Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Kamu Lakukan, jika Melihat Pencuri Beraksi di Rumahmu?

18 Juni 2020   11:15 Diperbarui: 18 Juni 2020   11:30 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari tulisan Kisah sebelumnya "Beli Rumah Baru, Segera Ganti Perangkat Kunci Pintu!". Untuk membaca silakan klik disini

Kebenaran Pasti Terungkap!         

Akhirnya, kejadian raibnya pompa air dan peralatan tukang yang masih misterius itu saya laporkan ke pengembang setelah mendapatkan dukungan dari ketua RT dan beberapa warga yang kesemuanya juga baru saja menempati rumah baru.

Setelah terjadi perdebatan lumayan cukup panjang dengan pihak pengembang tentang berbagai kemungkinan, akhirnya saya dan perwakilan RT bersepakat dengan pengembang untuk tidak melanjutkan melaporkan kejadian ini ke pihak berwajib,  tapi konsekuensinya pihak pengembang akan mengganti mesin pompa air dengan unit yang baru.

Malam Minggu sebulan berikutnya...

Malam Minggu ini, tepat sebulan aku dan istriku berbulan madu di rumah baru Sidoarjo.  Tapi sayangnya, sejak Jumat pagi kemarin istriku pergi ke Kota Suwar-suwir, Jember bersama paman dan acil-nya (tante ; bhs Banjar) yang tinggal di Jogja, untuk menghadiri resepsi kawinan dingsanak-nya (keluarga ; bhs Banjar, kalau tidak salah ingat sepupunya!).

Selain karena seminggu sebelumnya aku kecelakaan tunggal di Mojokerto, sehingga agak susah berjalan akibat kaki kanan sedikit bengkak, aku juga baru saja banyak mengambil cuti waktu ke Banjarmasin, jadi nggak enak kalau mau ambil lagi untuk menemaninya ke Jember. Nggak mau ah, mentang-mentang supervisor HRD bisa seenaknya ambil cuti he...he...he...

Seperti sudah menjadi tradisi di komplek kami, setiap hari Sabtu-Minggu, komplek yang masih sepi ini menjadi semakin sepi! Kecuali Pak RT dan keluarganya yang terhitung sudah senior berkeluarga, penghuni lainnya yang berjumlah sekitar enam KK, semuanya keluarga muda alias keluarga junior yang selalu lebih memilih weekend di luar. Jadi, mulai Jumat malam sampai Minggu malam suasana komplek kami tidak kalah serem dari kuburan, hadeeeew!

Malam Minggu ini, merupakan malam kedua aku tidur sendirian dirumah. Seperti biasanya, setiap malam Minggu menjadi pestanya nonton bola liga Italy yang saat itu menjadi tontonan paling menarik di TV. Untuk itu aku sudah bersiap-siap untuk begadang. Persiapan camilan dan juga minuman favorit sudah kupersiapkan sejak siang.

Tepat jam tiga-an pagi, setelah siaran bola habis dan berniat untuk tidur. Entah kenapa, tiba-tiba ingin sekali mengintip suasana belakang rumah yang masih belum berpagar dan menyambung ke lahan sawah yang masih sangat luas, entah milik siapa.

Dari jendela kecil berukuran 30 x 120 cm di samping pintu belakang yang hanya kututup dengan handuk itu, aku coba mengintip suasana di belakang rumah berbekal cahaya lampu pijar 5 watt yang terpasang diatas pintu.

Sampai sekitar dua menit, aku tidak melihat sesuatu yang aneh di belakang rumah. Baru pada menit selajutnya, aku dikejutkan oleh sosok berkelubut sarung yang berjalan dari arah belakang rumah sebelah kiri yang kebetulan bagian belakangnya mau dipagar.

Deg! Jantungku semakin berdebar-debar, ternyata orang berkelubut sarung itu menuju kearahku. Untungnya, selain hanya mengintip dari lubang kecil yang saya buat dengan menyingkap sedikit ujung handuk, saat itu lampu di dalam rumah juga sudah kumatikan semua, sehingga saat orang berkelubut ini mencoba mengintip kedalam rumah melalui jendela yang saat itu juga kupakai untuk mengamatinya, tidak bisa melihat apa-apa.

Sebaliknya, aku yang mengamati orang berkelubut sarung itu dari dalam, dengan jelas bisa mengenali detail wajahnya yang diterangi pendar cahaya lampu pijar 5 watt yang terpasang tepat diatas kepalanya.

Yah, aku ingat! Dia orang yang sempat menemuiku sehari sebelum aku berangkat ke Banjarmasin sebulan lalu, sewaktu aku, Setiawan dan Udin bingung menentukan posisi mesin pompa air yang aman. Orang ini juga yang menyarankan kami, agar memasang mesin pompa air di dalam kamar mandi. Kenapa orang ini tengah malam mengintip rumahku? 

Tanpa berkedip aku terus mengamati tingkah polah mencurigakan orag ini. Setelah mengintip melalui jendela, orang ini mengintip melalui lubang di bawah pintu yang memang sedikit tidak presisi dan menyisakan lubang memanjang sepanjang daun pintu selebar hampir 1 cm.

Setelah beberapa saat mengintip, orang ini mundur sekitar dua langkah dan sepertinya mulutnya mulai komat-kamit entah merapalkan mantera atau doa. Sambil mengeluarkan beberapa bundel anak kunci yang saya yakin jumlahnya lebih dari ratusan, orang ini mencoba membuka pintu belakang rumahku dengan anak kunci yang dibawanya dan ajaibnya, anak kuncinya pas!

