Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kronik Nostalgia Anak-anak Kereta: Kereta Api dan Ragam Budaya yang Dibentuknya

14 Februari 2020   22:56 Diperbarui: 14 Februari 2020   22:57 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun (m)Barat Awal 2000-an (dokpri)

"Dunia memang tak selebar daun kelor "

Seloka diatas sengaja saya tempatkan sebagai pembuka kisah nostalgia saya dengan tetek-bengek terkait dengan kereta api, moda transportasi yang menurut saya dari segi penamaanya sebenarnya sudah salah kaprah!

Lha wong sudah pakai mesin diesel raksasa tetap saja masih disebut kereta api yang pastinya merujuk pada kereta bermesin uap yang dari cerobongnya selalu mengeluarkan asap hitam membumbung tinggi plus jelaga hitam yang biasanya juga sukses menempel di bagian badan kepala kereta tempat masinis kereta bekerja.

Tahukah anda, dari jelaga berwarna hitam yang banyak menempel di badan kereta inilah julukan Si-Hitam akhirnya menempel pada Kerta api?

Jujur, baru beberapa bulan terakhir teknologi komunikasi bernama Whats App alias WA mempertemukan saya dengan teman-teman saya semasa duduk di bangku SD  yang semuanya teman-teman sekampung dan juga sepermainan yang sejak lulus dan berpisah di akhir 80-an, sekarang telah terdiaspora hampir ke seluruh penjuru nusantara dan sebagian malah ada yang  sampai menetap dan beranak-pinak di beberapa negara tetangga.

Dari obrolan nostalgia kami yang masih saja hangat sampai hari ini, setidaknya ada tiga sampai empat hal yang paling tidak bisa kami lupakan dalam kebersamaan di masa kecil kami di kampung yang terletak di bagian timur laut kaki gunung Lawu tersebut, yaitu 

F-5 Tiger (bisniswisata.co.id)
F-5 Tiger (bisniswisata.co.id)

Pertama, beragam pesawat tempur (F-5 Tiger, hawk, belakangan juga  F-16, sukhoi dan yang lainnya) yang bermarkas di Lanud Iswahyudi, pangkalan udara militer yang jaraknya hanya sekitar 2 km dari kampung kami. 

Jujur kami akui, meskipun kami sejatinya memang wong ndeso, tapi sejak kecil kami sudah akrab dan terbiasa melihat sosok beragam pesawat tempur pengawal kedaulatan angkasa Indonesia, termasuk ragam atraksi akrobatik berbagai jenis pesawat tempur tersebut di udara dan juga terjun payung pasukan khas TNI AU di atas kepala kami.  

Makanya tidak heran jika kemudian sebagian besar pemuda-pemudi kampung kami sebagian besar terinspirasi dan akhirnya bercita-cita menjadi tentara, khususnya TNI AU yang jatuhnya bisa menjadi pilot pesawat tempur, tentara atau kesatuan lainnya dan menariknya, sebagian besar atau bahkan semuanya benar-benar menjadi kenyataan, kecuali saya yang memang sama sekali nggak berbakat jadi tentara! He...he...he...

karangmojo-20121112-00153-lg-1000-5e4613d3d541df66bc254a22.jpg
karangmojo-20121112-00153-lg-1000-5e4613d3d541df66bc254a22.jpg

Kedua, berbagai jenis kereta api yang singgah maupun sekedar langsir atau malah memang hanya numpang lewat di Stasiun Barat, stasiun kereta api tua satu-satunya yang dibangun di Kabupaten Magetan, Jawa Timur sejak jaman penjajahan Belanda yang lokasinya  di kampung kami, Desa Karangsono, Kec Barat (Hasil pemekaran Kecamatan Karangmojo pada tahun 2000). 

Jika anda naik kereta api jalur Solo-Madiun atau Solo Surabaya, letak Stasiun Barat adalah antara stasiun Geneng (Ngawi) dan stasiun Kota Madiun, posisinya di sebelah kanan jalur perjalanan anda.

Tepat di stasiun Barat ini, sampai awal 90-an terdapat simpang tiga rel kereta api, yaitu rel cabang dari jalur utama Jakarta-Banyuwangi yang sengaja dibuat untuk mengirim Avtur atau BBM khusus beragam jenis pesawat ke Lanud Iswahyudi, pangkalan militer TNI AU.

dokpri
dokpri

 Uniknya, jika rel utama kereta api jalur  Jakarta-Banyuwangi membelah kampung kami menjadi dua bagian yaitu bagian utara yang sering kami sebut sebagai loran dan bagian selatan biasa disebut sebagai kidulan, maka jalur kereta api khusus dari stasiun Barat menuju Lanud Iswahyudi ini juga membelah kampung kami menjadi dua bagian, bagian timur dan barat.

Sayang di akhir tahun 90-an jalur kereta api pengangkut avtur ini dinonaktifkan dan digantikan dengan armada truk tangki. Sehingga jalurnya mati, meskipun rel kereta apinya sampai sekarang masih ada.

strim (regional.kompas.com)
strim (regional.kompas.com)

ketiga, berbagai loko (sebutan kami untuk kepala lokomotif penarik tebu) dan lori (rangkaian kereta pengangkut tebu) yang sampai akhir 80-an masih sering lalu lalang di kampung kami mengangkut tebu yang baru dipanen. 

Kami (anak-anak saat itu, entah dapat sumber dari mana ) menyebutnya dengan strim bagi lokomotif tua bertenaga uap yang berwarna hitam buatan pabrik Orenstein & Koppel, Jerman tahun 1910 yang sampai sekarang masih digunakan walaupun rutenya hanya di dalam lingkungan PG Poerwodadie saja. Sedangkan untuk lokomotif bertenaga diesel berwarna kuning yang saat itu relatif baru, kami menyebutnya dengan ndemer.

Kedua jenis loko diatas merupakan milik PG. Poerwodadie yang dibangun Belanda pada tahun  1823, sebagai salah satu dari total sekitar 8 (delapan) pabrik gula yang pernah dibangun Belanda pada tahun 1800-an di seputar Karesidenan Madiun yang meliputi Kota dan Kabupaten Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Ponorogo dan Kab. Pacitan.

blusukanpabrikgula-blogspot-com-ndemer-5e46129cd541df0a4e5d3592.jpg
blusukanpabrikgula-blogspot-com-ndemer-5e46129cd541df0a4e5d3592.jpg
Ndemmer dengan Lori (blusukanpabrikgula.blogspot.com)

Banyak kisah yang sampai sekarang masih terekam dengan jelas dalam ingatan saya terkait dengan kampung kami yang sempat menjadi jalur lalintas kereta api. Mau tahu kisahnya? Jangan kemana-mana dulu ya, bolehlah....siapkan teh manis hangat plus camilan dan lanjutkan membaca kisah menariknya! 

keempat, sawah dengan hamparan tanaman padi berwarna hijau segar atau ijo royo-royo yang biasanya di bagian pinggirnya atau di pojok galengan selalu dibuatkan huma atau pondok kecil sederhana yang dibangun dari olahan batang bambu dengan atap dari momol atau daun tebu kering yang dirangkai.

Kami biasa menyebutnya dengan gubuk, "destinasi" favorit untuk beristirahat para petani setelah lelah bekerja.

Tahukah anda, duduk di gubuk ini sambil menikmati makan siang dengan orang-orang terkasih di tengah-tengah hijaunya hamparan tanaman padi yang menyegarkan mata, hati dan pikiran plus ditingkahi oleh sejuknya semilir angin yang turun dari gunung Lawu benar-benar akan membawa kita  terbang melayang ke alam mimpi yang indah? 

karangmojo-20121112-00189-lg-900-5e42df3f097f3673b507de62.jpg
karangmojo-20121112-00189-lg-900-5e42df3f097f3673b507de62.jpg
Kereta Api dan Adaptasi Budaya yang Menyertainya 
Bagi masyarakat di desa saya, kereta api berikut pernak-pernik ubarampe yang menyertai dan melengkapinya tentu sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan.

Bagaimana tidak!? Rutinitas keseharian kami berinteraksi dengan kereta api dengan sendirinya telah membentuk entitas budaya unik yang menjadi ciri khas masyarakat sekitar rel, khususnya di desa kami.

Salah satunya yang mungkin unik dan sedikit konyol adalah kebiasaan kami terbiasa berbicara relatif agak kencang jika dibandingkan dengan masyarakat diluar desa kami.

Tradisi budaya bicara kencang ini lahir karena kebiasaan kami tetap menjaga komunikasi efektif meskipun ditengah-tengah deru mesin kereta api yang suaranya memekakkan telinga, otomatis tanpa sengaja volume suara menyesuaikan kebutuhan sehingga akhirnya kami terbiasa berbicara dengan suara yang relatif keras.

Menikmati Sensasi Berkereta Api (dokpri)
Menikmati Sensasi Berkereta Api (dokpri)

Hal ini tentu akan membuat kaget dan bingung orang-orang diluar kampung kami yang sebelumnya belum pernah berinteraksi dengan kami. Terkadang mereka jadi terbengong-bengong ketika mendengar cara kami berkomunikasi satu sama lain.

Selain itu, kedekatan kami dengan kereta api juga membentuk "tradisi" kami dalam memilih transportasi. Bepergian kemanapun, mau jarak dekat apalagi jarak jauh, umumnya kami pasti lebih dulu memilih menggunakan kereta api, meskipun daerah tujuan ternyata tidak dilalui jalur rel kereta api sekalipun.

Caranya, kami akan naik kereta api sampai stasiun terdekat dengan daerah tujuan (dimana kereta api bisa berhenti), setelahnya dilanjut menggunakan moda transportasi yang ada dan tersedia untuk menuju daerah tujuan. Simpelkan!?

Jadwal Kereta Api Stasiun Barat 2011 (dokpri)
Jadwal Kereta Api Stasiun Barat 2011 (dokpri)

Terakhir, Kereta Api merupakan moda transportasi yang operasionalnya bekerja sesuai jadwal atau sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,  tidak bisa berjalan semau masinisnya. Bagi kami, jadwal kereta api di stasiun yang polanya relatif jarang berubah ini juga berfungsi sebagai penunjuk waktu mekanis alamiah layaknya kumandang Azan. 

Meskipun tidak 100% presisi, dalam keadaan normal range penyimpangan kedatangan dan keberangkatan kereta api  juga tidak terlalu siginifikan, sehingga tetap bisa kami jadikan patokan untuk siap-siap berangkat sekolah, siap-siap pergi ke Masjid dan siap-siap untuk beraktifitas terjadwal lainnya, termasuk siap-siap bangun pagi! Tidak heran jika kemudian, banyak diantara kami yang tidak terbiasa memakai jam tangan atau juga memasang jam dinding di rumah.

Kami dan Kereta Api

Ini pengalaman saya berinteraksi dengan kereta api! 

Salah satu sisi unik dari hubungan kami dengan kereta api adalah hampir kesemuanya merupakan pengalaman komunal, artinya semua proses interaksi yang berjalan secara alamiah bersifat masal atau bersama-sama, tidak sendiri-sendiri dan faktanya, bermain-main dengan kereta api beserta pernak-perniknya memang tidak asyik kalau sendirian, harus rame-rame. Ini buktinya!

Sejak SD (maaf lupa kelas berapa, pastinya sebelum kelas enam!) saya dan teman-teman sudah terbiasa ikut kereta ke beberapa kota yang biasa kami lakukan pada hari libur atau ahir pekan, memang relatif masih dekat sih seperti Madiun, Geneng dan Walikukun (Ngawi) bahkan juga sampai ke Nganjuk dan Kertosono.

Kami berani ikut (numpang) kereta karena, pertama kami rame-rame dan kedua, kami tahu cara dan strategi yang  aman dan nyaman untuk bisa ikut kereta dan pastinya itu rahasia anak-anak kereta...he...he...he...

Kereta Gerbong Barang Curah
Kereta Gerbong Barang Curah

Begitu juga untuk ikut atau numpang kereta pengangkut barang dan juga kereta tangki minyak dari Stasiun Barat ke arah Lanud Iswahyudi untuk melihat pesawat tempur. 

Kami bisa ikut naik kereta tangki minyak ini karena ketika melewati rumah-rumah di kampung kami, kereta api tangki ini  jalannya relatif pelan, dengan begitu kami lebih leluasa untuk naik naik keatas kereta dan bersembunyi di balik tangki sehingga tidak terlihat oleh masinis. He...he...he... nakal juga ya!

Memang, kami tidak bisa masuk ke dalam Lanud, karena memang dilarang. Karenanya, kami biasanya memang lebih memilih lompat dari rangkaian gerbong tangki minyak beberapa meter sebelum masuk gerbang pemeriksaan.

Biasanya, sambil menunggu kereta selesai bongkar muat  dan kembali ke Stasiun Barat, selama sekira 2-3 jam menunggu kami habiskan untuk jalan-jalan di sekitar bandara yang merupakan ibu kota kecamatan yang tergolong ramai, karena berada di jalur lalu lintas antar kota antar propinsi yang menghubungkan Surabaya-Jogja lewat Madiun Kota.

Ini yang ngangeni! Kereta pengangkut minyak ini juga sering menjadi pengantar dan penjemput setia saya dan teman-teman ketika pergi dan atau pulang sekolah, gratis dan biasa tepat waktu! Asyik kan?

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

KOMBATAN
KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun