Mengenal Pepaya Nusantara
Masyarakat Indonesia tentu sangat familiar dengan tanaman pepaya (Carica papaya L.), tanaman buah berdaging manis yang bisa tumbuh subur di seluruh pelosok nusantara yang aslinya  konon berasal  dari Meksiko, wilayah paling utara dari belahan selatan Benua Amerika, salah satu kiblat  sepak bola dunia yang juga familiar disebut sebagai Amerika Latin.
Penamaan pepaya dalam bahasa Indonesia, menurut sejarahnya konon akibat pengaruh dari bahasa Belanda "papaja", tapi uniknya banyak suku bangsa yang tersebar di segala penjuru nusantara justru lebih dulu mempunyai nama untuk pohon buah yang masing-masing bagiannya ternyata multifungsi alias mempunyai banyak guna dan manfaat tersebut.Â
Baca Juga :  "Gangan Sulur Bunga Teratai", Olahan Sayur Kaya Nutrisi Khas Kota 1.000 Sungai            Â
Kami Urang Banjar di Kalimantan Selatan secara umum menyebut pepaya dengan dua macam dialek yang berbeda. Dialek Banjar Hulu yang dituturkan masyarakat pahuluan di  Banua Anam atau enam wilayah kabupaten di bagian utara Kalimantan Selatan menyebutnya sebagai kastila.
Sedangkan dialek Banjar Kuala yang dituturkan oleh sebagian besar masyarakat di kawasan yang sekarang dikenal sebagai kawasan strategis Banjarbakula atau juga Metropolitan Banjarmasin Raya yang meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala dan Kabupaten Tanah Laut, menyebutnya dengan kastéla. Pelafalan suku kata té pada  kastéla sama seperti pelafatan té pada kate saté.
Keluarga besar saya dari pihak ibu yang berdomisili di sebelah timur laut  kaki gunung Lawu, di perbatasan antara Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah menyebut pepaya dengan kates.
Sedangkan sahabat saya si-Dadang  yang asli lahir dan besar di Garut menyebutnya dengan gedang, sementara tetangga saya di Kota 1000 Sungai, seorang perantauan asli dari Banyumas menyebutnya sebagai Gandul.Â
Nah , apa sebutan pepaya di daerahmu?