Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepeda-Sepeda Persembahan dari Langit

27 September 2020   19:58 Diperbarui: 30 September 2020   13:39 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepeda dari Langit! | @kaekaha

Belum selesai duo bocah itu menyusun sandal dan juga beragam alas kaki jamaah yang berserakan di pintu belakang masjid yang terhubung langsung dengan area parkiran, tempat wudhu dan juga toilet itu, tiba-tiba ada bapak-bapak setengah baya yang sepertinya terburu-buru keluar dari masjid dan secara tidak sengaja menyepak beberapa sandal dan sepatu yang sudah tersusun rapi dengan pasangannya masing-masing.

Tanpa berkata apapun, si-bapak hanya sekilas menatap ke arah duo bocah yang sepertinya sama sekali tidak terganggu dengan sandal dan beberapa sepatu yang kembali berserakan karena tidak sengaja disepak oleh si-bapak tadi.

Bahkan, duo bocah yang sepertinya kakak-beradik itu juga kompak, sama sekali tidak berminat untuk sekedar menengok ke arah si-bapak. Secepat kilat, mereka berdua langsung menyusun sandal dan juga sepatu itu kembali seperti semula, rapi dengan pasangannya masing-masing.

Tidak berapa lama si bapak yang sepertinya habis dari toilet sekaligus bersuci kembali di tempat wudhu yang tempatnya memang bersebelahan, terlihat keluar dengan wajah segar dan tidak buru-buru lagi seperti saat keluar dari masjid tadi.

Di depan pintu masjid, si bapak celingak-celinguk menoleh ke-kanan dan ke-kiri seperti mencari sesuatu, tapi karena sepertinya tidak mendapatkan yang dicari, setelah mengembalikan sekaligus merapikan sandal yang baru dipakai mengikuti pola yang telah disusun oleh kedua bocah tadi, si-bapak kembali masuk masjid dan berbaur dengan jamaah masjid Al Mujahidin yang sore ini terlihat ramai.

Maklum, ini hari pertama masjid  kembali dibuka, sejak ditutup beberapa bulan lalu akibat pandemi covid-19 di Kota Banjarmasin dan sekitarnya yang semakin meluas dan tidak terkendali.

Besoknya, kejadian mirip seperti kemarin kembali terulang, ketika si-bapak kembali keluar dari masjid dan hendak menuju ke toilet di bagian belakang masjid, secara tidak sengaja si-bapak kembali menyepak beberapa sandal yang telah disusun duo bocah tersebut, memang kali ini sandal yang berserakan tidak sebanyak kemarin.

Uniknya, si bapak tetap mendapati kedua bocah itu masih saja bersikap seperti kemarin, cuek-bebek seperti tidak terjadi apa-apa dan terus menyusun sandal dan juga sepatu berserakan itu.

Kejadian itu terus terulang sampai hari ketiga. Bedanya, di hari ketiga si bapak tidak lagi menyepak sandal-sandal yang telah disusun duo bocah tersebut. Si bapak hanya melewati kedua bocah yang tetap asyik menyusun sandal seusai shalat Maghrib berjamaah tersebut untuk menuju ke toilet.

Ajaibnya, dua bocah itu tetap saja cuek seperti tidak melihat si bapak yang baru saja melewati mereka.

***

"Burhaaan...Kariiiim,...Sini nak!" Panggil Haji Rahman, kaum yang juga imam Masjid Al Mujahidin, kepada duo kakak-beradik yang sepertinya hendak pulang ke rumah tersebut.

Tidak biasanya memang, setelah selesai memimpin bacaan wirid dan doa setelah sholat Maghrib berjamaah, Haji Rahman tidak melanjutkannya dengan berdzikir seperti biasanya, tapi malah memanggil duo bocah yang masih terhitung tetangganya tersebut.

"Inggih Pak Haji!" Jawab kedua bocah tersebut sambil mendekati Haji Rahman sekaligus mencium tangan kanan sidin dengan takzim.

