Baca Juga: Â Sarapan "Katupat Batumis" di Batang Banyu, Menikmati Peradaban Sungai khas Urang Banjar
Hal ini karena proses barbeque, selain tidak boleh terkena api langsung, juga "hanya" menggunakan sumber panas yang relatif kecil, sedangkan teknik panggang pada umumnya bisa sebaliknya.
Meskipun sama-sama tidak boleh terkena api secara langsung, tapi biasanya proses ini memang sangat tergantung pada kebutuhan dan preferensi atau selera masing-masing pembuatnya.
Lebih jauh, menurut Murdijati Gardjito, teknik memasak dengan cara dibakar (grill) dan berbagai turunannya sampai ke Indonesia dibawa oleh bangsa India dan Taiwan beberapa abad yang lalu, sehingga sekarang akhirnya tersebar ke seluruh Indonesia. Termasuk ke lingkungan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan dan juga para diasporanya di seluruh pelosok dunia.
Babanam Matan Banjar
Pada masyarakat suku Banjar, dikenal dua istilah teknik memasak atau mematangkan makanan yang mempunyai kedekatan proses dengan teknik bakar, panggang atau  barbeque dan juga pengasapan, yaitu yang disebut sebagai babanam dan baubar.
Kedua istilah tersebut, baik babanam maupun baubar secara leksikal sama-sama berarti bebakar atau bisa juga dimaknai sebagai sedang membakar. Seperti terdapat dalam kamus Bahasa Banjar Gubahan Prof. Abdul Djebar Hapip, Guru Besar FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, terbitan PT. Grafika Wangi Kalimantan, Cetakan ke-6 Tahun 2006.Â
Baca Juga: Â Ini Mandai, "Daging Buatan" dari Kulit Cempedak Khas Kalimantan Selatan
Uniknya, meskipun artinya sama-sama berbakar dengan kata dasarnya bakar yang bisa dimaknai sebagai sedang membakar yang setara dengan teknik grill, tapi dalam aplikasi sehari-harinya masyarakat kedua kosakata ini bisa bermakna lebih luas.
Tidak hanya membakar (grill) obyek makanan saja (bisa ayam, ikan, bahkan tarung atau terong), tapi bisa juga berarti memanggang yang lebih dekat dengan teknik barbeque walaupun dari segi durasi waktunya jauh lebih singkat.