FolkloreÂ
Salah satu kekayaan budaya nusantara yang sampai sekarang masih tetap hidup, berkembang dan lestari sebagai bagian sekaligus ciri khas budaya lokal setempat adalah beragam jenis folklore.
Folklore adalah berbagai macam bentuk adat istiadat tradisional, termasuk kebiasaan-kebiasaan khas yang menjadi tradisi dalam sebuah entitas budaya dari kelompok tertentu yang bisa berwujud legenda, cerita rakyat, musik tradisi, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, kearifan lokal dan yang lainnya.
Salah satu jenis folklore yang secara aktual masih eksis di masyarakat dan sekaligus mempunyai konten "kearifan lokal" yang bisa diunduh dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk membantu membentuk sekaligus mengembangkan karakter khas, baik individu maupun kelompok dari entitas budaya, penutur atau pemiliknya adalah jenis dongeng atau cerita rakyat yang telah diwariskan secara turun-temurun.Â
Karena sifat konten dalam dongeng atau cerita rakyat yang biasanya bersifat lugas, sederhana, mudah dicerna dan selalu memberikan contoh riil perbedaan obyek maupun sifat baik dan buruk.Â
Selain itu, secara logika dongeng atau cerita rakyat yang telah diwariskan secara turun temurun, secara tidak langsung menunjukkan adanya proses screening dalam perjalanannya atau telah melalui  seleksi budaya dari generasi-generasi sebelumnya.
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan
Sebagai entitas budaya, masyarakat Banjar selayaknya masyarakat berbudaya lainnya di nusantara juga mempunyai kekayaan folklore, termasuk didalamnya cerita rakyat yang sampai detik ini tetap populer bahkan hidup dan semakin berkembang di masyarakat.
Kisah Putri Junjung Buih atau putri yang terlahir/keluar dari buih yang berada ditengah putaran air sungai/ulekan mungkin salah satu diantaranya yang paling terkenal dan termashur, selain karena diyakini sebagai raja/ratu yang kelak menurunkan dinasti raja-raja Kerajaan Banjar, cerita rakyat ini juga  sarat dengan beragam bentuk kearifan khas masyarakat nusantara.Â
Selain kisah Putri Junjung Buih, Urang Banjar juga mempunyai banyak sekali cerita rakyat sarat makna, seperti Kisah Putri Junjung Buih, Kisah Lok Si Naga, Kisah Sultan Suriansyah Membangun Masjid, Asal Mula Terjadinya Sungai Barito,  Kisah Datu Kartamina Si Manusia Buaya dan tentunya Si Palui.
Khusus untuk kisah Si Palui, cerita rakyat jadul ini tidak hanya populer di lingkungan masyarakat Banjar saja atau masyarakat pendatang yang sudah lama menetap dan beranak-pinak di Kalimantan Selatan, tapi juga populer dikalangan ekspatriat dan juga para pendatang baru lainnya yang tertarik karena awalnya berniat ingin belajar bahasa Banjar.Â
Siapa Si Palui?
Menurut kajian dari budayawan Banjar, Attaberani Kasuma, tokoh Si Palui sudah ada dan menjadi bagian dari budaya tutur masyarakat sejak zaman kerajaan Nan Sarunai (1500-1600 M), artinya karakter tokoh Si Palui sudah bertahan menjadi warisan literasi secara turun-temurun lebih dari 5 abad. Woooow!
