Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Beratnya Menanggung Beban Kerinduan!

5 Mei 2020   16:45 Diperbarui: 6 Mei 2020   05:13 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jujur, saya merasa aneh dengan situasi ini! Saya justeru merasa asing dengan diri saya sendiri, aktivitas dan rutinitas, termasuk dengan lingkungan kampung saya sendiri! Sedihnya lagi, tidak ada satupun yang mengerti sampai kapan terus begini!

Bulan Ramadhan di Kota 1000 Sungai, biasanya justeru menjadi bulan yang paling hidup diantara bulan-bulan lainnya. Aktifitas ekonomi, sosial, budaya apalagi reliji masyarakat banua seperti mendapat energi lebih untuk menyemarakkan syiar Ramadan, termasuk akifitas untuk memakmurkan masjid yang seolah-olah secara otomatis datang dan menghampiri seluruh umat di seluruh penjuru negeri layaknya Deja vu.

Kumandang ayat-ayat suci Alquran, shalawat tarhim Syeikh Mahmud Khalil Al-Hushariy dan Azan setiap tiba shalat lima waktu menjadi elemen Ramadhan yang lebih dulu hilang, bahkan beberapa minggu sebelum Kota 1000 Sungai secara resmi memberlakukan PSBB di awal Ramadan pada tanggal 24 April 2020.

Seolah-olah seperti bermain domino, anomali wajah Ramadan di Kota 1000 Sungai tahun ini masih belum berhenti! Selanjutnya semua aktifitas ibadah komunal di Masjid wajib dihentikan secara resmi sejak kebijakan PSBB juga resmi diberlakukan di Kota Banjarmasin.

Artinya, tidak ada lagi shalat lima waktu berjamaah di masjid, termasuk shalat Jumat dan kemungkinan shalat Idul Fitri di tanggal 1 Syawal 1441 H nanti, yang semestimya menjadi "tanda"kembali fitrinya jiwa-jiwa yang telah lulus dari kawah candradimuka Ramadan. 

1200-img-20160628-021211-lg-5eb10903d541df171b2b55e2.jpg
1200-img-20160628-021211-lg-5eb10903d541df171b2b55e2.jpg
Beratnya Menanggung Beban Rindu

Merubah sebuah kebiasaan, adat atau apapun yang telah berurat berakar dalam memori kehidupan komunal sebuah komunitas bersama menjadi sebentuk anomalis tentu bukan perkara gampang! Apalagi ditengah himpitan ekonomi dan beban sosial yang relatif berat, juga sisi psikologis masyarakat yang saat ini "sedang sakit"!

Begitu juga dengan berbagai anomalis yang terlahir sebagai dampak kebijakan kedaruratan akibat pandemi covid-19, mulai dari physical distancing, social distancing, PSBB, sampai pelarangan mudik bagi para perantau, juga anomali penutupan masjid, mushalla, langgar dan surau yang selama ini menjadi simpul aktifitas reliji, sosial dan budaya masyarakat. 

Dalam skala rasio yang paling ringan, setidaknya efek dari berbagai bentuk pembatasan tersebut pasti akan memberikan dampak pada terbentuknya simpul-simpul kerinduan yang mendalam kepada semua yang terbatasi. 

Seperti rindu pada sambal bajak olahan ibu di kampung halaman, rindu pada suasana belajar mengajar di kelas, rindu makan bareng teman-teman di warung, rindu citarasa soto Banjar Bang Amat yang tutup sejak PSBB berlaku, sampai rindu dengan suasana sholat tarawih bersama warga sekampung dan bentuk-bentuk kerinduan lainnya!

Rindu Suasana Buka Bersama Keluarga Seperti Ini | @kaekaha 
Rindu Suasana Buka Bersama Keluarga Seperti Ini | @kaekaha 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun