Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Poligami dan Kawin "Badadiaman" dalam Budaya Masyarakat Banjar

27 September 2019   10:20 Diperbarui: 27 September 2019   13:26 2280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali menginjakkan kaki di Kota 1000 Sungai dua dekade silam, menjadi adab sekaligus tekad saya sebagai pendatang merasa wajib untuk menjunjung semangat dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung

Caranya!? Ketertarikan saya pada tema sosial, seni, dan budaya secara naluriah mengantarkan saya untuk bersentuhan dengan berbagai fakta sosial budaya masyarakat Banjar yang notabene memang penduduk asli sekaligus mayoritas di Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.

Gayung bersambut, niat saya untuk terus menggali berbabagi kearifan lokal dalam budaya masyarakat Banjar secara perlahan tapi pasti semakin mendekatkan saya pada banyak momentum yang memberi saya ruang reperesentattif untuk lebih intens mengeksplor budaya Banjar.

Dari para budayawan Banjar yang akhirnya banyak menjadi sahabat sekaligus mentor saya, akhirnya budaya Banjar yang sangat unik benar-benar mulai mendarah daging dalam metamorfosa kehidupan saya. 

Di kantor, lingkungan pertama saya bersentuhan dengan masyarakat Banjar, suasananya juga begitu kondusif untuk belajar mengaplikasikan teori budaya yang saya dapatkan dari para mentor, budayawan Banjar.

Salah satu guyonan atau semacam humor dalam masyarakat Banjar yang pertama kali saya kenal, sekaligus paling menarik perhatian saya sampai sekarang adalah adagium kocak yang sedikit satire berikut.

Babini saikung nitu wajar (Beristri satu itu wajar), 

Babini dua ikung hanyar balajar (Beristri dua itu baru belajar), 

Babini tiga ikung kurang ajar (Beristri tiga itu 'kurang ajar) dan... 

Babini ampat ikung hanyar urang Banjar (Beristri empat itu baru 'Urang Banjar'.)

Awalnya, adagium di atas saya kira hanya ungkapan bagayaan atau bercanda ala urang Banjar semata yang memang dikenal jagau (jago ;bhs Banjar) membuat pantun dengan rima yang rapi secara spontan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun