Saran dan rekomendasi dari tim psikologi yang tentunya didasarkan pada hasil tes psikologi dan hasil wawancara singkat, menyarankan saya memilih jurusan A1 (Fisika) atau A2 (Biologi) dan karena cita-cita saya ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran, maka saya disarankan memilih jurusan yang konon mempunyai relevansi paling dekat, yaitu jurusan A2 atau Biologi. Sampai disini, semua OK!
Baca Juga : Memasyarakatkan, Pentingnya Tes Buta Warna Sejak Dini
Alhamdulillah, perjalanan saya mengarungi bahtera bersama jurusan A2 (Biologi) berjalan lancar, bahkan ending-nya sangat memuaskan. Dari kelas penjurusan yang dimulai sejak naik ke kelas 2, semuanya lancar dan bisa saya katakan sebagai tahun-tahun excelent saya! Saya lulus dengan hasil memuaskan, bahkan saya juga diterima di tempat yang saya cita-citakan sejak kecil, yaitu fakultas kedokteran.
Coba Tebak, Siapa Tokoh dalam Piring Ishihara Hasil Inovasi Terbaru dari Optiacl Express | intisari.grid.id/optical express
Sayangnya, saat daftar ulang yang di bagian akhirnya menharuskan semua calon mahasiswa melakukan tes kesehatan, saya dinyatakan buta warna dan dinyatakan tidak bisa melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran. Menurut anda apa yang saya rasakan saat itu?
Coba bayangkan, cita-cita yang sudah saya bangun dan saya juga orang tua dan orang-orang terkasih disekitar saya perjuangkan sepenuh hati sejak lama, mimpi indah yang bara spiritnya selalu saya jaga di sepanjang waktu, saat itu harus saya akhiri justru ketika sebelah kaki saya sudah menapaknya.
Terlebih lagi, semuanya harus berakhir oleh sebab musabab yang saat itu, saya sendiri tidak begitu memahami hal ihwal-nya….buta warna!
Saya yakin, anda semua bisa membayangkan apa yang pernah saya dan tentunya keluarga saya rasakan waktu itu!? Bukan hanya perasaan dan uang yang telah dikorbankan, tapi juga “waktu”. Tidak mungkin waktu diputar kembali agar saya bisa merevisi “cita-cita” baru! Sementara untuk berpindah haluan kepada cita-cita yang lain, tentu juga bukan tanpa risiko dan pasti bukan perkara yang mudah!
Saat itu, saya telah “salah” memilih cita-cita! Karena takdir sebagai penyintas kelainan buta warna yang sama sekali tidak saya sadari dan ketahui sebelumnya, plus ketiadaan akses informasi terkait "buta warna" yang berakibat pada ketiadaan akses perencanaan dan pemetaan potensi untuk pendidikan anak-anak Indonesia sejak dini, khususnya tes buta warna, mengharuskan saya berlapang dada menerima anjuran pihak universitas untuk memilih fakultas non eksak, yaitu Fakultas Ekonomi jurusan manajemen yang sebelumnya sama sekali tidak terlitas dipikiran!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!