Dinginnya Udara Garut, Memberi Kehangatan tak Terlupakan!
Menginjakkan kaki pertama kali di jantung Kota "Dodol", Garut, Jawa Barat tepat di tengah malam, kesan pertama yang saya rasakan adalah udara dingin di akhir kemarau yang begitu menusuk, meskipun menurut "pemandu kami" yang asli kelahiran Kota Garut walaupun sekarang sudah berdomisili di Jakarta, dinginnya ini belum seberapa jika dibandingkan dengan aselinya yang menusuk tulang! Wooow.
Bagi saya yang "orang rawa" alias berdomisili di dataran rendah, bahkan bisa dibilang teramat rendah malah, karena tinggi rata-rata permukaan daratan di Kota Banjarmasin terus menurun, sekarang konon berada di level 60-80 cm di bawah permukaan air laut, saya seperti layaknya Urang Banjar lainnya yang terbiasa dengan iklim dataran rendah yang panas menyengat. Jadi, berada di Kota Garut yang menurut saya udaranya cukup dingin memang memerlukan sedikit adaptasi.
Sambil melihat-lihat "situasi" lingkungan, tata kota, berikut aktifitas humaniora masyarakat Garut di pagi hari, sesekali saya mengambil gambar-gambar dengan fragmentasi unik dan menarik yang saya anggap perlu untuk diabadikan. Disini, saya merasakan hadirnya kehangatan yang begitu nikmat untuk di cecap, saya seperti pulang kampung ke rumah saya di masa lalu! Inilah perjalanan pagi menyusuri Kota tua Switzerland van Java . Â
Pagi ini, secara perlahan sinar mentari  benar-benar menerangi Kota Garut, cahaya terang itu memperlihatkan wajah Kota Garut yang sebenarnya! Kota tua dengan gunung-gunung yang tak kalah tuanya, tinggi menjulang ke angkasa seolah-olah sengaja berdiri untuk melindungi keindahan tanah Kota Garut yang sedang menawarkan pesona paginya kepada kami.Â
Fragmentasi alam yang menyuguhkan lereng-lereng terjal mendaki dengan puncak berselimut kabut penuh misteri yang seakan-akan hanya berjarak sepelemparan batu itu mengingatkan saya pada kampung halaman masa kecil saya di belahan timur kaki Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang hijaunya selalu menawarkan kesegaran untuk siapapun!
Jika di Bandung ada Bandros (Bandung Tours on Bus), Cimahi punya Sakoci (Saba Kota Cimahi), Sumedang dengan Tampomas (Trans Moda Pariwisata Masyarakat Kota Sumedang), Kota Cirebon dengan Citros (Cirebon Tourism On Bus), Purwakarta  dengan Bus Wisata Kidang Pananjung dan Tasikmalaya mempunyai Bus Ngulisik (Nguriling Kota Tasik), maka Kota Garut mempunyai bus Sonagar alias Pesona Garut.
Ya betul! Sonagar, bus pariwisata imut-imut yang namanya diambil dari istilah dalam bahasa Sunda yang berarti berani tudak malu-malu didepan umum yang juga bisa diakronimkan dari idiom Pesona Garut inilah yang akan membawa kami keliling Kota Garut.
Wilujeng Sumping!
Setelah makan siang dengan konsep oudoor di lantai dua bagian sayap kiri gedung perpustakaan umum Kota Garut yang langsung menghadap kearah rangkaian gununung-gunung menjulang dengan puncak berkabut, kami langsung menuju armada "Sonagar" yang telah menunggu kami.
Secara reguler, dengan tarif Rp. 10 ribuan/penumpang, rute bus pariwisata Sonagar dengan warna dasar putih bersih yang  biasa beroperasi di akhir pekan ini adalah mulai dari Alun-alun Garut - Jl. Dewi Sartika (melewati bangunan LP yang masih orisinil sejak dibangun oleh penjajah Belanda) - Jl. Pramuka (melewati beberapa bangunan bersejarah, gereja, kantor kecamatan, rumah tinggal) - Jl. Bank (melewati Statsiun Garut yang akan diaktifkan kembali) - Jl. Veteran (Makodim dan Markas PM) - Jl. Ahmad Yani (Kantor Pos, Bangunan Pertokoan sebagian masih bangunan asli) - Pengkolan - Sentra Kerajinan Kulit Sukaregang - Bundaran Suci - Jalan Sudirman (Sentra Pengolah/Penyamakan Kulit Sukaregang) - Jalan Bratayudha - Jalan Pasundan (Pabrik Dodol Garut PIKNIK) / Jalan Ciledug (Ada beberapa bangunan bersejarah, Kantor Disparbud Garut) - Jalan Ranggalawe (Gedung SDN Regol : eks Sakola Kautamaan Istri Raden Ayu Lasminingrat) - Jalan Kiansantang - Babancong - Alun-alun Garut.
Untuk interior Sonagar, secara umum relatif standart bis pariwisata dengan tematik serupa. Kursi penumpang berkapasitas 20 orang didesain dari besi bergaya santai dengan pagar besi di sisi kiri dan kanan sebagai pengaman penumpang. Di bagian depan atau area kemudi, sebagai media informasi sekaligus hiburan terpasang televisi layar datar berukuran sekitar 20 inch yang bisa memutar dokumentasi audio visual terkait sejarah Garut dari masa ke masa dengan dipandu oleh seorang guide yang berpengalaman.

Selanjutnya, jejak sejarah dan budaya kawasan premium "pengkolan" yang dulunya bernama chineesche voor Straat", yaitu kawasan perdagangan paling sibuk di Kota Garut sejak jaman penjajahan Belanda yang memanjang di Jalan Ahmad Yani dari kawasan Kontor Pos  sampai perempatan Sukaregang, juga menggoda untuk ditelisik lebih jauh keunikannya.
#GayaAstiga
Semoga, kehadiran Sonagar kedepan tidak hanya menghibur wisatawan dan juga warga lokal dengan refreshing keliling Kota Garut semata, tapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya konservasi situs-situs budaya, bersejarah dan yang lainnya dalam upaya menciptakan multiplier effect bagi pemberdayaan pariwisata Garut termasuk kemajuan UKM dan seluruh elemen pariwisata yang ada.
Sampai Jumpa Garut!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI