Rangkaian acara CSR datsun diakhiri dengan makan bersama dan dilanjutkan dengan sesi eksplorasi rumah adat dayak miau baru dengan foto dan video. Â
Menikmati Roller Coaster di Tengah Rimba Kalimantan
Setelah berpamitan kepada tetua adat dan juga masyarakat Desa Miau Baru yang hadir, kami para risers langsung tancap gas melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Redeb yang jika dilihat dari data GPS, jaraknya dari Desa Miau Baru, Kongbeng masih sekitar 170 km lagi atau masih memerlukan waktu tempuh sekitar 5 jam perjalanan lagi.Â
Baca Juga :  650 km Menjelajah Jalur Roller Coaster Kalimantan Timur          Â
Tidak seperti perjalanan Kota Sangatta-Desa Miau Baru yang kiri kanan kami sepanjang perjalanan didominasi lahan tambang dan vegetasi kebun sawit, peejalanan dari Desa adat Dayak Miau Baru menuju Tanjung Redeb, lebih didominasi oleh hijaunya hutan hujan tropis Kalimantan yang masih perawan dengan pohon-pohon tinggi dengan kerapatan yang masih terjaga dengan baik.Â
Meskipun kontur jalanan yang kami lalui masih sama seperti roller coaster, tapi setidaknya pemandangan hijau disekitar kami bisa membuat segar mata dan paru-paru kami, sehingga mengurangi rasa jenuh dan lelah kami para risers setelah menempuh perjalanan jauh. Â
Setelah sekitar 3 jam menginjak 3 pedal "lelaki" (real man use three pedals) ala Datsun Go Panca dan Datsun Go+ Panca, semua rombongan Datsun Risers Expedition akhirnya memutuskan singgah sebentar di Kantor Kecamatan Kelay untuk sholat dan istirahat sekitar 30 menit, selain terdapat sebuah Masjid yang repersentatif, halaman Kantor Kecamatan Kelay Kabupaten Berau yang luas juga bisa menampung semua mobil rombongan Datsun Risers Expedition yang berjumlah sekitar 12 mobil Datsun dan Nissan berbagai jenis.
Setelah melaksanakan kewajiban Shalat Dhuhur dan Ashar yang di gabung (jamak qashar) sekaligus berdoa dengan meminta keselamatan dan kemudahan dalam perjalanan kepada yang Maha Kuasa, perjalanan menuju Tanjung Redeb Kita lanjutkan dengan hati dan pikiran yang lebih lapang dan fresh.Â
Medan yang kami lalui masih relatif sama. Kiri kanan kami masih berupa jurang-jurang menganga yang dibalut oleh hijaunya dedaunan hutan hujan tropis Kalimantan yang maaih perawan, hanya saja kami mulai bertemu dengan peradaban manusia, berupa beberapa rumah dan perkampungan penduduk walaupun masih relatif jarang dan sedikit. Â Â