Anomali Cuaca
Alhamdulillah, hujan dengan intensitas beragam akhirnya turun juga  di beberapa daerah terdampak kebakaran hutan dan lahan, seperti di Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan juga sebagian Kalimantan Selatan.Â
Masyarakat di darah-daerah tersebut tentu sangat bersyukur dengan adanya "anomali cuaca" yang sedang terjadi! Selain membuat udara semakin bersih dan segar, menurunkan suhu udara juga menambah pasokan air bersih.
Turunnya hujan dipuncak musim kemarau tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat. Bagaimana logika ilmiahnya? Kok bisa ya, di puncak musim kemarau yang panas dan kering kerontang, tiba-tiba bisa turun hujan!?
Tidak harus menunggu lama, akhirnya masyarakat mendapatkan jawaban penyebab terjadinya anomali cuaca berupa turunnya hujan dengan berbagai intensitas di beberapa daerah terdampak karhutla beberapa saat kemudian setelah berbagai media memberitakan keberhasilan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang bekerjasama dengan BMKG (Badam Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan cara "membuat" hujan buatan di langit daerah-daerah yang terdampak karhutla.
Di Riau, Operasi TMC sebenarnya telah dilakukan sejak  Februari 2019 dengan menggunakan pesawat Cassa 212-200 milik BPPT, bahkan karena  karhutla semakin meluas, akhirnya pihak TNI membantu dengan menambah 3 pesawat untuk memperkuat operasi TMC. Tapi, baru pada operasi TMC hari Kamis (19/9/2019) hasilnya begitu signifikan.Â
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)
Menurut Plt Kapusdatin BNPB, Agus Wibowo seperti dikutip dari detik.com "Operasi TMC di Sumatera dilakukan dari Pangkalan Udara Roesmin Noerjadin, Pekanbaru, Riau, menggunakan pesawat TNI AU Hercules C-130 kapasitas 4.000 kg dan Cassa 212-200 kapasitas 800 kg.Â
Penyemaian awan dengan garam sebanyak 800 kg di wilayah Pelalawan, Kampar, dan Lima Puluh Koto, berbuah hujan dengan intensitas deras dari jam 16.31 sampai dengan 17.05 WIB di wilayah Kelurahan Teluk Blitung, Kecamatan Merbau, Kabupaten Meranti. Selanjutnya, penyemaian awan sebanyak 4.000 kg dilakukan di Siak, Bengkalis, Dumai, Meranti, Kampar, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir. Hujan pun turun deras di Bukit Kapur, Dumai, yang berdekatan dengan Bengkalis".
Sedangkan untuk operasi TMC di Kalimantan dilakukan di dua titik, yaitu di Pangkalan Udara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dengan menggunakan Pesawat TNI AU CN 295 kapasitas 2.400 kg dan di Pangakalan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat dengan pesawat TNI AU Cassa 212-200.
Di Kalimantan Tengah, seperti halnya dengan di Riau! Ternyata operasi TMC juga telah dilakukan beberapa kali dan baru  operasi TMC  Jumat (21/9/2019) dari pukul 13.20 - 15.35 WIB penyemaian awan dengan garam NaCl sebanyak 2.400 kg di wilayah udara Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Sampit, Gunungmas, Barito, Katingan, dan Kota Palangkaraya memberi hasil signifikan berupa hujan deras yang turun di Pulang Pisau, Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya bahkan dibeberapa daerah di Kalimantan Selatan seperti  Martapura, Tapin dan sebagian kecil Kota Banjarmasin.
Terpisah, menurut Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Kalteng Fikri Nur Muhammad, di sepanjang lintasan area penyemaian terpantau awan kumulus di ketinggian 15.000 kaki dan selain menggunakan NaCl, tim juga menggunakan kapur tohor untuk menyemai awan.
Sedangkan untuk Operasi TMC di Kalimantan Barat pada Jumat (20/9/2019), dilakukan penyemaian garam sekitar 800 kg di Landak dan Bengkayang dan hasilnya hujan turun di Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang dan juga di Kota Pontianak.Â
Pelajaran Berharga dari Operasi TMC
Dari beberapa kali upaya operasi TMC yang dilakukan oleh BBTMC-BPPT (Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang bekerja sama dengan BMKG, ternyata beberapa diantaranya tidak membuahkan hasil, beberapa membuahkan hasil tapi tidak maksimal atau tidak sesuai dengan harapan dan beberapa diantaranya berhasil embuahkan hasil sesuai harapan. Pertanyaannya, kok bisa?
Padahal semua pasti sudah dilakukan dengan perhitungan yang sangat matang oleh orang-orang yang memang sudah ahli dibidangnya, tapi kenapa masih juga terjadi error!?Â
Inilah bukti adanya Tuhan, Allah SWT! Dzat yang Maha Menguasai sekaligus menentukan segala sesuatu (perkara/kejadian) yang ada dan terjadi di muka bumi dan di alam beserta isinya!
Coba perhatikan! Dari faktor penentu keberhasilan operasi TMC, seperti keberadaan bibit awan, arah angin juga kekuatan angin semuanya itu Tuhan yang punya kuasa, bukan kita manusi!Â
Dalam operasi TMC ini, petugas (manusia) hanya bisa mengumpulkan data dari berbagai fenomena yang telah disajikan Tuhan untuk kita sekaligus menganalisanya menjadi data yang bermanfaat sebagai bahan untuk mengambil keputusan.
Artinya, kapanpun, dimanapun, dalam keadaan apapun! Kita terus memerlukan Tuhan, membutuhkan Tuhan dan sangat Tergantung dengan Tuhan, Allah SWT! Jadi, ada baiknya ditengah-tengah usaha keras berbagai pihak untuk mengatasi bencana selimut kabut asap yang sangat mengerikan ini, kita yang tidak bisa membantu secara langsung di lapangan bisa berdoa kepada-Nya agar bencana ini segera berakhir.
Semoga Bemanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H