Awalnya, konon kupiah jangang ini hanya dipakai oleh orang-orang tertentu saja, yaitu para alimulama berikut santri-santrinya saja, sehingga akhirnya muncul semacam konvensi daram masyarakat, pemakai kupiah jangang ini dianggap bisa  memimpin shalat berjamaah, memimpin ceramah, membaca doa atau memimpin majelis pengajian. Karenanya, kopiah jangang ini relatif sangat populer hanya di kalangan pesantren saja!
Seiring perkembangan jaman dan juga karena adanya komunikasi lintas nusantara diantara para alim ulama dan juga para santeri, keunikan dan keindahan kupiah jangang akhirnya menyebar tidak hanya di lingkungan Kalimantan Selatan saja, tapi juga lintas Kalimantan bahkan nusantara. Konsekuensinya, situasi ini berpengaruh terhadap posisinya yang sekarang lebih inklusif, karena bisa dipakai siapa saja! Bahkan, sekarang sudah menjadi oleh-oleh wajib bagi siapapun yang berkesempatan berkunjung ke Banua Banjar! Mau?
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H