusus bagi penyintas buta warna parsial, jika ingin ingin di breakdown lagi untuk mengetahui parsialnya di warna apa, sepertinya tetap harus ke dokter mata ya! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun