Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Manis Asam Asin Olahan Buah Lokal Khas Banjarmasin Untuk Berbuka Puasa

11 Mei 2020   12:38 Diperbarui: 11 Mei 2020   12:33 1896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya Kuliner Kota 1000 Sungai

Kota 1000 Sungai, Kota Banjarmasin nan Bungas merupakan salah satu kota tua yang pernah kesohor sebagai bandar perdagangan tua di nusantara. Posisinya yang strategis di tepian salah satu sungai terpanjang di Indonesia, Sungai Barito menjadikannya pintu masuk bagi distribusi dan juga mobilisasi barang dan manusia dari dan menuju ke pedalaman Pulau Kalimantan.  

Tidak heran jika dalam perjalannannya beragam etnis nusantara juga dunia, banyak memberi pengaruh terhadap tradisi, budaya juga sisi reliji urang Banjar yang dikenal mempunyai kedekatan dengan Islam berikut budaya yang dibawanya.

Salah satu sisi unik budaya Urang Banjar adalah kedekatan budaya kulinernya dengan alam dan lingkungannya, terkhusus budaya kuliner di saat bulan ramadan yang sedikit berbeda dengan hari-hari biasa dengan hasil alam berupa buah-buahan lokal yang tumbuh di sekitar Kota 1000 Sungai, sebut saja dengan buah Kalangkala (Litsea angulata),  jaring atau jengkol (Archidendron pauciflorum), Pisang Menurun atau pisang kepok (Musa acuminata), Waluh atau Labu kuning (Cucurbita moschata), Belungka Batu atau timun suri (cucumis melo). 

Penasaran dengan hasil olahannya?  Langsung saja kita bedah yuk!

i7u-20191006-092216-lg-1200-5eb8add2d541df70cd23f722.jpg
i7u-20191006-092216-lg-1200-5eb8add2d541df70cd23f722.jpg

Menu Lengkap | yayu fathilal
Menu Lengkap | yayu fathilal

1. Kalangkala (Litsea angulata)

Buah Kalangkala (Litsea angulata) bercitarasa asam ini biasa menjadi "lalapan" untuk buka puasa dengan lauk iwak baubar atau ikan bakar dengan sambal acan (terasi;Banjar) yang bercitarasa asin pedas. Mirip fungsi petai, aroma khas olahan sederhana buah kalangkala ini bisa menjadi booster nafsu makan. Berikut cara sederhana mengolahnya, 

Buang tangking (kelopak;Banjar) buah kalangkala, lalu rendam dalam air mendidih minimal 1 jam (lebih lama lebih nikmat),  setelah itu tambahkan irisan cabe rawit sesuai selera. bisa langsung dihidangkan! Mudahkan!?

Memang dalam perkembangannya, saat perendaman ada juga yang menambahkan dengan irisan bawang merah, bawang putih, gula, garam, bahkan kaldu jamur dsb. untuk menambah aroma. Silahkan dicoba! Siap-siap sedia nasi putih ekstra ya untuk berbuka puasa! He...he...he...

 

Jaring Tahi Lala | @kaekaha
Jaring Tahi Lala | @kaekaha

2. Jaring (Archidendron pauciflorum)

 Jaring tahi lala begitulah Urang Banjar menyebut kudapan atau penganan khas Kota 1000 Sungai ini. Kudapan? Betul! Ini bedanya dengan sajian jaring atau jengkol pada umumnya yang biasa sebagai lauk atau sayur teman makan nasi. 

Jaring untuk camilan ini sama sekali tidak meninggalkan bau dan aroma jengkol pada umumnya, jadi mohon maaf kepada para fans berat jengkol  kelas berat yang sering berkata, "apa enaknya makan jengkol tidak berasa jengkol!" Saya tidak merekomendasikan kuliner yang satu ini. OK!

Cara membuat camilan ini sangat mudah, pilih jaring tua, setelah itu rendam pakai air cucian beras atau bisa juga dengan air kapur selama sehari semalam (khusus untuk penyimpanan agak lama, rendam dengan air bersih dan harus diganti setiap terlihat mulai keruh), setelah itu rebus selama 3 jam nonstop. Setalah itu sajikan!

Cara nyamil-nya, jaring biasa dimakan dengan cocolan atau kami menyebutnya sebagai  lalaan yang dibuat dari saripati santan dengan bumbu khas sesuai dengan citarasa yang ingin di cecap, gurih atau manis.  Kalau manis, berarti tinggal menambahkan sari pati santan dengan adonan gula merah, sedangkan citarasa gurih, biasanya ditambahkan garam, bawang putih dan kaldu. Mau coba untuk berbuka sore ini?

Pisang Menurun (Musa acuminata) | @kaekaha
Pisang Menurun (Musa acuminata) | @kaekaha

lempeng pisang menurun | @kudapanbanjar
lempeng pisang menurun | @kudapanbanjar

3. Pisang Menurun (Musa acuminata)

Selain diolah menjadi kolak pisang yang menjadi favorit dunia untuk berbuka puasa, pisang  (Musa acuminata) Wadai lempeng pisang, kue pancake khas Banjar ini selain mudah dibuat sebagai kudapan untuk berbuka puasa teman si-Jaring Tahi Lala kue ini juga bisa dijadikan "pelarian" bagi pisang-pisang yang sudah terlalu masak atau pisang kamasakan (ndalu;Jawa). 

Bahan : 

  1. 5 biji pisang menurun
  2. 1/4 kg tepung terigu
  3. 2 telur ayam
  4. 2 sdm gula
  5. Secukupnya Mentega

Cara memasaknya sangat mudah, 

  1. Lumat agak kasar pisang menurun, setelah itu tambahkan bahan yang lain. 
  2. Aduk semua bahan, setelah itu tuang dan ratakan dalam wajan yang telah diolesi mentega. tunggu sampai matang.
  3. Setelah matang, angkat.

Aslinya, untuk menikmati lempeng pisang menurun | @kudapanbanjar ini, kami bisa langsung memakannya atau bisa juga mencocolnya atau menambahkan topping gula pasir saja. Tapi, setelah dikomersilkan, wadai lempeng pisang menurun ini dipasaran muncul dengan berbagai topping menarik seperti keju, cokelat, susu, strawberry dan lain-lainnya. Mudah kan? Dicoba yuk!

Wadai Pais Waluh| @kaekaha
Wadai Pais Waluh| @kaekaha

4. Waluh (Cucurbita moschata)

Buah Waluh atau Labu kuning (Cucurbita moschata) sudah sejak lama dikenal sekaligus dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi masyarakat. Bahkan, dalam Al quran Allah SWT juga mengabadikan buah syuran ini  disaat menolong Nabi Yunus setelah keluar dari dalam perut ikan paus yang menelannya beberapa lama.

“Kemudian kami lemparkan Yunus ke daerah yang tandus sedang dia dalam keadaan sakit dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu” (Qs ash-Shaffat : 145-146).

Secara tersirat, dari firman Sang Khalik diatas kita diberitahu khasiat dari buah waluh yang pastinya sangat luar biasa. Terbukti, ilmu sains modern benar-benar membuktikan kekayaan nutrisi sekaligus manfaat luar biasa buah waluh. 

Urang Banjar biasa memanfaatkan daging buah waluh untuk membuat berbagai macam pangan bermanfaat, seperti bubur waluh yang dipercaya sangat bagus untuk bayi dan anak-anak juga orang sakit, gangan waluh atau sayur waluh yang biasa dimasak dengan pucuk daunnya (daun waluh) ditambah dengan santan. Rasanya hmmmmm uenaaaak gaes! Apalagi ditemani ikan haruan baubar sama sambal acan asin pedas!

Selain itu, kami juga biasa mengolahnya menjadi jus dengan dicampur madu dan juga kue atau wadai yang biasa kami sebut dengan pais waluh yang rasanya dijamin bakalan iget terus sama Banjarmasin dah! 

Catat cara bikinnya ya!

Bahan utama:

  • 400 gram labu kuning
  • 150 gram gula pasir/gula merah
  • 1/4 sendok teh garam
  • 150 gram tepung beras
  • 200 ml santan dari 1/2 butir kelapa
  • 4 lembar daun pisang untuk membungkus

Bahan tambahan/variasi (rasa nangka/pisang):

  • 3 buah nangka/pisang, potong kotak/sesuai selera

Cara Membuat: 

  1. Kupas waluh dan potong kecil-kecil, kukus lalu di lembutkan.
  2. Masak santan, gula merah dan garam hingga gula mencair. 
  3. Siapkan mangkuk besar,  setelah itu masukkan cairan gula santan yang telah direbus, tepung beras, dan labu yang telah dihaluskan. 
  4. Aduk semua adonan hingga mengental. Untuk rasa original, bisa langsung dibungkus dengan daun pisang dan kunci bungkusan dengan lidi
  5. Untuk rasa variasi bisa ditambahkan dengan nangka atau pisang yang telah diiris sesuai dengan selera dan  keperluan.
  6. Untuk model bungkusan sesuai kemampuan dan keperluan juga, kalau di Banjarmasin bisa segitiga piramid atau bungkus memanjang seperti nagasari pisang ala masyarakat Jawa.
  7. Terakhir, kukus bungkusan pais waluh selama 20-25 menit atau hingga matang.
  8. Pais Waluh siap untuk dihidangkan! 

Mudah bukan!? Yuk dicoba!

Bilungka Batu Banjar | @kaekaha
Bilungka Batu Banjar | @kaekaha

5. Belungka Batu (cucumis melo).

Buah penanda datangnya bulan Ramadan ini di lingkungan masyarakat Banjar dan Dayak dikenal sebagai bilungka batu atau bilungka batu, sementara di beberapa daerah lain di ujung utara Kalimantan Selatan ada juga yang menyebutnya sebagai "Belungka Rakah"  atau "Belungka Masak" bagi buah yang sudah tua dan biasanya pecah alamiAda yang kenal dengan buah ini?

Masyarakat Indonesia sepertinya lebih mengenalnya sebagai timun suri!

Masyarakat Kota 1000 Sungai dan sebagian besar Kalimantan Selatan, biasa menjadikan buah semusim ini sebagai bahan utama untuk membuat minuman penawar dahaga saat berbuka puasa!

Ada dua resep utama es belungka batu khas urang Banjar. Meskipun resep keduanya relatif sangat sederhana, tapi rasanya maaaaaaak jangan ditanya deh! Mending langsung dicoba, dipraktikkan yak! 

Es Belungka Batu | @kaekaha 
Es Belungka Batu | @kaekaha 
  1. Belungka Batu sirup mawar merah. Resep ini sangat sederhana, bahannya hanya daging buah belungka batu, sirup mawar merah dan es batu serut. Cara membuatnya hanya menempatkan ketiga bahan diatas dalam satu wadah. Beres! Mudahkan!?
  2. Es Campur Belungka Batu. Untuk resep yang kedua ini, sedikit lebih kompleks dari segi bahannya, maklum namanya juga es campur! Jadi bahannya juga lebih banyak gaeeeeess! Kalau mau mencoba, silahkan pilih dah bahan-bahan campuran lainnya, bebas kok! Terpenting belungka batu-nya jangan ketinggalan dan tetap bisa menambah kenikmatan saat berbuka puasa nanti sore, yak! Selamat mencoba...


Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | Dok. KOMBATAN 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | Dok. KOMBATAN 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun