Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Selada Banjar, "Kuliner Anomalis" Beraroma Eropa Bercita Rasa Banua

24 November 2020   21:07 Diperbarui: 25 November 2020   04:01 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata 

Sebagai bagian dari masyarakat nusantara yang tercipta dan terbentuk sangat majemuk, tentu kita sangat mafhum dengan pepatah lama lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya atau bagi masyarakat Jawa biasa diungkapkan dengan pepatah "pluralis" yang begitu masyhur desa mawa cara, negara mawa tata yang secara maknawi kurang lebih sama, yaitu masing-masing (orang, kelompok, suku, lingkungan, ekosistem, budaya dll) pasti mempunyai tata cara atau adat kebiasaan yang berbeda-beda. Kalau di daerahmu apa ya peribahasanya, kawan?

Begitu juga dengan masyarakat Suku Banjar yang secara mayoritas mendiami bagian tenggara pulau di Kalimantan yang sekarang kita kenal sebagai provinsi Kalimantan Selatan. 

Masyarakat Suku Banjar yang dikenal luas dengan budaya perairan daratnya atau lebih familiar dengan sebutan budaya sungai (dan rawa)-nya, juga mempunyai kekhasan yang menjadi trademark mereka sebagai entitas budaya. Salah satunya yang mungkin paling mudah dikenali adalah ragam kulinernya.

Kalau Anda perhatikan, mayoritas kuliner khas masyarakat Suku Banjar, khususnya di seputaran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sekitarnya, didominasi oleh jenis olahan berbahan dasar ikan air tawar dan kalaupun ada yang selain olahan dari ikan air tawar, biasanya bahan dasarnya juga tidak jauh-jauh dari hasil sungai (dan rawa), begitu juga dengan sayur-sayurannya, bahkan berasnya sekalipun yang menjadi sumber pangan karbohidrat, semuanya merupakan hasil sungai dan rawa.

Kekhasan budaya kuliner Urang Banjar yang terbentuk sebagai bagian dari kecerdasan beradaptasi terhadap lingkungannya yang sebagian besar memang didominasi oleh perairan darat berupa sungai dan rawa berabad-abad lamanya tersebut, tidak membuat Urang Banjar bersikap layaknya inferior yang cenderung menutup diri dari pergaulan, tapi justeru sebaliknya!

dok. pribadi
dok. pribadi

Selada Banjar Si Anomalis

Urang Banjar sangat terbuka untuk berinteraksi dengan siapa saja dan banyak sekali fakta sosial dan budaya yang bisa menjadi bukti riil dan aktual thesis tersebut. 

Salah satunya yang cukup unik, karena bisa dikatakan tidak lazim, sehingga banyak yang menjulukinya sebagai anomali, khususnya dalam kuliner Banjar adalah yang terkenal dengan sebutan Selada Banjar.

Selada Banjar seperti halnya beragam kuliner selada dari nusantara lainnya, seperti Selada Padang dan Selada Bangka, sepertinya termasuk kuliner Selat Solo.

Sesuai namanya, selada merupakan hasil adaptasi atau serapan terhadap setidaknya dua hal, yaitu kosa kata, dari kata salade (bahasa Belanda) atau salad (bahasa Inggris) sekaligus jenis olahan kulinernya, yaitu salad yang konon telah menjadi santapan orang Romawi serta Yunani Kuno (Eropa) dan sekarang secara umum kita kenal sebagai olahan kuliner yang terdiri dari campuran sayur mayur/buah-buahan, dan bahan-bahan makanan siap santap lainnya yang disiram dengan bumbu dan saus (dressing) tertentu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun