Meminang dara di Tanjung Bira
Negeri Bulukumba pantai berkaca
Terserak dalam sunyinya fajar
Semua indah hilangkan gundah
Dengan bunga terselip di telinga
Duhai Dindaku mewangi
Dimanakah hatiku kau tawan?
Sampai hilang cinta beragam
Siapa dulu pernah mengira
Dengan bekal tulis dan baca
Serta niat ikhlas untuk belajar
Hidup menjadi lebih indah
Kehidupan layaknya taman berbunga
Penuh warna seperti pelangiÂ
Semuanya kawan tak perlu lawanÂ
Dan duniapun kita genggam
Duhai dindaku nan ayu
Bak semata wayang yang hanya satu
Bolehlah kuminta semangkuk gulai?
Tanda mata hati yang terbuka
Usai perjamuan di Tanjung Bira
Tak mengapa bila hanya ada cumi
Sebab ikhlasmu akan lebih berpahala
Apalagi dengan segenap hatimu
Turut kau sertakan untukku
Bahagiaku bersamamu dindaku terkasih
Bermula dari bangku kayu
Di sudut kelas satu itu
Pak Har dan Ibu Sum memulaiÂ
Mendongeng beragam bentuk angka
Mengurai duapuluh enam aksara
Semua membuka cakrawala kami
Membuka ruang gelap dalam kepala
Mengisinya dengan cahaya ilmu
Terima kasih untuk guruku
Pah Har dan Ibu Sum terkasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H