Desa Mawa Cara, Negara Mawa TataÂ
Sebagai bagian dari masyarakat nusantara yang tercipta dan terbentuk sangat majemuk, tentu kita sangat mafhum dengan pepatah lama lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya atau bagi masyarakat Jawa biasa diungkapkan dengan pepatah "pluralis" yang begitu masyhur desa mawa cara, negara mawa tata yang secara maknawi kurang lebih sama, yaitu masing-masing (orang, kelompok, suku, lingkungan, ekosistem, budaya dll) pasti mempunyai tata cara atau adat kebiasaan yang berbeda-beda. Kalau di daerahmu apa ya peribahasanya, kawan?
Begitu juga dengan masyarakat Suku Banjar yang secara mayoritas mendiami bagian tenggara pulau di Kalimantan yang sekarang kita kenal sebagai provinsi Kalimantan Selatan.Â
Masyarakat Suku Banjar yang dikenal luas dengan budaya perairan daratnya atau lebih familiar dengan sebutan budaya sungai (dan rawa)-nya, juga mempunyai kekhasan yang menjadi trademark mereka sebagai entitas budaya. Salah satunya yang mungkin paling mudah dikenali adalah ragam kulinernya.
Kalau Anda perhatikan, mayoritas kuliner khas masyarakat Suku Banjar, khususnya di seputaran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sekitarnya, didominasi oleh jenis olahan berbahan dasar ikan air tawar dan kalaupun ada yang selain olahan dari ikan air tawar, biasanya bahan dasarnya juga tidak jauh-jauh dari hasil sungai (dan rawa), begitu juga dengan sayur-sayurannya, bahkan berasnya sekalipun yang menjadi sumber pangan karbohidrat, semuanya merupakan hasil sungai dan rawa.
Kekhasan budaya kuliner Urang Banjar yang terbentuk sebagai bagian dari kecerdasan beradaptasi terhadap lingkungannya yang sebagian besar memang didominasi oleh perairan darat berupa sungai dan rawa berabad-abad lamanya tersebut, tidak membuat Urang Banjar bersikap layaknya inferior yang cenderung menutup diri dari pergaulan, tapi justeru sebaliknya!
Selada Banjar Si Anomalis
Urang Banjar sangat terbuka untuk berinteraksi dengan siapa saja dan banyak sekali fakta sosial dan budaya yang bisa menjadi bukti riil dan aktual thesis tersebut.Â
Salah satunya yang cukup unik, karena bisa dikatakan tidak lazim, sehingga banyak yang menjulukinya sebagai anomali, khususnya dalam kuliner Banjar adalah yang terkenal dengan sebutan Selada Banjar.
Selada Banjar seperti halnya beragam kuliner selada dari nusantara lainnya, seperti Selada Padang dan Selada Bangka, sepertinya termasuk kuliner Selat Solo.
Sesuai namanya, selada merupakan hasil adaptasi atau serapan terhadap setidaknya dua hal, yaitu kosa kata, dari kata salade (bahasa Belanda) atau salad (bahasa Inggris) sekaligus jenis olahan kulinernya, yaitu salad yang konon telah menjadi santapan orang Romawi serta Yunani Kuno (Eropa) dan sekarang secara umum kita kenal sebagai olahan kuliner yang terdiri dari campuran sayur mayur/buah-buahan, dan bahan-bahan makanan siap santap lainnya yang disiram dengan bumbu dan saus (dressing) tertentu.Â