Tapi, karena ada tambahan pengaman berupa dua gerendel yang kupasang di bagian atas dan samping bawah daun pintu, pintu tidak bisa terbuka. Sepertinya orang itu juga berusaha mendorong dengan tenaganya, tapi pintu tetap bergeming. Sepertinya, orang ini tidak melakukan survey sebelumnya dan tidak mengira rumah sudah ada penghuninya.

Sampai disini, benang merah misteri raibnya mesin pompa air dan peralatan tukang milik Setiawan sebulan lalu mulai terkuak! Jujur, saat itu perasaanku campur aduk jadi satu. Marah, jengkel bahkan ada juga rasa takut yang semuanya berkumpul jadi satu. Aku yakin, orang inilah biang kerok pelaku pencurian itu. Siapa dia sebenarnya? Darimana dia dapat anak kunci sebanyak itu?

Saat itu, aku sudah siap dengan Mandau asli pemberian Abah di tangan kanan. Tapi aku justeru bingung! Bagaimana caranya menangkap orang ini? Kalau aku teriak, pasti percuma karena di komplek tidak orang selain keluarga Pak RT. Pasti nggak efektif! Selain beliau sudah relatif sepuh, jarak rumahnya juga sekitar 50 meter dari rumahku. Terlalu jauh!

Kalau pintu yang kubuka, mendengar grendel kubuka pasti akan langsung membuatnya kabur. Apalagi ada dua Grendel yang kupasang. Sementara, kalau aku keluar melalui pintu depan dan memutar ke belakang rumah melalui deretan rumah model couple lebih dari sepuluh rumah ke-kanan atau ke-kiri tentu sangat memakan waktu dan beresiko (rumahku nomor 10 jadi tepat berada ditengah-tengah). Selain kaki yang bengkak dan pincang, aku juga tidak tahu orang ini bekerja sendiri atau berkomplot dengan beberapa orang?

Sambil terus berpikir untuk mencari cara "memberi pelajaran" pada orang ini, aku terus mengamati semua yang dilakukannya untuk terus menjebol pintu rumahku dengan berbagai cara, termasuk berusaha mencongkelnya dengan obeng besar dan juga mendobraknya, walaupun tidak berani terlalu keras. Mungkin takut kedengaran orang.

Sampai menjelang azan Subuh, orang ini terus berusaha, sedangkan aku tidak juga mendapatkan cara jitu untuk melumpuhkan orang ini. Akhirnya, karena sudah nggak sabar lagi, ketika orang ini masih asyik mencoba mencongkel pintu pada titik-titik lokasi grendel, akhirnya pintu dari papan itu kugebrak dari dalam sambil berteriak maliiiiiiiiiing! Sekeras-kerasanya, sampai membuat orang ini terjengkang kebelakang dan langsung kabur sambil berteriak "ada orang". Nah, dari sini aku juga meyakini, orang ini tidak bekerja sendiri!

Setelah shalat Subuh di pagi buta, saya langsung ke rumah Pak RT dan menceritakan semua kronologi yang terjadi dirumah saya. Tidak menunggu lama, kami dan satpam komplek yang bertugas di pintu masuk mencoba memeriksa pintu belakang rumah dari arah luar dan benar saja, bekas congkelan jelas terlihat disana.

Akhirnya, satpam mengajak saya ke bedeng atau mess tukang untuk mengenali tukang yang ada, siapa tahu orang berkelubut tadi malam ada diantara mereka. Tapi sayang, kami terlambat! Dari informasi beberapa tukang di bedeng yang kami temui, pemegang proyek pemasangan kunci ini ada dua orang dan dua-duanya sebelum subuh tadi pamit mau pulang, katanya ada musibah di kampung.

Menjelang siang, dengan ditemani Pak RT dan Satpam, kami ke kantor pemasaran yang kebetulan setiap hari Minggu hanya bagian pemasaran saja yang piket. Alhamdulillah petugas piket bisa langsung memberikan akses untuk berbicara dengan manajemen sekaligus pemilik peusaha perumahan dan akhirnya kami sepakat bertemu selepas shalat Duhur.

Dari pertemuan dengan manajemen pengembang dan juga pemiliknya ini terungkap beberapa fakta mengejutkan! Untuk pengerjaan beberapa elemen rumah, pengembang memang menyerahkannya kepada pemborong yang berbeda-beda, termasuk pengerjaan semua panel pintu dan jendela. Celakanya, pengembang tidak menyadari adanya potensi kriminal dari aktifitas ini. 

Terbukti, pihak pengembang kecolongan! Mereka sama sekali tidak mempunyai data personil dari para pemborong kerja yang mengerjakan beberapa pekerjaan di komplek kami. 

Uniknya, fakta baru yang krusial sekaligus sangat mencengangkan akhirnya terungkap saat kami ke lapangan! Berbekal anak kunci dari rumah saya, ternyata saya juga bisa membuka beberapa rumah tetangga, baik yang masih kosong maupun yang sudah berpenghuni. Whalaaaah! Anehnya, pihak pengembang benar-benar baru mengetahui masalah ini. Kok bisa?

Akhirnya, setelah melalui beberapa kali perundingan dengan warga, pihak pengembang berniat ingin mengganti semua perangkat kunci rumah, khususnya pintu depan dan belakang yang punya akses keluar rumah. Tapi warga sepakat menolak dan lebih memilih minta mentahnya saja alias uang cash dan beli sendiri perangkat kuncinya. Karena khawatir semua seragam lagi seperti sebelumnya!

Jadi, kalau anda membeli rumah di perumahan, baik bekas atau baru ada baiknya perangkat kuncinya, terkhusus yang mempunyai akses keluar segera diganti dengan yang baru, biar kejadian yang saya alami tidak akan terulang kepada anda!

Semoga bermanfaat! 

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun