Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Eksistensi Kuliner Nusantara di Tengah Hegemoni Kue Nastar di Hari Lebaran

15 Mei 2020   17:23 Diperbarui: 15 Mei 2020   17:38 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tradisi Sajian Kue Kering

Seluruh nusantara sepertinya mengenal dengan baik kue kering Ananas Taart atau lebih kita kenal sebagai nastar, kue klasik nan legendaris perpaduan dari budaya negeri Belanda dengan alam nusantara, berjuluk the most favourite cookies in  happy lebaran itu!?

Memang, kue kering yang asalnya berisi isian olahan selai dari buah nenas (Ananas comosus) ini sangat populer di Indonesia, terutama di akhir bulan ramadan atau seputar hari lebaran tiba. 

Saking populernya, bahkan ada sebagian masyarakat yang merasa belum lengkap berlebaran jika belum menikmati kue nastar dari barisan toples-toples kaca yang tersusun manis di meja-meja tamu.

Kehadiran beragam kue kering atau di kampung halaman saya di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas disebut sebagai wadai karing, memang sudah mentradisi di masyarakat nusantara. Tidak hanya di seputar hari raya lebaran saja, tapi juga di hari raya umat agama-agama lain di Indonesia, termasuk di berbagai acara pesta atau tasyakuran baik masyarakat sebagai pribadi individu maupun sebagai komunal layaknya masyarakat adat. 

Sebagai negeri dengan keberagaman tradisi dan budaya yang begitu kaya, termasuk didalamnya tradisi kuliner, sudah menjadi rahasia umum jika masing-masing daerah di Indonesia juga mempunyai beragam tradisi kuliner lokal khas setempat dengan cita rasa juara yang biasa dihidangkan dalam upacara-upacara adat atau perayaan-perayaan hari besar agama, termasuk saat lebaran.

Sajian Katupat Kandangan Khas Banua | @kaekaha
Sajian Katupat Kandangan Khas Banua | @kaekaha

Kuliner Lokal Hidangan Lebaran 

Seperti sebagian besar masyarakat nusantara yang merayakan lebaran lainnya, masyarakat Kalimantan Selatan atau Urang Banua juga merayakan lebaran, salah satunya dengan menyajikan beragam kuliner baik tradisional maupun kuliner umum nasional yang telah kesohor pada umumnya. 

Selain sajian wadai karing, baik wadai karing lokal khas Kota 1000 Sungai, seperti wadai ilat sapi, akar pinang, kambang goyang, kue roko dan banyak lagi lainnya, juga wadai karing nasional seperti nastar, semprit, kastengel dan lain-lainnya, Urang Banjar juga biasa menyajikan beberapa kuliner lokal level berat atau selevel makan siang seperti Soto/Sop Banjar, Katupat Kandangan, Lontong Tampusing atau kuliner-kuliner tradisional khas Urang Banjar pada umumnya. 

Artinya, disamping sajian-sajian khas lebaran ala nusantara seperti wadai karing nastar dan kawan-kawannya sudah ada, Urang Banjar tetap menghidangkan sajian ragam kuliner tradisional sebagai perimbangan. Memang, biasanya status sosial pemilik rumah berbanding lurus dengan kuantitas juga kualitas hidangan yang tersaji. Bagaimana dengan lebaran di daerahmu?    

Uniknya, sebagai salah satu miniatur nusantara, Kota 1000 Sungai yang juga menjadi rumah dari beragam suku bangsa di nusantara, secara otomatis juga menjadi area konservasi beragam tradisi kuliner nusantara berikut beragam turunannya sebagai bentuk kompromi juga akulturasi budaya sebagai konsekuensi terjadinya dinamika interaksi antar masyarakat di lingkungan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas ... dan datangnya hari lebaran biasa menjadi arena aktualisasi dari keberhasilan proses "konservasi" tersebut.

Soto Banjar Orisinil Khas Banjarmasin | @kaekaha
Soto Banjar Orisinil Khas Banjarmasin | @kaekaha

Lebaran Dengan Kuliner Nusantara

Jika lebaran tiba, saya dan keluarga selalu berusaha untuk menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan keluaga, kerabat, sahabat, teman dan handai taulan yang berasal dari berbagai suku dan daerah lainnya yang tinggal di seputar Kota Banjarmasin. Selain tetap menjaga ukhuwah, kami serasa keliling Indonesia!

Jika ingin merasakan nikmatnya Nasi Pecel Madiun dan Soto Madiun yang otentik dengan citarasa khas Mediunan, kami akan langsung beranjangsana ke rumah teman SMP saya yang dulu semasa sekolah selama tiga tahun selalu satu kelas bahkan tempat duduknya juga di depan saya dan sekarang sama-sama menetap di perantauan, di Kalimantan Selatan. 

Suasana khas mediunan yang selalu dibangun teman SMP saya setiap lebaran tiba, salah satunya dengan menyajikan kletikan khas mediunan sepeti marning, madu mongso, tape ketan bungkus daun jambu air juga nasi pecel madiun dan soto madiun yang khas, mirip sekali dengan suasana lebaran di rumah leluhur saya dari pihak ibu. Jadi sekalian sebagai pengobat rindu kampung halaman saat tidak bisa mudik alias tombo kangen.

Selain tradisi kuliner khas mediunan, setiap lebaran hampir semua kuliner nusantara dari berbagai daerah menjadi menu makanan setiap harinya secara bergiliran, seperti Rawon dan Rujak Cingur dari Surabaya dan Jawa Timur, Gudeg Tewel dari Jogjakarta dan sekitarnya, Soto Betawi dari Jakarta dan sekitarnya, Pempek dan Tekwan dari Palembang Darusalam dan sekitarnya, Rendang Daging dari ranah Minangkabau, Sumatera Barat dan sekitarnya, Mie Aceh yang kaya rempah dari bumi Serambi Makkah, Aceh.

Sedangkan tetangga dan sahabat dari Makassar dan Sulawesi Selatan dan Barat pada umumnya, kami biasa mendapatkan Es Palu Butung, Coto Makassar atau Sop Konro yang kesohor dan dari kawan dan juga sahabat yang berasal dari seputar Sulawesi Utara dan Gorontalo, saya biasa disuguhi rica-rica ayam atau daging sapi yang pedasnya super sekaliiiiiiiiiii!

Uniknya! Keluaga, kerabat, sahabat, teman dan juga handai taulan yang berasal dari berbagai suku dan daerah di nusantara ini mengaku  sebagian dari masakan-masakan daerah yang disajikan saat lebaran telah mengalami modifikasi, selain karena menyesuaikan lidah banjar (sebagian besar para pendatang ini juga sudah mulai terpengaruh dengan citarasa kuliner Banjar) alasan berikutnya adalah bumbu-bumbu asli dari daerah asal yang tidak tersedia di Kota 1000 Sungai.

Maknanya, tidak masalah kue nastar justeru menjadi salah satu simbol datangnya hari raya lebaran, asalkan masakan-masakan tradisional daerah juga ikut eksis, hadir menyemarakkan lebaran kita semua. Semoga bermanfaat!

Tetap semangat dalam pandemi covid-19!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun