Tidak heran jika kemudian, secara emosional Urang Banjar separti menyatu dengan Islam berikut segala atribut yang dibawanya, seperti digambarkan oleh antropolog Judith Ann Nagata, Profesor Emeritus dan Antropologi dari York University, Toronto Canada.
"Di mana Suku Banjar merupakan salah satu suku di Indonesia yang identitas kesukuannya bertumpang tindih dengan identitas keagamaan, "Agama ya suku, suku ya agama".
Sejarah interaksi di antara masyarakat Banjar dengan Agama Islam sebagai tatanan kehidupan yang paripurna diyakini para sejarawan telah dimulai jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banjar, kesultanan pertama di pulau Kalimantan yang menjadikan Islam sebagai agama resmi negara, sekitar 5 abad yang lalu.
Sedangkan, untuk ibadah haji-nya sendiri menurut budayawan Banjar yang juga kompasianer, Zulfaisal Putra memang tidak ada catatan resmi  yang bisa dijadikan rujukan, tapi jika melihat sejarah hidup Syeh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga dikenal sebagai Datu' Kalampaian (1710-1812), ulama berpengaruh dari Kesultanan Banjar ini semasa hidupnya pernah menetap di Mekkah sekitar 30 tahunan.
Baca Juga :  Mengenal Datu’ Kalampaian dan 4 Serangkai Ulama dari Tanah Jawi (Melayu) Inspirasi NusantaraÂ
Artinya, tahun 1700-an sudah ada Urang Banjar yang naik haji. Bahkan, menurut catatan Lesley Potter (2000), sebagaimana dikutip budayawan Banjar Taufik Arbain, pada tahun 1800-1900-an tercatat persentase dan proporsi jamaah haji urang Banjar yang lebih besar dari jamaah dari pulau Jawa.
Haji dan Budaya Lawang Sekepeng
Sejarah panjang berhajinya Urang Banjar ternyata juga banyak membentuk berbagai keunikan tradisi budaya baru sebagai konsekuensi terjadinya silang budaya atau akulturasi dengan budaya luar, khususnya Islam dari negeri Arab dengan segala keunikannya.Â
Baca Juga :  Bertemu Bintang Sepak bola di Masjidil Haram   Â
Sayangnya, budaya lokal masyarakat suku Banjar seputar berhaji atau terkait dengan kepergian masyarakat Banjar ke tanah suci untuk naik haji, saat ini mulai banyak yang hilang. Tidak jauh berbeda dengan berbagai tradisi dan budaya lokal lain di nusantara yang lebih banyak berada dalam situasi layaknya hidup segan mati tak mau.
Salah satunya yang paling menarik adalah tradisi lawang sekepeng atau penyambutan haji khas Urang Banjar yang ternyata juga dikenal oleh masyarakat Suku Dayak sebagai tradisi penyambutan juga.
Sayangnya, dari hasil hunting keliling Kota Banjarmasin pada musim haji tahun semalam (kemarin; Bahasa Banjar) dari sekian ratus jamaah yang pulang haji, saya hanya mendapatkan beberapa saja di antaranya yang masih melestarikan tradisi lawang sekepeng.