"Sudahkah menyusun sandal?" Tanya Haji Rahman kepada duo kakak-beradik berumur kira-kira 10 tahun dan 8 tahun yang tinggal tidak jauh dari komplek masjid tersebut.

"Alhamdulillah, sudah Pa Haji!" Jawab keduanya hampir bersamaan.

"Ini, semalam ada bapak-bapak bakirim sarung gasan kalian, sidin berpesan dirawat baik-baik dan selalu dipakai ke masjid-lah!" Kata Haji Rahman sambil menyerahkan dua sarung yang masih berbungkus plastik.

Haji Rahman menyampaikan pesan dari bapak-bapak setengah baya yang dua hari sebelumnya menitipkan dua sarung tersebut kepada sidin untuk diberikan kepada dua bocah yang sering menyusun sandal di pintu belakang masjid ba'da shalat Maghrib.

Awalnya, Haji Rahman juga tidak mengetahui perihal dua bocah yang dimaksud oleh si-bapak pemberi sarung yang sepertinya seorang pejabat atau pengusaha tersebut, karena biasanya sidin terbiasa pulang ke rumah setelah jamaah masjid habis, jadi tidak pernah melihat aktifitas apa-apa setelah jamaah bubar.

Setelah mendapat amanah titipan dari si-bapak, Haji Rahman baru mengetahui perihal Burhan dan Karim yang biasa menyusun semua sandal-sandal jamaah seusai shalat, itupun setelah sidin bertanya kepada beberapa jamaah lainnya.

 "Terima kasih, Pak haji! Tapi kalau nanti ditakuni mama, ini dari siapa Pak Haji?" Tanya kedua bocah tersebut polos sambil mencium tangan Haji Rahman bermaksud untuk pamit pulang.

"Bilang saja, semalam ada urang bakirim sama Haji Rahman, tapi Haji Rahman juga tidak patuh sama orang itu!" Jawab Haji Rahman sambil memberi isyarat agar kedua bocah tersebut segera pulang, khawatir dicari orang tuanya.

Sepeninggal kedua bocah tersebut, Haji Rahman juga baru teringat dengan si bapak pemberi sarung yang sama sekali tidak terlihat lagi batang hidungnya setelah menitipkan dua sarung tersebut kepada sidin.

***

"Dari siapa ini nak?" Tanya mama Burhan dan Karim setelah dua bocah itu menyerahkan sarung pemberian Haji karim titipan dari seorang bapak-bapak beberapa hari yang lalu itu kepada mamanya.

"Ujar Pak Haji Rahman, kemarin ada urang titip sama beliau, tapi beliau tidak kenal juga sama orang itu, Ma!" Jawab Burhan si kakak kepada mamanya, persis seperti petunjuk Haji Rahman di masjid, sesaat sebelum pulang tadi.

"Alhamdulillah, kalau gitu simpan di lemari baju kalian ya!" Sambil menyerahkan sarung-sarung itu kepada kedua anaknya, mama si Karim sepertinya tidak berhenti mengucap syukur kepada Sang Khaliq yang telah memberikan kebahagiaan kepada kedua anaknya di saat dirinya masih belum mampu menjanjikan apapun untuk hadiah kenaikan kelas duo bocah kesayangannya tersebut.

"Nggak boleh dibuka ma?" Tanya si bungsu Karim sambil malu-malu.

"Boleeeeeh, tapi nanti setelah buka puasa, sekalian nunggu abah datang ya nak!" Jawab si ibu sambil memberi kode untuk bersiap-siap melanjutkan buka puasa sunnah Senin-Kamis di dapur.

Sebelum kumandang azan Isya, abah si-Burhan pulang dari kerjaanya keliling kota sebagai pengemudi ojek online. Begitu mendengar dari istrinya, ada orang baik hati yang memberi anaknya masing-masing kain sarung, abah si-Burhan yang saat itu hendak menuju ke kamar mandi, langsung bersujud syukur di ruang tamu yang multifungsi tersebut. 

