Lebaran Dengan Kuliner Nusantara
Jika lebaran tiba, saya dan keluarga selalu berusaha untuk menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan keluaga, kerabat, sahabat, teman dan handai taulan yang berasal dari berbagai suku dan daerah lainnya yang tinggal di seputar Kota Banjarmasin. Selain tetap menjaga ukhuwah, kami serasa keliling Indonesia!
Jika ingin merasakan nikmatnya Nasi Pecel Madiun dan Soto Madiun yang otentik dengan citarasa khas Mediunan, kami akan langsung beranjangsana ke rumah teman SMP saya yang dulu semasa sekolah selama tiga tahun selalu satu kelas bahkan tempat duduknya juga di depan saya dan sekarang sama-sama menetap di perantauan, di Kalimantan Selatan.Â
Suasana khas mediunan yang selalu dibangun teman SMP saya setiap lebaran tiba, salah satunya dengan menyajikan kletikan khas mediunan sepeti marning, madu mongso, tape ketan bungkus daun jambu air juga nasi pecel madiun dan soto madiun yang khas, mirip sekali dengan suasana lebaran di rumah leluhur saya dari pihak ibu. Jadi sekalian sebagai pengobat rindu kampung halaman saat tidak bisa mudik alias tombo kangen.
Selain tradisi kuliner khas mediunan, setiap lebaran hampir semua kuliner nusantara dari berbagai daerah menjadi menu makanan setiap harinya secara bergiliran, seperti Rawon dan Rujak Cingur dari Surabaya dan Jawa Timur, Gudeg Tewel dari Jogjakarta dan sekitarnya, Soto Betawi dari Jakarta dan sekitarnya, Pempek dan Tekwan dari Palembang Darusalam dan sekitarnya, Rendang Daging dari ranah Minangkabau, Sumatera Barat dan sekitarnya, Mie Aceh yang kaya rempah dari bumi Serambi Makkah, Aceh.
Sedangkan tetangga dan sahabat dari Makassar dan Sulawesi Selatan dan Barat pada umumnya, kami biasa mendapatkan Es Palu Butung, Coto Makassar atau Sop Konro yang kesohor dan dari kawan dan juga sahabat yang berasal dari seputar Sulawesi Utara dan Gorontalo, saya biasa disuguhi rica-rica ayam atau daging sapi yang pedasnya super sekaliiiiiiiiiii!
Uniknya! Keluaga, kerabat, sahabat, teman dan juga handai taulan yang berasal dari berbagai suku dan daerah di nusantara ini mengaku  sebagian dari masakan-masakan daerah yang disajikan saat lebaran telah mengalami modifikasi, selain karena menyesuaikan lidah banjar (sebagian besar para pendatang ini juga sudah mulai terpengaruh dengan citarasa kuliner Banjar) alasan berikutnya adalah bumbu-bumbu asli dari daerah asal yang tidak tersedia di Kota 1000 Sungai.
Maknanya, tidak masalah kue nastar justeru menjadi salah satu simbol datangnya hari raya lebaran, asalkan masakan-masakan tradisional daerah juga ikut eksis, hadir menyemarakkan lebaran kita semua. Semoga bermanfaat!
Tetap semangat dalam pandemi covid-19!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!