Sampai sekitar dua menit, aku tidak melihat sesuatu yang aneh di belakang rumah. Baru pada menit selajutnya, aku dikejutkan oleh sosok berkelubut sarung yang berjalan dari arah belakang rumah sebelah kiri yang kebetulan bagian belakangnya mau dipagar.
Deg! Jantungku semakin berdebar-debar, ternyata orang berkelubut sarung itu menuju kearahku. Untungnya, selain hanya mengintip dari lubang kecil yang saya buat dengan menyingkap sedikit ujung handuk, saat itu lampu di dalam rumah juga sudah kumatikan semua, sehingga saat orang berkelubut ini mencoba mengintip kedalam rumah melalui jendela yang saat itu juga kupakai untuk mengamatinya, tidak bisa melihat apa-apa.
Sebaliknya, aku yang mengamati orang berkelubut sarung itu dari dalam, dengan jelas bisa mengenali detail wajahnya yang diterangi pendar cahaya lampu pijar 5 watt yang terpasang tepat diatas kepalanya.
Yah, aku ingat! Dia orang yang sempat menemuiku sehari sebelum aku berangkat ke Banjarmasin sebulan lalu, sewaktu aku, Setiawan dan Udin bingung menentukan posisi mesin pompa air yang aman. Orang ini juga yang menyarankan kami, agar memasang mesin pompa air di dalam kamar mandi. Kenapa orang ini tengah malam mengintip rumahku?Â
Tanpa berkedip aku terus mengamati tingkah polah mencurigakan orag ini. Setelah mengintip melalui jendela, orang ini mengintip melalui lubang di bawah pintu yang memang sedikit tidak presisi dan menyisakan lubang memanjang sepanjang daun pintu selebar hampir 1 cm.
Setelah beberapa saat mengintip, orang ini mundur sekitar dua langkah dan sepertinya mulutnya mulai komat-kamit entah merapalkan mantera atau doa. Sambil mengeluarkan beberapa bundel anak kunci yang saya yakin jumlahnya lebih dari ratusan, orang ini mencoba membuka pintu belakang rumahku dengan anak kunci yang dibawanya dan ajaibnya, anak kuncinya pas!
Tapi, karena ada tambahan pengaman berupa dua gerendel yang kupasang di bagian atas dan samping bawah daun pintu, pintu tidak bisa terbuka. Sepertinya orang itu juga berusaha mendorong dengan tenaganya, tapi pintu tetap bergeming. Sepertinya, orang ini tidak melakukan survey sebelumnya dan tidak mengira rumah sudah ada penghuninya.
Sampai disini, benang merah misteri raibnya mesin pompa air dan peralatan tukang milik Setiawan sebulan lalu mulai terkuak! Jujur, saat itu perasaanku campur aduk jadi satu. Marah, jengkel bahkan ada juga rasa takut yang semuanya berkumpul jadi satu. Aku yakin, orang inilah biang kerok pelaku pencurian itu. Siapa dia sebenarnya? Darimana dia dapat anak kunci sebanyak itu?
Saat itu, aku sudah siap dengan Mandau asli pemberian Abah di tangan kanan. Tapi aku justeru bingung! Bagaimana caranya menangkap orang ini? Kalau aku teriak, pasti percuma karena di komplek tidak orang selain keluarga Pak RT. Pasti nggak efektif! Selain beliau sudah relatif sepuh, jarak rumahnya juga sekitar 50 meter dari rumahku. Terlalu jauh!
Kalau pintu yang kubuka, mendengar grendel kubuka pasti akan langsung membuatnya kabur. Apalagi ada dua Grendel yang kupasang. Sementara, kalau aku keluar melalui pintu depan dan memutar ke belakang rumah melalui deretan rumah model couple lebih dari sepuluh rumah ke-kanan atau ke-kiri tentu sangat memakan waktu dan beresiko (rumahku nomor 10 jadi tepat berada ditengah-tengah). Selain kaki yang bengkak dan pincang, aku juga tidak tahu orang ini bekerja sendiri atau berkomplot dengan beberapa orang?
Sambil terus berpikir untuk mencari cara "memberi pelajaran" pada orang ini, aku terus mengamati semua yang dilakukannya untuk terus menjebol pintu rumahku dengan berbagai cara, termasuk berusaha mencongkelnya dengan obeng besar dan juga mendobraknya, walaupun tidak berani terlalu keras. Mungkin takut kedengaran orang.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!