Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

"Bebek Hungang" dan Uniknya Stratifikasi Level Kebodohan pada Bahasa Banjar

5 November 2020   22:54 Diperbarui: 13 November 2020   20:03 3215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warung Bebek Hungang di Liang Anggang, Banjarbaru, Kalimantan Selatan | @kaekaha

Bahkan khusus untuk kosakata yang bermakna bodoh, dari kamus Bahasa Banjar Gubahan Prof. Abdul Djebar Hapip setidaknya ditemukan 4 (empat) kosakata Bahasa Banjar yang mempunyai makna identik, termasuk kata bungul seperti yang saya sebutkan diatas, yaitu bengang, hungang dan tambuk.

Itu baru kosakata yang secara resmi diakui sebagai bagian dari Bahasa Banjar saja, sedangkan kosakata semakna yang sudah sering menjadi bagian dari kekayaan verbal masyarakat tapi tidak atau belum masuk dalam kamus Bahasa Banjar,  jumlahnya lebih banyak lagi dan sepertinya akan terus berkembang. Termasuk didalamnya kosakata yang masuk dalam kamus Bahasa Banjar, tapi arti dan maknanya dalam penjelasan tidak secara tegas menyebut bodoh, bego, atau makna setara lainnya, meskipun secara massal juga terlanjur dimaknai sebagai bagian dari padan kata bodoh,   seperti kosakata bebal/buntat, bontok dll.

Uniknya, selain sebagai bagian dari bentuk ekspresi, ternyata banyaknya kosakata bermakna bodoh dalam Bahasa Banjar ini juga berfungsi sebagai "stratifikasi"alias leveling atau pemberian tingkat kadar kebodohan  menurut persepsi dari yang menyambat (mengatakan;Bhs Banjar). Ini jelas berbeda dengan beragam kosakata bermakna setara dengan bodoh dalam bahasa Indonesia, seperti tolol, bego, telmi, goblok dan lain-lainnya.

Bungul | @kaekaha
Bungul | @kaekaha

Unik juga ya! Selain mengenal level "kepintaran" yang setidaknya secara sederhana bisa kita stratifikasi melalui level pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, Sarjana, Magister, Doktoral sampai profesor, (maksudnya, anak SD seharusnya lebih pintar dari anak TK, begitu seterusnya!) di sisi lain Urang Banjar juga menawarkan bentuk stratifikasi pada obyek antonim-nya, level "kebodohan" dari level terendah atau paling ringan sampai yang kelas berat, yaitu melalui rangkaian kosakata bengang, hungang, bungul, tambuk dan bungul tambuk sebagai pambungsunya (leksikal: anak bungsu, gramatikal : level paling akhir/dasar) sekaligus sebagai pemilik "kadar" kebodohan tertinggi.

He...he...he...ngeri-ngeri sedap ya! Tapi sangat masuk akal dan inspiratif lho, kalau direnungkan sebenarnya dari sini Urang Banjar tidak hanya mengajak kita untuk realistis sekaligus menyadari bahwa untuk kita sebagai manusia, tidak hanya pasti ada langit diatas langit saja, tapi juga pasti ada tanah dibawah tanah!

Maksudnya, kita tidak usah terlalu menepuk dada, berbangga diri ketika kita sedang diatas atau dianugerahi kepintaran, karena ada banyak lagi yang berada di atas kita, atau bisa lebih pintar dari kita. Tentunya ini agar kita tidak terus-menerus memandang keatas, sehingga termotivasi untuk terus rendah hati sekaligus bersemangat untuk terus belajar. 

Tambuk | @kaekaha
Tambuk | @kaekaha

Begitupun sebaliknya! Kita jangan terlalu meratapi ketika posisi kita sedang di fase bawah atau kebetulan dianggap bungul, karena ada banyak lagi yang berada dibawah kita, sehingga tetap termotivasi untuk berbesar hati atas anugerah Illahi dan terus semangat untuk belajar lagi, lagi dan lagi.

Semoga manfaat

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun