Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang "Putri Malu", Batu Intan Terbesar yang Pernah Ditemukan di Indonesia Bahkan Asia!

11 Juli 2020   08:35 Diperbarui: 2 Juni 2021   15:12 1695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budayawan Banjar yang Juga Kompasianer, Zulfaisal Putera dan Haji Lihan Menunjukkan Galuh Putri Malu | zulfaisalputera.wordpress.com

Haji Isra sebagai pemegang mandat penguasaan galuh Putri Malu dari kelompoknya yang menemukannya, cenderung lebih berhati-hati dalam memperlakukan galuh Putri Malu, termasuk dalam hal publikasi dan juga tidak lanjut pengolahan batu mulia yang dikenal super keras tersebut.

Baca Juga :  Membanding Tanzanite dan Intan Tri Sakti, Sama-sama Supermahal tapi Beda Misteriusnya! 

Budayawan Banjar yang Juga Kompasianer, Zulfaisal Putera dan Haji Lihan Menunjukkan Galuh Putri Malu | zulfaisalputera.wordpress.com
Budayawan Banjar yang Juga Kompasianer, Zulfaisal Putera dan Haji Lihan Menunjukkan Galuh Putri Malu | zulfaisalputera.wordpress.com
Setelah mendapatkan banyak penawaran dari dalam dan luar negeri mulai dari ratusan juta sampai milyaran, akhirnya Haji Isra atas persetujuan kelompoknya akhirnya melepas Si Galuh Putri Malu dengan mahar sebesar tiga miliar kepada Haji Lihan, pengusaha lokal dari Martapura, Kalimantan Selatan yang mengaku akan memboyongnya ke Jerman untuk diolah menjadi intan berlian yang berkualitas.  

Menurut Haji Lihan,  alasan memboyong intan yang masih berwarna abu abu kehitaman ini ke Jerman, karena kalau diolah di Martapura, berat bersihnya hanya sekitar 110 karat. Tapi di Jerman, bisa didapatkan 120 - 130 karat dengan kualitas sangat bagus, jadi hasilnya bisa jauh lebih mahal. 

Aktifitas Penggosokan Intan di Martapura, Kalimantan Selatan | detik.com
Aktifitas Penggosokan Intan di Martapura, Kalimantan Selatan | detik.com

Hanya tiga miliar?

Bagi para penemunya, Haji Isra dan kawan-kawan yang sedari awal memang cenderung akan melepas Si Galuh Putri Malu dalam keadaan mentah atau jual seadanya menurut istilah Urang Banjar, harga tiga miliar memang sudah pantas! 

Selain dijual dalam keadaan masih mentah, alasan Haji Isra adalah kelompok mereka mengaku khawatir kalau dikupas atau diolah sembarangan nantinya warna Si Galuh hasilnya justeru tidak sebagus harapannya, hal ini didasari fakta Si Galuh yang menurutnya memang sangat keras dan teknologi lokal,  konon saat itu masih belum bisa mengolah dengan hasil lebih maksimal.

Galuh Putri Malu di Telapak Tangan Budayawan Banjar yang Juga Kompasianer, Zulfaisal Putera | zulfaisalputera.wordpress.com
Galuh Putri Malu di Telapak Tangan Budayawan Banjar yang Juga Kompasianer, Zulfaisal Putera | zulfaisalputera.wordpress.com
Sedangkan jika diproses keluar negeri, jelas perlu biaya, waktu dan juga proses yang pasti tidak sebentar dan ini pasti merepotkan! Hal ini yang sepertinya justeru dihindari oleh Haji Isra dan kawan-kawan, sehingga mereka lebih memilih menjual Si Galuh Putri Malu dalam keadaan mentah, terpenting kelompoknya bersama keluarga bisa menikmati hasil dari temuannya dengan puas dan ikhlas.

Bener juga ya! Meskipun sekarang keberadaan batu mulia yang sampai detik ini masih tercatat sebagai temuan terbesar di Indonesia, bahkan juga sampai di level Asia ini juga tidak diketahui rimbanya.

Baca juga : Batu Intan untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Entah sudah dijual kepada tangan kesekian atau justru sudah dipotong-potong sesuai keperluan untuk perhiasan super mahal dengan harga jual lebih mahal berkali lipat, tapi karena besaran tali asih yang didapat oleh para penemunya sudah clear dari awal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun