Setelah beberapa kali negosiasi harga berakhir deadlock . Akhirnya, untuk menakhlukkan kebakhilan si-Yahudi, sekaligus bisa membeli sumur Bi'ru Raumah, Utsman menemukan strategi cerdas dengan mengajukan penawaran untuk membeli hanya "separuh" sumur dengan harga 20.000 dirham, dengan teknis perjanjian sehari menjadi milik  Usman bin Affan dan sehari besoknya menjadi milik si Yahudi.
Penawaran harga tinggi Utsman bin Affan untuk separuh sumur Bi'ru Raumah, diterima oleh si Yahudi yang telah berhitung akan mendapatkan untung besar, yaitu uang dari pembayaran Utsman bin Affan dan yang pasti sumur Bi'ru Raumah tetap menjadi miliknya.Â
Setelah akad jual beli, Utsman bin Affan langsung mengumumkan kepada seluruh penduduk Madinah, bahwa mulai hari ini dengan jeda tiap satu hari, semua warga boleh mengambil air secara gratis untuk kebutuhan mereka selama dua hari di sumur Bi'ru Raumah. Artinya, jika perjanjian di mulai hari ini, maka besok sumur akan kembali menjadi milik si Yahudi, jadi warga Madinah tidak lagi gratis jika besok mengambil air di sumur Bi'ru Raumah. Begitulah siklus connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan yang pertama.
Keesokan harinya, sumur  Bi'ru Raumah yang kembali menjadi milik si Yahudi tidak ada pembelinya, karena semua penduduk Madinah masih mempunyai persedian air yang cukup di rumah. Keadaan ini terus berulang tiap dua hari sekali. Karena tidak ada pendapatan dan terus merugi, akhirnya si-Yahudi menjual "separuh" sumur tersisa yang menjadi haknya kepada Usman bin Affan dengan harga sama 20.000 dirham.Â
Sejak saat itu, sumur Bi'ru Raumah sepenuhnya menjadi milik Utsman bin Affan dan diwakafkan sepuhnya kepada seluruh masyarakat Kota Madinah yang memerlukan air, termasuk si Yahudi pemilik terdahulu.
Rekening Abadi Utsman bin Affan
Sumur Bi'ru Raumah membawa berkah bagi Kota Madinah. Atas kehendak Allah SWT, tanah di sekelilingnya yang subur akhirnya berkembang menjadi perkebunan kurma.
Menariknya, sampai pada  masa pemerintahan Daulah Utsmaniyah (Kekhalifahan Turki Utsmani) yang dimulai sejak sekitar abad ke-10 Hijriah atau abad ke-16 Masehi, kebun dan sumur Bi'ru Raumah ini masih tetap tercatat di administrasi negara sebagai wakaf dari Khalifah Utsman bin Affan.  Begitu juga ketika kerajaan Saudi Arabia terbentuk dan resmi memerintah di medio September 1932.Â
Melalui Departemen Pertaniannya, kebun wakaf ini dikelola secara profesional, baik sistem manajerialnya maupun teknologi tepat guna yang dipakainya, sehingga semua aset-asetnya termasuk aset  keuangannya  juga terus membengkak.
Dari penjualan kurma hasil perkebunan, separuh keuntungan disalurkan kepada mauquf alaih seperti anak-anak yatim serta fakir miskin dan selebihnya kembali disimpan ke dalam rekening khusus atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu yang dikelola oleh Kementerian Wakaf, Kerajaan Arab Saudi. Begitulah siklus connecting happiness ala Khalifah Utsman bin Affan yang kedua.
Hotel Bintang 5 Utsman bin Affan
Kalau dihitung-hitung, rekening atas nama Khalifah Utsman bin Affan telah terpelihara selama lebih dari 1400-an tahun sepeninggal beliau dengan asset besar yang terus memberi manfaat bagi kemaslahatan umat!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!