Jalan Sunyi Museum Wayang NusantaraÂ
Jalan-jalan ke Museum Wayang yang sampai saat ini mempunyai koleksi sebanyak 6.373 wayang, pada dasarnya membawa kita mengenal beragam karakter, sikap maupun perilaku lakon wayang dari berbagai daerah yang mempunyai bobot kearifan yang luhur dan tinggi nilainya dalam budaya kita dengan menyaksikan tampilan beragam koleksi wayang dan pernak-pernik diseputarnya, seperti wayang kulit, wayang golek, patung wayang, topeng wayang, wayang beber, wayang kaca, gamelan, serta lukisan-lukisan wayang.
Tidak hanya itu, di lantai dasar berupa lorong dengan deretan taman asri yang diantaranya terdapat prasasti-prasasti batu dengan tulisan berbahasa Belanda, pengunjung bisa melihat sekaligus menapaktilasi bekas tempat bersemayam 18 Gubernur Jenderal Belanda yang pernah memerintah Hindia Belanda (Indonesia) pada masa penjajahan dan salah satunya yang paling terkenal adalah pendiri Batavia atau Jakarta, Jan Pieterzoon Coen.Â
Merujuk pada buku Kota Tua Punya Cerita, di salah satu artikel karya Mulyawan Karim berjudul Menikmati Oud Batavia disebutkan, gedung tempat Museum Wayang berdiri tahun 1626 yang dibangun VOC sebagai Gereja De Oude Hollandse Kerk (Gereja Belanda Lama).Â
Kemudian tahun 1732, gereja dibongkar dan dibangun kembali menjadi Nieuwe Hollandsche Kerk (Gereja Belanda Baru) dan di area gereja itu juga difungsikan sebagai tempat pemakaman bagi orang Belanda, khususnya para bangsawan dan pembesar pemerintahan Belanda di Hindia Belanda.
Konon, dulunya ada sekitar 18 jasad Gubernur Jenderal Belanda "pernah" bersemayam di dalam tanah lantai dasar Museum Wayang. Tapi jangan kuatir, meskipun bekas makam tua kawasan ini samasekali tidak menunjukkan tanda-tanda horor yang menyeramkan, karena pengelola museum telah mendesain area ini menjadi taman yang asri dengan sentuhan artistik dari bekas nisan-nisan raksasa yang justeru menjadi buruan penikmat swafoto. Â
Apalagi, semua kerangka Gubernur Jenderal maupun familinya yang ada di dalam tanah tersebut sudah dipindahkan ke negeri Belanda, setelah melalui proses pengambilalihan aset bersejarah itu pada tanggal 23 Juni 1968 melalui pemerintah DKI Jakarta. Jadi nggak usah kahwatir,!
Yuk Lanjut!
Di bangunan museum wayang yang memiliki dua lantai dengan bangunan terpisah tersebut, pada bangunan pertama terdapat koleksi wayang golek "raksasa" beserta cerita serial Ramayana, di antaranya tokoh antagonis Raja Hastina Duryudana, adik Rahwana raksasa yang baik budi pekertinya Kumbakarna, juga Rahwana si Raja Alengka dan tidak ketinggalan Semar Sang Hyang Ismoyo yang menjadi abdi satria plus beberapa koleksi patung tokoh pewayangan seperti Rama, Hanoman dan Bima bahkan juga sepasang ondel-ondel.