Marajai merupakan nama sebuah desa wisata eksotik yang terletak di punggung Pegunungan Meratus yang masuk wilayah administratif Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, Propinsi Kalimantan Selatan. Sekitar 270 km dari Kota Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan.
Sudah menjadi rahasia umum, kawasan Pegunungan Meratus, yang telah ditetapkan sebagai kawasan geopark, merupakan surga bagi konservasi budaya masyarakat Dayak Meratus dan juga plasma nutfah beragam flora dan fauna yang membentang di 9 kabupaten di Kalimantan Selatan dari Kotabaru sampai Tabalong.
Selain eksotisnya adat istiadat dan budaya masyarakat Dayak yang sudah tersohor ke seantero nusantara dan dunia, Marajai juga mempunyai potensi alam yang luar biasa indah dan cukup lengkap.
Ada destinasi berupa hutan yang masih asri, trek gunung, sungai dengan riam-riam yang deras, sumber air yang jernih, sejuk, dan segar.
Plus satu yang lagi yang paling eksklusif (karena mungkin sulit untuk ditemukan di tempat lain) adalah keberadaan kebun pemuliaan beragam tanaman buah endemik dan langka khas Kalimantan dalam bentuk Sentra Pengembangan Buah Langka yang diinisiasi dan dipelopori oleh Mohamad Hanif Wicaksono.
Hanif adalah tenaga penyuluh Keluarga Berencana (BKKBN) yang akhirnya jatuh hati dengan kekayaan ragam buah lokal di lingkungan kerjanya di Marajai yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Bahkan, karena saking langkanya ada beberapa jenis buah asli yang dilarang untuk diperjualbelikan.Â
Menurut Hanif, sampai saat ini dari hasil identifikasi dan dokumentasi yang dilakukan oleh Kelompok Usaha Tunas Meratus, setidaknya ada sekitar 150-an buah endemik dan tergolong langka di kawasan Hutan Marajai.
Tugas Kelompok Usaha Tunas Meratus utamanya adalah melakukan konservasi tanaman buah asli Kalimantan. Konservasi tersebut meliputi pengumpulan, pendokumentasian, pembibitan, dan pembudidayaan tanaman buah Kalimantan.
Mereka juga mengedukasi masyarakat akan pentingnya pelestarian sumberdaya plasma nutfah Kalimantan.
Sebagai contoh, dari ragam buah keluarga durian saja di hutan Marajai ada banyak sekali jenisnya, bisa sampai 30-an spesies. Beberapa di antaranya adalah:
- Durian berkulit merah yang disebut lahung (Durio Dulcis),
- Durian kuning yang disebut mantaula (Durio kutejensis),
- Durian berkulit warna hijau tua, berduri lancip panjang yang disebut mahrawin (Durio oxleyanus), dan banyak lagi yang lainnya.
Ada juga sekitar 9 jenis pohon tarap-tarapan atau marga buah nangka, sukun atau juga keluwih (Artocarpus), seperti kulidang (Artocarpus lanceifolius), puyian (Artocarpus rigidus) dan lainnya.
Selain itu ada juga buah kapul (Baccaurea macrocarpa), kalangkala (Litsea garciae), gitaan atau tampirik (Willughbeia angustifolia), silulung (Baccaurea angulata), maritam (Nephelium ramboutan-ake), bumbunau (Aglaia laxiflora), babuku (Dimocarpus longan subspecies malesianus), luying atau luing (Scutinanthe brunnea) juga kumbayau (Dacroydes rostrata).
Selain itu, masih ada juga sekitar 40 spesies rambutan dan puluhan lagi spesies mangga-manggaan seperti buah kasturi (Mangifera casturi)Â dan jenis buah lainnya.
Sekadar informasi, atas dedikasi dan ketekunannya membudidayakan tanaman buah langka khas Kalimantan ini, Hanif mendapatkan apresiasi dari kelompok usaha Astra Grup tahun 2018 untuk kategori lingkungan.
Hanif Wicaksono bersama Kelompok Usaha Tunas Meratus-nya dengan dukungan pemerintah daerah telah menyatukan tekad untuk berkomitmen terus menjaga dan mempertahankan agar sentra perkebunan buah langka di Marajai selalu abadi. Bahkan berkembang semakin luas dan besar baik dari segi koleksi maupun area konservasinya, sehingga kebermanfaatannya akan lebih maksimal lagi.
Salah satu strategi yang telah diaplikasikan Hanif bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk pemerintah daerah adalah dengan mengadakan festival buah lokal dan langka asli Kalimantan dengan tagline Hutan Lestari, Desa Mandiri di Desa Marajai pada Minggu (8/2/2020).
Kurang lebih ada sekitar 80 jenis buah langka dari Marajai yang ditampilkang dan memang sedang musim berbuah.
Meskipun baru separuh buah langka endemik Marajai atau Kalimantan Selatan yang bisa dipamerkan, karena separuh lainnya memang sedang tidak musim, tapi pengunjung yang datang ternyata tidak hanya masyarakat lokal dari Balangan atau Kalimantan Selatan saja. Ada juga turis asing dari Jepang, Prancis, dan Australia.
Turis-turis asing itu sengaja datang tidak sekadar ingin icip-icip beragam buah langka tersebut. Ternyata beberapa di antaranya justru tertarik dan berniat ingin stay untuk melakukan penelitian terhadap buah-buah langka yang sebelumnya sama sekali belum pernah mereka lihat.
Yuk jalan-jalan ke Kalimantan Selatan!
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!