Sumber utama kekuatan dari kisah cerita Si Palui adalah kejeliannya merekam  realitas kehidupan masyarakat Banjar (awalnya budaya Banjar Pahuluan) sehari-hari kedalam fragmen ceritanya, sehingga masyarakat banua  relatif lebih mudah mengakrabi jalan ceritanya, bahkan seperti melihat dirinya sendiri didalam kisah-kisahnya yang menggelitik dan egaliter.Â
Tidak heran jika kemudian, masyarakat Banjar juga menjadikannya sebagai referensi untuk mengambil beragam tindakan kebajikan dan keharmonian dalam kehidupan sehari-hari. Inilah salah satu sebab, kisah cerita rakyat Si Palui bisa bertahan berabad-abad lamanya,
Referensi Sosok Si Palui sendiri, sejauh ini banyak didasarkan pada kisah-kisahnya yang muncul secara reguler di halaman pertama harian Banjarmasin Post yang dikesankan sebagai sosok urang kampung yang lugu, sederhana, humoris/kocak yang sedikit lanji (genit ; Bhs Banjar), apa adanya dan banyak akal.Â
Lantas lakon lainnya seperti  Garbus yang lebih religius, Tulamak si jago makan dan Tuhirang, Tuhabuk, Tuhalus serta beberapa tokoh cameo yang lain layaknya representatif karakter urang Banjar.Â
Nama-nama tokoh dalam cerita Si Palui sebagian besar diawali dengan suku kata Tu yang merupakan singkatan dari kata Utuh, panggilan untuk anak laki-laki suku Banjar yang berarti Anak (Laki-laki).Â
Mendokumentasikan Si Palui
Sejarah munculnya cerita rakyat Si Palui di era moderen, tidak bisa lepas dari sejarah kelahiran surat kabar harian Banjarmasin Post, koran harian tertua dan terbesar di Kalimantan yang dibidani oleh tiga serangkai (Alm) H. J. Djok Mentaya, (Alm) Yustan Aziddin dan Pangeran Haji Gusti Rusdi Effendi AR, yang sekarang dikenal sebagai tokoh pers nasional dari Kalimantan selatan dan juga ayahanda dari Gusti Hendi, drummer band GIGI.
Melalui tangan dingin dan kelihaian mengolah cerita (Alm) Yustan Aziddin, salah satu dari trio pendiri Banjarmasin Post inilah cerita rakyat berbahasa Banjar Si Palui, terlahir di dunia moderen, sekaligus menjadi icon penting dalam perjalanan panjang harian Banjarmasin Post dalam industri media, sejak terbit pertama pada tanggal 2 Agustus 1971.
Sebagai cerita rakyat yang hidup dan berkembang ditengah-tengah dinamika kehidupan masyarakat Banjar yang dinamis, sangat wajar jika masyarakat tidak hanya sekedar mencintai, tapi juga merasa memiliki karakter ketokohan Si Palui. Sehingga, sekarang Si Palui sebagai tokoh dan sebagai karakter telah banyak diapresiasi dan diadopsi oleh berbagai kalangan.
Sebagai penggemar berat serial Si Palui, saya berusaha mengabadikannya dengan cara mengkliping potongan koran yang berisi cerita Si Palui tersebut dengan menempelkannya di kertas HVS. Selain karena dulu pernah berjasa mengajari saya belajar bahasa Banjar, serial ini sarat dengan kearifan tradisi lokal khas Banjar yang sangat berharga, sayang kalau akhirnya harus musnah! Ini alasan saya merasa perlu untuk mendokumentasikannya.
Dengan asumsi, saya berlangganan koran Banjarmasin Post sejak pindah ke Banjarmasin tahun 2000-an sampai tahun 2015 atau selama 15 (lima belas) tahun, dikali dalam satu tahun 365 hari, dikurangi repost atau kisah muat ulang anggap saja sekitar 5% atau 5 (lima) cerita tiap 100 (seratus) cerita
(15 X 365) - 5% = 5.475 -5% Â = 5.475 - 274 = 5.201 halaman
Jadi selama  15 (lima belas) tahun berlangganan koran Banjarmasin Post, setidaknya bisa mendapatkan kliping kisah Si Palui sebanyak 5000-an halaman.
Sejak 1 Januari 2016, saya berhenti berlangganan versi cetak, karena pindah ke digital atau epaper, tapi aktifitas koleksi atau kliping tetap jalan terus, hanya saja klipingnya juga dalam bentuk digital.
Jika sempat berkunjung ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Anda akan menemui nama Si Palui diabadikan sebagai nama kafe dan rumah makan, Layanan untuk umum, judul dan tema lagu, judul film dan sinetron, gelaran festival teater, judul acara televisi dan radio, serta buku kumpulan kisah Si Palui.
Dari dunia kependidikan, sudah banyak hasil penelitian atau karya tulis ilmiah termasuk skripsi dan desertasi yang menjadikan keunikan tokoh Si Palui sebagai obyek penelitiannya dan yang menarik, naskah asli Si Palui ketikan dari (Alm) Yustan Azidin juga disimpan dalam jajaran koleksi khusus museum pers di Surakarta.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI