Wilujeng Sumping!
Setelah makan siang dengan konsep oudoor di lantai dua bagian sayap kiri gedung perpustakaan umum Kota Garut yang langsung menghadap kearah rangkaian gununung-gunung menjulang dengan puncak berkabut, kami langsung menuju armada "Sonagar" yang telah menunggu kami.
Secara reguler, dengan tarif Rp. 10 ribuan/penumpang, rute bus pariwisata Sonagar dengan warna dasar putih bersih yang  biasa beroperasi di akhir pekan ini adalah mulai dari Alun-alun Garut - Jl. Dewi Sartika (melewati bangunan LP yang masih orisinil sejak dibangun oleh penjajah Belanda) - Jl. Pramuka (melewati beberapa bangunan bersejarah, gereja, kantor kecamatan, rumah tinggal) - Jl. Bank (melewati Statsiun Garut yang akan diaktifkan kembali) - Jl. Veteran (Makodim dan Markas PM) - Jl. Ahmad Yani (Kantor Pos, Bangunan Pertokoan sebagian masih bangunan asli) - Pengkolan - Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang - Bundaran Suci - Jalan Sudirman (Sentra Pengolah/Penyamakan Kulit Sukaregang) - Jalan Bratayudha - Jalan Pasundan (Pabrik Dodol Garut PIKNIK) / Jalan Ciledug (Ada beberapa bangunan bersejarah, Kantor Disparbud Garut) - Jalan Ranggalawe (Gedung SDN Regol : eks Sakola Kautamaan Istri Raden Ayu Lasminingrat) - Jalan Kiansantang - Babancong - Alun-alun Garut.
wisata tertentu atau pilihan penyewa, seperti ke Cipanas, Jalan Anwar Musadad, Situ Bagendit  dan lain-lainya dengan tarif rata-rata Rp 400 ribuan/enam jam. Tertarik?
Selain melayani rute reguler, armada bis Sonagar yang bagian depannya terpasang ikon utama domba Garut ini  juga bisa dicarter untuk tujuan ke obyek
Untuk interior Sonagar, secara umum relatif standart bis pariwisata dengan tematik serupa. Kursi penumpang berkapasitas 20 orang didesain dari besi bergaya santai dengan pagar besi di sisi kiri dan kanan sebagai pengaman penumpang. Di bagian depan atau area kemudi, sebagai media informasi sekaligus hiburan terpasang televisi layar datar berukuran sekitar 20 inch yang bisa memutar dokumentasi audio visual terkait sejarah Garut dari masa ke masa dengan dipandu oleh seorang guide yang berpengalaman.
Selanjutnya, jejak sejarah dan budaya kawasan premium "pengkolan" yang dulunya bernama chineesche voor Straat", yaitu kawasan perdagangan paling sibuk di Kota Garut sejak jaman penjajahan Belanda yang memanjang di Jalan Ahmad Yani dari kawasan Kontor Pos  sampai perempatan Sukaregang, juga menggoda untuk ditelisik lebih jauh keunikannya.
Selain itu, kolektifitas sejarah, budaya dan kreatifitas masyarakat Garut yang tergambar begitu seksi pada sentra kerajinan kulit di kawasan Sukaregang sebagai salah satu destinasi wisata belanja paling ramai di Garut juga sangat menyita perhatian siapapun yang sempat melihatnya! Disini, keunikan aktifitas workshop pembuatan berbagai kerajinan berbahan dasar kulit, sekaligus melihat ruang pamer atau toko hasil jadi kerajinan dari kulit dengan kualitas tinggi yang biasanya berada dalam satu lokasi akan sanggup menahan siapapun untuk bertahan lebih lama dan satu lagi yang paling membuat penasaran adalah tempat pengolahan/penyamakan kulit di jalan Sudirman.
#GayaAstiga
Semoga, kehadiran Sonagar kedepan tidak hanya menghibur wisatawan dan juga warga lokal dengan refreshing keliling Kota Garut semata, tapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya konservasi situs-situs budaya, bersejarah dan yang lainnya dalam upaya menciptakan multiplier effect bagi pemberdayaan pariwisata Garut termasuk kemajuan UKM dan seluruh elemen pariwisata yang ada.
Sampai Jumpa Garut!