Buah Waluh atau Labu kuning (Cucurbita moschata) sudah sejak lama dikenal sekaligus dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi masyarakat. Bahkan, dalam Al quran Allah SWT juga mengabadikan buah syuran ini disaat menolong Nabi Yunus setelah keluar dari dalam perut ikan paus yang menelannya beberapa lama.
“Kemudian kami lemparkan Yunus ke daerah yang tandus sedang dia dalam keadaan sakit dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu” (Qs ash-Shaffat : 145-146).
Secara tersirat, dari firman Sang Khalik diatas kita diberitahu khasiat dari buah waluh yang pastinya sangat luar biasa. Terbukti, ilmu sains modern benar-benar membuktikan kekayaan nutrisi sekaligus manfaat luar biasa buah waluh.
Urang Banjar biasa memanfaatkan daging buah waluh untuk membuat berbagai macam pangan bermanfaat, seperti bubur waluh yang dipercaya sangat bagus untuk bayi dan anak-anak juga orang sakit, gangan waluh atau sayur waluh yang biasa dimasak dengan pucuk daunnya (daun waluh) ditambah dengan santan. Rasanya hmmmmm uenaaaak gaes! Apalagi ditemani ikan haruan baubar sama sambal acan asin pedas!
Selain itu, kami juga biasa mengolahnya menjadi jus dengan dicampur madu dan juga kue atau wadai yang biasa kami sebut dengan pais waluh yang rasanya dijamin bakalan iget terus sama Banjarmasin dah!
Catat cara bikinnya ya!
Bahan utama:
- 400 gram labu kuning
- 150 gram gula pasir/gula merah
- 1/4 sendok teh garam
- 150 gram tepung beras
- 200 ml santan dari 1/2 butir kelapa
- 4 lembar daun pisang untuk membungkus
Bahan tambahan/variasi (rasa nangka/pisang):
- 3 buah nangka/pisang, potong kotak/sesuai selera
Cara Membuat:
- Kupas waluh dan potong kecil-kecil, kukus lalu di lembutkan.
- Masak santan, gula merah dan garam hingga gula mencair.
- Siapkan mangkuk besar, setelah itu masukkan cairan gula santan yang telah direbus, tepung beras, dan labu yang telah dihaluskan.
- Aduk semua adonan hingga mengental. Untuk rasa original, bisa langsung dibungkus dengan daun pisang dan kunci bungkusan dengan lidi
- Untuk rasa variasi bisa ditambahkan dengan nangka atau pisang yang telah diiris sesuai dengan selera dan keperluan.
- Untuk model bungkusan sesuai kemampuan dan keperluan juga, kalau di Banjarmasin bisa segitiga piramid atau bungkus memanjang seperti nagasari pisang ala masyarakat Jawa.
- Terakhir, kukus bungkusan pais waluh selama 20-25 menit atau hingga matang.
- Pais Waluh siap untuk dihidangkan!
Mudah bukan!? Yuk dicoba!
5. Belungka Batu (cucumis melo).
Buah penanda datangnya bulan Ramadan ini di lingkungan masyarakat Banjar dan Dayak dikenal sebagai bilungka batu atau bilungka batu, sementara di beberapa daerah lain di ujung utara Kalimantan Selatan ada juga yang menyebutnya sebagai "Belungka Rakah" atau "Belungka Masak" bagi buah yang sudah tua dan biasanya pecah alami. Ada yang kenal dengan buah ini?