Seperti halnya bentuk-bentuk pamali Banjar pada umumnya yang selalu menuntut kepatuhan masyarakat kepada budaya, dalam berkata, bertindak, berilaku dalam kehidupan sehari-hari, kapuhunan secara fungsi juga tidak jauh berbeda.
Kapuhunan pada dasarnya juga mengingatkan agar Urang Banjar bersikap santun dan tepat, khususnya dalam memperlakukan makanan dan minuman berikut tradisi di seputarnya.
Kapuhunan sebagai pamali, arti dan maknanya relatif sama dengan definisinya dalam kamus bahasa Banjar yang disusun oleh Almarhum Prof. Haji Abdul Djebar Hapip diatas, yaitu dapat celaka; dapat bencana. Pertanyaannya berikutnya yang paling banyak mengemuka pasti dapat celaka atau dapat bencana karena apa atau oleh sebab apa?
Uniknya, pamali banjar kapuhunan ini selalu berkaitan dengan makanan/minuman! Jadi, penyebab kapuhunan atau dapat celaka dalam pamali Banjar ini, diyakini sebagai akibat dari perlakuan terhadap makanan! Nah lo, penasaran?
Masyarakat Banjar meyakini beberapa hal yang bisa menyebabkan kapuhunan, diantaranya
Pertama
Kepingin sekali atau dalam bahasa Banjar disebut sebagai handak banar terhadap makanan atau minuman tertentu yang saat itu sebenarnya punya kemampuan untuk memenuhinya, apalagi jika makanan/minuman itu sudah ada atau sudah dihidangkan, tapi karena sibuk atau sebab apa saja yang menghalanginya, keinginan atau kahandakan makan atau minum sesuatu tersebut akhirnya tidak kesampaian.
Misalkan, setelah ujian pendadaran tesis, saat itu saya kepingin sekali makan nasi pecel Madiun sama menyeruput kopi "nashitel" alias panas hitam dan kentel/kental kesukaan saya sejak kecil dan untuk itu saya sudah memesannya di kantin kampus.
Saat saya berjalan menuju kantin, saya sudah membayangkan nikmatnya perpaduan rasa pedas khas dari sambal pecel dengan seruputan pertama kopi nashitel saya. Tiba-tiba dosen pembimbing nelpon saya minta ketemu saat itu juga! Selanjutnya...? Seperti inilah tahapan kapuhunan secara sederhana! Silahkan kira-kira sendiri kapuhunan apa yang akan terjadi!
Entah ada hubungannya atau tidak, setidaknya ada dua hadis Rasulullah yang mengingatkan kita lebih mendahulukan makan agar tidak menggangu konsentrasi atau kekhusyuan sholat!
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Tidak ada shalat ketika makanan telah dihidangkan, begitu pula tidak ada shalat bagi yang menahan (kencing atau buang air besar).” (HR. Muslim no. 560).Dalam hadits dari Anas radhiyallahu ‘anhu disebutkan
“Jika makan malam telah tersajikan, maka dahulukan makan malam terlebih dahulu sebelum shalat Maghrib. Dan tak perlu tergesa-gesa dengan menyantap makan malam kalian.” (HR. Bukhari no. 673 dan Muslim no. 557)