Jujur untuk yang satu ini, saya tidak tahu proses dan isi negosiasinya, karena sesuai kesepakatan kami, masalah si-Amin selanjutnya menjadi masalah keluarga, sehingga menjadi tanggungan keluarga kedua belah pihak tanpa ada campur tangan dari perusahaan. Alhamdulillah! Â
Belakangan, saya mendapatkan bocoran langsung dari si-Amin, kalau kedua orang tuanya dulu bertemu dan menikah juga diawali dengan tragedi yang sama, modusnya ditabrak dulu! He...he...he... auk ah!
Masalah si-Amin beres! Sekarang tinggal masalah si-Andi dengan kambing-kambingnya yang sepertinya malah menjauh dari kata beres. Gara-garanya, si pemilik kambing tidak mau hanya diberi ganti uang senilai kambing yang mati plus uang pengobatan untuk kambing-kambingnya yang patah kaki, tahu sebabnya?
Ini yang membuat saya tidak bisa melupakan ini semua sampai kapanpun! Pemilik kambing menghitung angka ganti ruginya dengan kalkulasi, kalau kambing sudah dewasa total bisa punya anak berapa, nanti anaknya sikambing bisa berpotensi punya cucu berapa!? Semuanya dihitung harganya dan ditotal! Wadauuuuh!
Waktu si-Andi mencoba protes menganalogikan posisi dia dengan posisi si-Amin, temannya yang menabrak si-gadis yang sama sekali tidak keluar uang padahal yang ditabrak si-Amin adalah manusia yang secara nalar tentunya lebih bernilai ketimbang seekor kambing, apa jawabnya si pemilik kambing!?
"Temanmu kan mau mengawininnya, memangnya kamu mau mengawini kambing saya!" Jawab si-Bapak spontan, membuat Si-Andi langsung pingsan di tempat.
Semoga menghibur!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H