Tanpa dikomando, duo bocah itu langsung menunjukkan sarung masing-masing kepada abahnya.

"Masha Allah, bagusnya!" Kata abah Burhan ketika melihat sarung bermerek terkenal dengan kombinasi warna hitam abu-abu dan hitam cokelat yang memang dikenal sebagai sarung mahal itu masih terbungkus plastik.

Demi menebus rasa penasaran dua buah hatinya tersebut, tanpa menunggu lama, abah Burhan menyuruh kedua bocah itu untuk segera membuka segel plastik yang melilit rapi pembungkus sarung.

"Krek...krek!" Ketika segel terbuka dan plastik pembungkus juga terbuka, sarung-sarung tersebut serta merta jatuh ke lantai dan dari dalam sarung berhamburan beberapa lembar kertas.

Abah Burhan yang dari tadi hanya memperhatikan aksi kedua anaknya, langsung memungut beberapa lembar kertas yang berhamburan tersebut. Setidaknya ada sekitar delapan lembar kertas yang  berhambur dari dua kemasan sarung yang baru dibuka duo bocah tersebut.

Setelah dirapikan, ternyata  lembaran-lembaran kertas itu adalah  dua brosur sepeda sport, dua kartu nama toko sepeda ternama di Kota Banjarmasin, dua lembar kwitansi berstempel lunas serta dua lembar surat yang sepertinya ditulis tangan langsung oleh pengirimnya untuk Burhan dan Karim.

Surat itu secara garis besar berisi pesan agar kedua bocah tersebut mau menerima hadiah sepeda dari si-pengirim surat sesuai dengan pilihan serta selera masing-masing langsung di toko Sepeda ternama di Kota Banjarmasin yang disebutkan dalam surat.

Uniknya, pada kwitansi pembayaran yang sudah tertera cap stempel tanda lunas dari toko sepeda ternama di Kota Banjarmasin tersebut terdapat kalimat  

"Telah terima dari doa ribuan pasang sandal, untuk pembayaran sepeda (merk dan model pilih sendiri) bagi para mujahid inspiratif penyusun sandal yang sabar".

Sedangkan di bagian keterangan, terdapat pesan yang isi kalimatnya

"Para mujahid inspiratif penyusun sandal yang sabar, silakan menghubungi Ibu Yanti, di Toko Sepeda Merdeka Banjarmasin, sesuai alamat yang tertera dengan membawa semua berkas-berkas dalam sarung sesegera mungkin. Insha Allah, para mujahid inspiratif penyusun sandal yang sabar akan dilayani sebaik mungkin untuk mendapatkan sepeda-sepeda persembahan dari langit. Semoga Bermanfaat! 

 

Semoga, kelak kita semua dipertemukan di surganya Allah SWT".  

 

Ttd 

 

"Doa dari ribuan pasang sandal".


Besoknya, abah-mama Burhan, Burhan, Karim dan ditemani Haji Rahman mendatangi Toko Sepeda Merdeka, toko sepeda legendaris dan ternama di Kota Banjarmasin dan sungguh luar biasa! Ibu Yanti yang mengaku telah menunggu beberapa hari, benar-benar langsung memberikan pelayanan terbaik kepada abah Karim sekeluarga juga Haji Rahman.

Berita bahagianya, menurut penuturan Ibu Yanti, sesuai amanat yang diterimanya dari seseorang yang tidak mau disebutkan nama dan jatidirinya, semua yang hadir saat itu dipersilakan memilih sendiri sepeda kesukaan masing-masing untuk dibawa pulang. Gratis!  

Masha Allah, Alhamdulillah!

Kamus Bahasa Banjar :

Bakirim  =  Titip

Gasan  =  Untuk

Inggih  =  Iya

Kaum  =  Marbot ; Pengurus Masjid

Patuh  =  Kenal

Sidin  =  Beliau

Semalam  =  Kemarin

Urang  =  Orang

Ujar = Kata

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan  | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan  | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun