Kedua, berbagai jenis kereta api yang singgah maupun sekedar langsir atau malah memang hanya numpang lewat di Stasiun Barat, stasiun kereta api tua satu-satunya yang dibangun di Kabupaten Magetan, Jawa Timur sejak jaman penjajahan Belanda yang lokasinya  di kampung kami, Desa Karangsono, Kec Barat (Hasil pemekaran Kecamatan Karangmojo pada tahun 2000).Â
Jika anda naik kereta api jalur Solo-Madiun atau Solo Surabaya, letak Stasiun Barat adalah antara stasiun Geneng (Ngawi) dan stasiun Kota Madiun, posisinya di sebelah kanan jalur perjalanan anda.
Tepat di stasiun Barat ini, sampai awal 90-an terdapat simpang tiga rel kereta api, yaitu rel cabang dari jalur utama Jakarta-Banyuwangi yang sengaja dibuat untuk mengirim Avtur atau BBM khusus beragam jenis pesawat ke Lanud Iswahyudi, pangkalan militer TNI AU.
 Uniknya, jika rel utama kereta api jalur  Jakarta-Banyuwangi membelah kampung kami menjadi dua bagian yaitu bagian utara yang sering kami sebut sebagai loran dan bagian selatan biasa disebut sebagai kidulan, maka jalur kereta api khusus dari stasiun Barat menuju Lanud Iswahyudi ini juga membelah kampung kami menjadi dua bagian, bagian timur dan barat.
Sayang di akhir tahun 90-an jalur kereta api pengangkut avtur ini dinonaktifkan dan digantikan dengan armada truk tangki. Sehingga jalurnya mati, meskipun rel kereta apinya sampai sekarang masih ada.
ketiga, berbagai loko (sebutan kami untuk kepala lokomotif penarik tebu) dan lori (rangkaian kereta pengangkut tebu) yang sampai akhir 80-an masih sering lalu lalang di kampung kami mengangkut tebu yang baru dipanen.Â
Kami (anak-anak saat itu, entah dapat sumber dari mana ) menyebutnya dengan strim bagi lokomotif tua bertenaga uap yang berwarna hitam buatan pabrik Orenstein & Koppel, Jerman tahun 1910 yang sampai sekarang masih digunakan walaupun rutenya hanya di dalam lingkungan PG Poerwodadie saja. Sedangkan untuk lokomotif bertenaga diesel berwarna kuning yang saat itu relatif baru, kami menyebutnya dengan ndemer.
Kedua jenis loko diatas merupakan milik PG. Poerwodadie yang dibangun Belanda pada tahun  1823, sebagai salah satu dari total sekitar 8 (delapan) pabrik gula yang pernah dibangun Belanda pada tahun 1800-an di seputar Karesidenan Madiun yang meliputi Kota dan Kabupaten Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Ponorogo dan Kab. Pacitan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!