Sampai sekarang, daun pisang masih familiar digunakan sebagai pembungkus, tapi sayangnya pemanfaatannya masih terbatas bagi sebagian besar makanan tradisional saja dan walaupun di setiap daerah, saya yakin ada kearifan tradisi membungkus jajanan dan makanan dengan daun pisang, tapi tetap saja kreasi jajanan berbungkus daun pisang sebagian besar masih terdapat di Pulau Jawa.
Daun pisang yang diambil dari pohon pisang, pohon buah monokotil asli dari Asia Tenggara ini menjadi pilihan utama masyarakat sebagai media pembungkus beragam makanan dan wadai (kue/jajanan; bahasa Banjar).
Daun pisang dipilih karena sifat alaminya yang lebar, lentur/fleksibel dan sudah pasti ramah lingkungan sangat cocok untuk membungkus berbagai jenis makanan, baik yang langsung bisa dimakan maupun yang harus dimasak (dikukus) dulu, termasuk buat jenis makanan yang mengandung cairan kuah maupun yang kering tanpa kuah.
Baca Juga : Ikan Haruan, Rahasia Bugar Urang Banjar Sejak Ratusan Tahun Silam
Selain itu, khusus untuk jenis makanan atau wadai yang dimasak atau dikukus dulu, kandungan senyawa polifenol yang terdapat pada daun pisang, diyakini tidak hanya akan memberi aroma harum yang sangat khas pada makanan atau wadai yang dibungkus.
Tapi juga menyebarkan anti oksidan yang yang tidak hanya baik bagi tubuh manusia saja, tapi sifat antibakterinya juga bermanfaat menjadikan makanan lebih tahan lama, sehingga sangat cocok untuk karakter beragam kuliner khas Indonesia.
Ragam Kreasi Bungkus Daun Pisang
Yang dimaksud dengan kreasi “bungkus” daun pisang yang ada di Indonesia, secara garis besar bisa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
Pertama, bungkus itu sendiri
Berarti secara fungsional daun pisang dipakai untuk membungkus (bisa makanan berat maupun wadai atau kue) yang biasanya untuk jenis kuliner yang perlu dimasak lagi (dikukus) sebelum dihidangkan.
Kedua, wadah
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!