Hari ini, Jumat (12/6/2020) sebagian besar masjid di Banjarmasin sudah memasuki minggu ke-dua melaksanakan ibadah shalat Jumat berjamaah, meskipun masih ada beberapa masjid yang masih memilih tutup dan belum melaksanakan berbagai  jenis ibadah, termasuk masjid yang biasa menjadi tempat saya shalat berjamaah, termasuk shalat Jumat. Karenanya, dua kali shalat Jumat terakhir saya lakukan di masjid dalam komplek perumahan yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari rumah saya.
Mungkin karena pertimbangan grafis kurva penularan covid-19 di Kota 1000 Sungai dan sekitarnya yang cenderung terus naik meskipun telah memberlakukan PSBB sampai tiga periode dan sampai sekarang masih juga belum ada tanda-tanda untuk melandai sama sekali menjadi pertimbangan pengurus masjid untuk tetap menutup masjid.
Masjid dalam komplek perumahan yang baru sekitar setahun terkahir selesai dibangun untuk menggantikan bangunan masjid lama perumahan yang selain bangunannya lebih kecil, juga lokasinya kurang strategis itu saya pilih untuk shalat Jumat, selain karena memang sengaja dibuka untuk ibadah shalat Jumat dan dekat dengan rumah, juga karena jamaahnya dibatasi hanya warga komplek saja.
Sedangkan jamaah dari warga luar komplek yang biasanya diijinkan masuk untuk mengikuti semua ibadah shalat berjamaah, sejak awal pandemi dan pemberlakuan PSBB sampai berlanjut pada protokoler new normal, dengan berat hati terpaksa dilarang masuk.
Maklum, selain menjaga dari kemungkinan masuknya carrier covid-19, masjid tiga tingkat dengah dinding dan lantai full marmer yang dingin ini, juga mengurangi daya tampungya lebih dari separuh karena memberlakukan jamaah distancing dalam semua ibadah shalat berjamaah, termasuk shalat Jumat.
Penerapan Jamaah distancing diatur dengan cara memberi  tanda silang pada barisan shaf yang tidak boleh diisi oleh jamaah dengan jarak rata-rata satu meter secara selang-seling, persis tanda pada kursi-kursi di ruang tunggu tempat umum.
Selain penerapan jamaah distancing, pengelola masjid secara kontinyu juga mengingatkan sekaligus menyerukan kepada semua jamaah yang akan memasuki area masjid untuk mengikuti protokoler kesehatan yang telah ditentukan, seperti wajib membawa perlengkapan ibadah sendiri (sajadah dan tasbih, bagi yang biasa menggunakannya), memakai masker  dan mencuci tangan dengan perlengkapan sabun sebelum masuk masjid.Â
Untuk mempertegas himbauan dan seruan, pengelola masjid juga telah memasang beberapa banner protokoler covid-19 di lingkungan masjid, memberikan fasilitas wastafel portabel lengkap dengan sabun cair, petugas thermometer gun yang stanby di pintu masuk masjid (dari tiga pintu yang ada hanya satu yang difungsikan untuk keluar masuk jamaah) dan juga satuan pengamanan yang tidak segan-segan menegur jamaah yang bandel!
Secara teknis, pelaksanaan ritual ibadah shalat Jumat di masjid komplek kami ini tetap sama seperti ritual shalat jumat pada umumnya, yang membedakan mungkin durasinya saja yang lebih singkat atau tepatnya memang dipersingkat.Â
Khususnya pada saat khutbah jumat, pelaksanaan shalat pada saat pembacaan ayat Alquran setelah membaca Surah Al Fatihah dan pada saat membaca dzikir setelah selesai shalat.
Untuk pembacaan dua khutbah Jumat yang umumnya berdurasi  tigapuluh menitan, sekarang bisa setengah bahkan sepertiga waktu normal atau hanya sekitar sepuluh menitan saja.
Sedangkan untuk bacaan shalat, khususnya dua kali bacaan ayat Alquran pada masing-masing rakaat setelah membaca surah Al Fatihah, menurut jamaah tetap di masjid ini, imam di masjid komplek yang memang hafiz Alquran (hafal Alquran) ini memang biasa membaca ayat yang panjang sehingga lebih lama durasinya daripada masjid lainnya, tapi pada Jumat kali ini bacaan surahnya memilih bacaan surah-surah pendek saja.
Selanjutnya, pada pembacaan dzikir setelah selesai shalat yang lebih singkat dari biasanya, meskipun tetap diakhiri dengan doa bersama.
Hanya saja, tradisi saling bersalaman yang menurut jamaah tetap masjid komplek ini biasa menjadi ritual terakhir jamaah sebelum bubar dan pulang ke rumah masing-masing, kali ii terpaksa harus tidak bisa dilakukan. Jadi selesai berdoa bersama, jamaah langsung bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
Memang, protokoler covid-19 berikut ubarampe yang persiapkan oleh pengelola masjid memang bermaksud baik, tapi tetap saja menggiring pada suasana yang tidak biasa. Terasa kaku dan lebih menegangkan, sehingga relatif masih sulit untuk menikmati suasananya seperti shalat Jumat pada hari-hari normal biasanya!Â
Salah satunya yang terlihat paling mencolok adalah, interaksi antar jamaah hampir tidak terlihat. Kalaupun ada, karena dilarang bersalaman dan juga cipika-cipiki, suasana yang terbangun sangat aneh dan benar-benar tidak bisa dinikmati. Sangat jauh dari kesan akrab.Â
Ngerinya, ini yang bikin suasana menjadi lebih horor! Meskipun satu komplek, tidak berarti semua kenal dan mengenal dengan sesama warga. Akibatnya, tatapan mata antar jamaah terasa lebih tajam dari biasanya. Ini yang berbahaya, karena di Banjarmasin "dari mata belum tentu turun kehati untuk jatuh hati" tapi bisa jadi turun ke hati untuk menyulut emosi!
Alhamdulillah! Semua tidak terjadi dan mudahan tidak akan pernah terjadi, karena kita semua bersaudara!
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H