Untuk mempertegas himbauan dan seruan, pengelola masjid juga telah memasang beberapa banner protokoler covid-19 di lingkungan masjid, memberikan fasilitas wastafel portabel lengkap dengan sabun cair, petugas thermometer gun yang stanby di pintu masuk masjid (dari tiga pintu yang ada hanya satu yang difungsikan untuk keluar masuk jamaah) dan juga satuan pengamanan yang tidak segan-segan menegur jamaah yang bandel!
Secara teknis, pelaksanaan ritual ibadah shalat Jumat di masjid komplek kami ini tetap sama seperti ritual shalat jumat pada umumnya, yang membedakan mungkin durasinya saja yang lebih singkat atau tepatnya memang dipersingkat.Â
Khususnya pada saat khutbah jumat, pelaksanaan shalat pada saat pembacaan ayat Alquran setelah membaca Surah Al Fatihah dan pada saat membaca dzikir setelah selesai shalat.
Untuk pembacaan dua khutbah Jumat yang umumnya berdurasi  tigapuluh menitan, sekarang bisa setengah bahkan sepertiga waktu normal atau hanya sekitar sepuluh menitan saja.
Sedangkan untuk bacaan shalat, khususnya dua kali bacaan ayat Alquran pada masing-masing rakaat setelah membaca surah Al Fatihah, menurut jamaah tetap di masjid ini, imam di masjid komplek yang memang hafiz Alquran (hafal Alquran) ini memang biasa membaca ayat yang panjang sehingga lebih lama durasinya daripada masjid lainnya, tapi pada Jumat kali ini bacaan surahnya memilih bacaan surah-surah pendek saja.
Selanjutnya, pada pembacaan dzikir setelah selesai shalat yang lebih singkat dari biasanya, meskipun tetap diakhiri dengan doa bersama.
Hanya saja, tradisi saling bersalaman yang menurut jamaah tetap masjid komplek ini biasa menjadi ritual terakhir jamaah sebelum bubar dan pulang ke rumah masing-masing, kali ii terpaksa harus tidak bisa dilakukan. Jadi selesai berdoa bersama, jamaah langsung bubar dan pulang ke rumah masing-masing.
Memang, protokoler covid-19 berikut ubarampe yang persiapkan oleh pengelola masjid memang bermaksud baik, tapi tetap saja menggiring pada suasana yang tidak biasa. Terasa kaku dan lebih menegangkan, sehingga relatif masih sulit untuk menikmati suasananya seperti shalat Jumat pada hari-hari normal biasanya!Â
Salah satunya yang terlihat paling mencolok adalah, interaksi antar jamaah hampir tidak terlihat. Kalaupun ada, karena dilarang bersalaman dan juga cipika-cipiki, suasana yang terbangun sangat aneh dan benar-benar tidak bisa dinikmati. Sangat jauh dari kesan akrab.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!