Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ternyata, Hujan Buatan Juga Masih Memerlukan Tuhan!

23 September 2019   11:03 Diperbarui: 23 September 2019   11:09 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anomali Cuaca

Alhamdulillah, hujan dengan intensitas beragam akhirnya turun juga  di beberapa daerah terdampak kebakaran hutan dan lahan, seperti di Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan juga sebagian Kalimantan Selatan. 

Masyarakat di darah-daerah tersebut tentu sangat bersyukur dengan adanya "anomali cuaca" yang sedang terjadi! Selain membuat udara semakin bersih dan segar, menurunkan suhu udara juga menambah pasokan air bersih.

Turunnya hujan dipuncak musim kemarau tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi masyarakat. Bagaimana logika ilmiahnya? Kok bisa ya, di puncak musim kemarau yang panas dan kering kerontang, tiba-tiba bisa turun hujan!?

Tidak harus menunggu lama, akhirnya masyarakat mendapatkan jawaban penyebab terjadinya anomali cuaca berupa turunnya hujan dengan berbagai intensitas di beberapa daerah terdampak karhutla beberapa saat kemudian setelah berbagai media memberitakan keberhasilan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang bekerjasama dengan BMKG (Badam Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan cara "membuat" hujan buatan di langit daerah-daerah yang terdampak karhutla.

Di Riau, Operasi TMC sebenarnya telah dilakukan sejak  Februari 2019 dengan menggunakan pesawat Cassa 212-200 milik BPPT, bahkan karena  karhutla semakin meluas, akhirnya pihak TNI membantu dengan menambah 3 pesawat untuk memperkuat operasi TMC. Tapi, baru pada operasi TMC hari Kamis (19/9/2019) hasilnya begitu signifikan. 

  Titik Api Karhutla (Kompas.com)
  Titik Api Karhutla (Kompas.com)

Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)

Menurut Plt Kapusdatin BNPB, Agus Wibowo seperti dikutip dari detik.com "Operasi TMC di Sumatera dilakukan dari Pangkalan Udara Roesmin Noerjadin, Pekanbaru, Riau, menggunakan pesawat TNI AU Hercules C-130 kapasitas 4.000 kg dan Cassa 212-200 kapasitas 800 kg. 

Penyemaian awan dengan garam sebanyak 800 kg di wilayah Pelalawan, Kampar, dan Lima Puluh Koto, berbuah hujan dengan intensitas deras dari jam 16.31 sampai dengan 17.05 WIB di wilayah Kelurahan Teluk Blitung, Kecamatan Merbau, Kabupaten Meranti. Selanjutnya, penyemaian awan sebanyak 4.000 kg dilakukan di Siak, Bengkalis, Dumai, Meranti, Kampar, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir. Hujan pun turun deras di Bukit Kapur, Dumai, yang berdekatan dengan Bengkalis".

Sedangkan untuk operasi TMC di Kalimantan dilakukan di dua titik, yaitu di Pangkalan Udara Tjilik Riwut, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, dengan menggunakan Pesawat TNI AU CN 295 kapasitas 2.400 kg dan di Pangakalan Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat dengan pesawat TNI AU Cassa 212-200.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun