Mengenal Utsman bin Affan RA.
Di masa kekhalifahan Utsman bin Affan inilah, ayat-ayat suci Alquran mulai di kodifikasi atau dibukukan, sehingga sekarang kita juga sering menyebut Alquran sebagai mushaf Utsmani.
Nama Utsman bin Affan ra tentu sangat familiar bagi umat Islam. Banyak catatan penting dalam sejarah Islam yang melibatkan sosok sahabat yang juga menantu Rasulullah SAW ini.
Sebagai khalifah atau pemimpin umat Islam ke-3 pasca wafatnya Rasulullah SAW, Utsman bin Affan tercatat memimpin umat dari tahun 644 sampai 656 M atau selama 12 tahun yang tercatat sebagai kepemimpinan terlama dalam sejarah politik Islam di era Khulafaur Rasyidin, menggantikan pendahulunya sahabat Umar bin Khattab RA yang meninggal dunia.
Menariknya, sosok sahabat bergelar Dzun Nurrain (pemilik dua cahaya) ini juga tercatat sebagai salah satu bussinesman ulung yang termasuk konglomerat muslim kaya raya di jamannya. Hebatnya, bussinesman cerdas ini meskipun kaya raya sama sekali tidak meninggalkan sifatnya yang murah hati dan dermawan.
Kisah Sumur Bi'ru Raumah
Salah satu kebutuhan umat Islam paling urgent pasca hijrah Rasulullah dan para pengikutnya ke Madinah saat itu adalah ketersediaan air bersih. Penduduk Madinah yang bertambah padat, ditambah dengan musim kering yang berkepanjangan menyebabkan sebagian besar sumur warga kehilangan deposit air .
Memang, masih ada satu sumur tersisa milik warga yang masih mempunyai deposit air lumayan besar, yaitu sumur Bi'ru Raumah. Sayangnya, sumur terbesar dan terbaik di Kota Madinah milik warga Yahudi ini sengaja dikomersilkan dengan harga yang mahal, jadi masyarakat Madinah saat itu banyak yang tidak sanggup untuk membelinya.
Seperti diriwayatkan dalam HR Muslim, mendengar berita ini Rasulullah bersabda,
"Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta'ala"
Tidak perlu menunggu lama, Utsman bin Affan langsung bergegas mendatangi pemilik sumur Bi'ru Raumah setelah mendengar sabda Rasulullah tersebut. Utsman bin Affan bermaksud membeli sumur tersebut untuk diwakafkan kepada seluruh warga Madinah.
Setelah beberapa kali negosiasi harga berakhir deadlock . Akhirnya, untuk menakhlukkan kebakhilan si-Yahudi, sekaligus bisa membeli sumur Bi'ru Raumah, Utsman menemukan strategi cerdas dengan mengajukan penawaran untuk membeli hanya "separuh" sumur dengan harga 20.000 dirham, dengan teknis perjanjian sehari menjadi milik Usman bin Affan dan sehari besoknya menjadi milik si Yahudi.
Penawaran harga tinggi Utsman bin Affan untuk separuh sumur Bi'ru Raumah, diterima oleh si Yahudi yang telah berhitung akan mendapatkan untung besar, yaitu uang dari pembayaran Utsman bin Affan dan yang pasti sumur Bi'ru Raumah tetap menjadi miliknya.
Setelah akad jual beli, Utsman bin Affan langsung mengumumkan kepada seluruh penduduk Madinah, bahwa mulai hari ini dengan jeda tiap satu hari, semua warga boleh mengambil air secara gratis untuk kebutuhan mereka selama dua hari di sumur Bi'ru Raumah. Artinya, jika perjanjian di mulai hari ini, maka besok sumur akan kembali menjadi milik si Yahudi, jadi warga Madinah tidak lagi gratis jika besok mengambil air di sumur Bi'ru Raumah. Begitulah siklus connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan yang pertama.
Keesokan harinya, sumur Bi'ru Raumah yang kembali menjadi milik si Yahudi tidak ada pembelinya, karena semua penduduk Madinah masih mempunyai persedian air yang cukup di rumah. Keadaan ini terus berulang tiap dua hari sekali. Karena tidak ada pendapatan dan terus merugi, akhirnya si-Yahudi menjual "separuh" sumur tersisa yang menjadi haknya kepada Usman bin Affan dengan harga sama 20.000 dirham.
Sejak saat itu, sumur Bi'ru Raumah sepenuhnya menjadi milik Utsman bin Affan dan diwakafkan sepuhnya kepada seluruh masyarakat Kota Madinah yang memerlukan air, termasuk si Yahudi pemilik terdahulu.
Rekening Abadi Utsman bin Affan
Sumur Bi'ru Raumah membawa berkah bagi Kota Madinah. Atas kehendak Allah SWT, tanah di sekelilingnya yang subur akhirnya berkembang menjadi perkebunan kurma.
Menariknya, sampai pada masa pemerintahan Daulah Utsmaniyah (Kekhalifahan Turki Utsmani) yang dimulai sejak sekitar abad ke-10 Hijriah atau abad ke-16 Masehi, kebun dan sumur Bi'ru Raumah ini masih tetap tercatat di administrasi negara sebagai wakaf dari Khalifah Utsman bin Affan. Begitu juga ketika kerajaan Saudi Arabia terbentuk dan resmi memerintah di medio September 1932.
Melalui Departemen Pertaniannya, kebun wakaf ini dikelola secara profesional, baik sistem manajerialnya maupun teknologi tepat guna yang dipakainya, sehingga semua aset-asetnya termasuk aset keuangannya juga terus membengkak.
Dari penjualan kurma hasil perkebunan, separuh keuntungan disalurkan kepada mauquf alaih seperti anak-anak yatim serta fakir miskin dan selebihnya kembali disimpan ke dalam rekening khusus atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu yang dikelola oleh Kementerian Wakaf, Kerajaan Arab Saudi. Begitulah siklus connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan yang kedua.
Hotel Bintang 5 Utsman bin Affan
Kalau dihitung-hitung, rekening atas nama Khalifah Utsman bin Affan telah terpelihara selama lebih dari 1400-an tahun sepeninggal beliau dengan asset besar yang terus memberi manfaat bagi kemaslahatan umat!
Bisa dibayangkan, berapa banyak pahala yang didapatkan oleh seorang Utsman bin Affan karena kedermawanan yang dimiliki semasa hidup?
Maaf, kisah connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan masih belum selesai, masih ada satu siklus lagi yang sangat bermanfaat untuk menambah ghirah kita bersedekah!
Dalam perjalanannya, kementerian wakaf Kerajaan Arab Saudi menginvestasikan dana rekening Utsman bin Affan untuk membeli tanah di kawasan premium Kota Madinah yaitu di Markaziyah tepat di samping Masjid Utsman bin Affan tidak jauh dari Masjid Nabawi. Diatas tanah tersebut, juga dibangun hotel super mewah bintang 5, setinggi 15 lantai dengan total 210 kamar plus 30 kamar khusus yang dilengkapi dua restoran besar dan 6 unit perbelanjaan yang keseluruhan modalnya diambil dari aset rekening khusus Utsman bin Affan.
Seperti pengelolaan pada perkebunan kurma, dari hotel yang dioperasikan oleh jaringan hotel profesional bertaraf internasional, Sheraton grup itu, separuh dari total pendapatannya digunakan untuk mauquf alaih dan separuhnya lagi dikembalikan ke rekening atas nama Utsman bin Affan, setelah dikurangi biaya operasional. Inilah siklus connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan yang ketiga.
Masha Allah!
Dulu, waktu membeli dan selanjutnya mewakafkan sumur Bi'ru Raumah kepada masyarakat Kota Madinah, Utsman bin Affan pasti sama sekali tidak pernah berpikir jika ribuan tahun setelahnya, dari aset wakafnya tersebut Allah SWT berkehendak mengembangkannya menjadi berlipat ganda seperti yang dijanjikan-Nya di QS. Al Baqarah : 261
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Sampai saat ini, detik ini, siklus connecting happiness yang dibangun oleh sosok Utsman bin Affan masih terus berputar untuk memberi manfaat bagi kemaslahatan umat.
Dari kisah teladan yang sangat menginspirasi ini, bisa dibayangkan betapa besarnya pahala yang didapat oleh Utsman bin Affan. Siapa yang tidak ingin bisa mengikuti jejaknya menjadi pahalapreneur yang secara logika, baik proses maupun hitung-hitungan angkanya sangat masuk akal dan relatif mudah untuk diteladani sekaligus ditiru!?
Mempunyai rekening abadi sampai ribuan tahun, sehingga tetap bisa bersedekah sekaligus membangun connecting happiness kepada yang membutuhkan, meskipun jasad sudah terkubur ribuan tahun yang lalu di pemakaman Baqi, Madinah!
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H