Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pantun Talibun, "Kagem" Bapak dan Ibu Guruku!

28 November 2019   05:36 Diperbarui: 28 November 2019   05:44 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Tanjung Bira, Bulukumba (jejakpiknik.com)

Meminang dara di Tanjung Bira

Negeri Bulukumba pantai berkaca

Terserak dalam sunyinya fajar

Semua indah hilangkan gundah

Dengan bunga terselip di telinga

Duhai Dindaku mewangi

Dimanakah hatiku kau tawan?

Sampai hilang cinta beragam


Siapa dulu pernah mengira

Dengan bekal tulis dan baca

Serta niat ikhlas untuk belajar

Hidup menjadi lebih indah

Kehidupan layaknya taman berbunga

Penuh warna seperti pelangi 

Semuanya kawan tak perlu lawan 

Dan duniapun kita genggam



Duhai dindaku nan ayu

Bak semata wayang yang hanya satu

Bolehlah kuminta semangkuk gulai?

Tanda mata hati yang terbuka

Usai perjamuan di Tanjung Bira

Tak mengapa bila hanya ada cumi

Sebab ikhlasmu akan lebih berpahala

Apalagi dengan segenap hatimu

Turut kau sertakan untukku

Bahagiaku bersamamu dindaku terkasih



Bermula dari bangku kayu

Di sudut kelas satu itu

Pak Har dan Ibu Sum memulai 

Mendongeng beragam bentuk angka

Mengurai duapuluh enam aksara

Semua membuka cakrawala kami

Membuka ruang gelap dalam kepala

Mengisinya dengan cahaya ilmu

Terima kasih untuk guruku

Pah Har dan Ibu Sum terkasih



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun