Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penting, Sebaiknya Tes Buta Warna Dulu Sebelum Memilih Sekolah/Kampus Impianmu!

11 Januari 2021   21:02 Diperbarui: 11 Januari 2021   21:05 11018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika Anda Tidak Buta Warna Pasti Bisa Baca Tulisan Di Kaos | @kaekaha

Saran dan rekomendasi dari tim psikologi yang tentunya didasarkan pada hasil tes psikologi dan hasil wawancara singkat, menyarankan saya memilih jurusan A1 (Fisika) atau A2 (Biologi) dan karena cita-cita saya  ingin melanjutkan ke Fakultas Kedokteran, maka saya disarankan memilih jurusan yang konon mempunyai relevansi paling dekat, yaitu jurusan A2 atau Biologi. Sampai disini, semua OK!

Baca Juga  :  Memasyarakatkan, Pentingnya Tes Buta Warna Sejak Dini                        

Alhamdulillah, perjalanan saya mengarungi bahtera bersama jurusan A2 (Biologi) berjalan lancar, bahkan ending-nya sangat memuaskan. Dari kelas penjurusan yang dimulai sejak naik ke kelas 2, semuanya lancar dan bisa saya katakan sebagai tahun-tahun excelent saya! Saya lulus dengan hasil memuaskan, bahkan saya juga diterima di tempat yang saya cita-citakan sejak kecil, yaitu fakultas kedokteran. 

bill-clinton-5ffc54c5d541df636616f332.jpg
bill-clinton-5ffc54c5d541df636616f332.jpg

Coba Tebak, Siapa Tokoh dalam Piring Ishihara Hasil Inovasi Terbaru dari Optiacl Express | intisari.grid.id/optical express 

Sayangnya, saat daftar ulang yang di bagian akhirnya menharuskan semua calon mahasiswa melakukan tes kesehatan, saya dinyatakan buta warna dan dinyatakan tidak bisa melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran. Menurut anda apa yang saya rasakan saat itu?

Coba bayangkan, cita-cita yang sudah saya bangun dan saya juga orang tua dan orang-orang terkasih disekitar saya  perjuangkan sepenuh hati sejak lama, mimpi indah yang bara spiritnya selalu  saya jaga di sepanjang waktu, saat itu harus saya akhiri justru ketika sebelah kaki saya sudah menapaknya. 

Terlebih lagi, semuanya harus berakhir oleh sebab musabab yang saat itu, saya sendiri tidak begitu memahami hal ihwal-nya….buta warna!

Saya yakin, anda semua bisa membayangkan apa yang pernah saya dan tentunya keluarga saya rasakan waktu itu!? Bukan hanya perasaan dan uang yang telah dikorbankan, tapi juga “waktu”. Tidak mungkin waktu diputar kembali agar saya bisa merevisi “cita-cita” baru! Sementara untuk berpindah haluan kepada cita-cita yang lain, tentu juga bukan tanpa risiko dan pasti bukan perkara yang mudah!

Bisa membaca obyek dalam lingkaran? | lihatwarna.co
Bisa membaca obyek dalam lingkaran? | lihatwarna.co

Saat itu, saya telah “salah” memilih cita-cita! Karena takdir sebagai penyintas kelainan buta warna yang sama sekali tidak saya sadari dan ketahui sebelumnya, plus ketiadaan akses informasi terkait "buta warna"  yang berakibat pada ketiadaan akses perencanaan dan pemetaan potensi untuk pendidikan anak-anak Indonesia sejak dini, khususnya tes buta warna, mengharuskan saya berlapang dada menerima anjuran pihak universitas untuk memilih fakultas non eksak, yaitu Fakultas Ekonomi jurusan manajemen yang sebelumnya sama sekali tidak terlitas dipikiran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun