Bahkan khusus untuk kosakata yang bermakna bodoh, dari kamus Bahasa Banjar Gubahan Prof. Abdul Djebar Hapip setidaknya ditemukan 4 (empat) kosakata Bahasa Banjar yang mempunyai makna identik, termasuk kata bungul seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu bengang, hungang dan tambuk.
Itu baru kosakata yang secara resmi diakui sebagai bagian dari Bahasa Banjar saja, sedangkan kosakata semakna yang sudah sering menjadi bagian dari kekayaan verbal masyarakat tapi tidak atau belum masuk dalam kamus Bahasa Banjar,  jumlahnya lebih banyak lagi dan sepertinya akan terus berkembang. Termasuk didalamnya kosakata yang masuk dalam kamus Bahasa Banjar, tapi arti dan maknanya dalam penjelasan tidak secara tegas menyebut bodoh, bego, atau makna setara lainnya, meskipun secara massal juga terlanjur dimaknai sebagai bagian dari padan kata bodoh,  seperti kosakata bebal/buntat, bontok dll.
Uniknya, selain sebagai bagian dari bentuk ekspresi, ternyata banyaknya kosakata bermakna bodoh dalam Bahasa Banjar ini juga berfungsi sebagai "stratifikasi"alias leveling atau pemberian tingkat kadar kebodohan  menurut persepsi dari yang menyambat (mengatakan;Bhs Banjar). Ini jelas berbeda dengan beragam kosakata bermakna setara dengan bodoh dalam bahasa Indonesia, seperti tolol, bego, telmi, goblok dan lain-lainnya.
Unik juga ya! Selain mengenal level "kepintaran" yang setidaknya secara sederhana bisa kita stratifikasi melalui level pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Sarjana, Magister, Doktoral sampai profesor, (maksudnya, anak SD seharusnya lebih pintar dari anak TK, begitu seterusnya!) di sisi lain Urang Banjar juga menawarkan bentuk stratifikasi pada obyek antonim-nya, level "kebodohan" dari level terendah atau paling ringan sampai yang kelas berat, yaitu melalui rangkaian kosakata bengang, hungang, bungul, tambuk dan bungul tambuk sebagai pambungsunya (leksikal: anak bungsu, gramatikal : level paling akhir/dasar) sekaligus sebagai pemilik "kadar" kebodohan tertinggi.
He...he...he...ngeri-ngeri sedap ya! Tapi sangat masuk akal dan inspiratif lho, kalau direnungkan sebenarnya dari sini Urang Banjar tidak hanya mengajak kita untuk realistis sekaligus menyadari bahwa untuk kita sebagai manusia, tidak hanya pasti ada langit diatas langit saja, tapi juga pasti ada tanah dibawah tanah!
Maksudnya, kita tidak usah terlalu menepuk dada, berbangga diri ketika kita sedang diatas atau dianugerahi kepintaran, karena ada banyak lagi yang berada di atas kita, atau bisa lebih pintar dari kita. Tentunya ini agar kita tidak terus-menerus memandang keatas, sehingga termotivasi untuk terus rendah hati sekaligus bersemangat untuk terus belajar.Â
Begitupun sebaliknya! Kita jangan terlalu meratapi ketika posisi kita sedang di fase bawah atau kebetulan dianggap bungul, karena ada banyak lagi yang berada dibawah kita, sehingga tetap termotivasi untuk berbesar hati atas anugerah Illahi dan terus semangat untuk belajar lagi, lagi dan lagi.
Semoga manfaat
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!