Tidak heran jika beragam alat transportasi sungai, baik yang masih tradisional maupun modern, dari yang paling kecil seperti jukung, kelotok dan speedboat sampai yang paling besar seperti bus air biasa hilir mudik di kawasan ini baik untuk mengantarkan penumpang maupun barang-barang logistik keperluan masyarakat, termasuk sembako.Â
Inilah sensasi unik tinggal di rumah lanting! Selain desain arsitekturnya yang unik,  juga fisik bangunannya yang terus mengapung mengikuti ketinggian permukaan air sungai, sehingga bisa memungkinkan untuk pindah tempat kapan saja dan pastinya tidak akan mungkin untuk kebanjiran, sensasi tinggal di rumah lanting juga tidak kalah seru!Â
Tidak jauh berbeda dengan tinggal diatas kapal, berdiam di dalam rumah lanting juga bisa merasakan "goyangan" riak permukaan sungai akibat adanya aktifitas lalu lintas transportasi sungai yang intensitas dan juga kekuatannya tergantung dari jenis dan juga kerapatan lalulintas alat transportasi yang lalu-lalang. Asyik kan?
Fakta Terkini Rumah Lanting
Rumah Lanting sebagai salah satu kearifan lokal budaya sungai khas masyarakat Banjar yang telah berusia ratusan tahun, sekaligus salah satu jenis hunian tradisional khas Suku Banjar, eksistensinya terus meredup tergilas modernisasi dan juga pragmatisme zaman. Khusus di Kota Banjarmasin, populasinya saat ini bisa dibilang tinggal hitungan jari saja.
Pemandangan ini sangat kontras dengan medio 2000-an atau sekitar dua dekade silam. Tidak usah jauh-jauh, di kawasan kampung ketupat di Sungai Baru yang merupakan anak sungai dari DAS Martapura yang berada tepat di jantung Kota 1000 Sungai, saat itu masih banyak rumah lanting yang berdiri di tepian sungai yang sebenarnya relatif tidak terlalu lebar dan hanya biasa dilewati jukung atau kelotok itu.
Uniknya, fakta kontradiktif lenyapnya salah satu ikon budaya sungai khas Urang Banjar ini terjadi dan berlangsung secara masif, justeru sejak pemerintah Kota berniat untuk merevitalisasi sungai-sungai yang membelah wilayah daratan Kota Banjarmasin , kira-kira sejak tahun 2015. Kebijakan  pemerintah Kota merelokasi dan merehabilitasi rumah lanting tidak berjalan seperti yang diharapkan dan justeru terkesan "menghapus" keberadaan rumah lanting di tepian sungai-sungai yang ada di Banjarmasin.
Memang harus diakui, revitalisasi berbagai sungai yang dilakukan oleh pemerintah Kota sejauh ini memang memberikan dampak signifikan bagi ekosistem sungai dan juga pariwisata di Kota Banjarmasin yang memang terus terus berusaha bertransformasi menjadi kota wisata sungai terbaik di dunia, tapi kebijakan yang juga berdampak "terhapusnya" salah satu elemen tradisi budaya sungai tetap saja bukan opsi terbaik!
Karena  rumah lanting bukan hanya sekedar rumah tinggal mengapung di tepian sungai semata, tapi didalamnya juga menyimpan khazanah kearifan tradisi dan budaya unik dan khas masyarakat Banjar yang begitu otentik dan tak ternilai, mulai dari keunikan arsitektur, teknologi ramah lingkungan, kecerdasan adaptif pada alam dan lingkungan, fleksibilitasnya yang luar biasa dan lain-lain.Â
Artinya, ada banyak elemen yang sangat berharga dalam sebuah bangunan rumah lanting yang akhirnya ikut lenyap dan terkubur oleh waktu ketika pemerintah justeru merelokasi dan merehabilitasi pemukiman terapung tanpa ada upaya untuk melestarikannya.Â