Realitas pertambangan Intan tradisional tidak saja dianggap sebagai warisan pekerjaan dan usaha semata oleh masyarakat Pumpung dan sekitarnya, tapi juga warisan tradisi dan budaya yang harus dijaga, dipertahankan dan dilestarikan. Bahkan pemerintah sejak kama telah memasukkannya sebagai destinasi wisata spesifik unggulan Kota Banjarbaru, sehingga tidak mungkin menutup operasional tambang tradisonal ini tanpa memberi  jalan keluar proporsional untuk semua pihak yang berkepentingan.
Uniknya lagi, bagi masyarakat setempat yang secara turun-temurun telah mewarisi profesi sebagai penambang juga mewarisi pola pikir pendahulunya, bahwa kehilangan nyawa di lubang tambang merupakan "hal biasa", sebuah resiko yang harus diambil jika ingin mencari rezeki di tambang tradisional. Kalau tidak mau mengambil resiko itu, ya jangan mencari rezeki di tambang tradisional.
Ini yang semestinya segera diluruskan! Memang benar, semua pekerjaan atau profesi pasti mempunyai resikonya masing-masing, tapi masalahnya bukan itu! Rata-rata tingkat pendidikan yang relatif rendah, perekonomian yang didominasi oleh masyarakat berpenghasilan rendah menjadi lingkaran setan yang tidak ada ujung pangkalnya.
Penduduk setempat yang sejak lahir "terjebak" dalam lingkaran kerja keras pertambangan tradisonal tidak pernah atau bisa juga tidak sempat mendapat tambahan wawasan diluar "dunia tambang tradisional", sehingga mereka tidak mempunyai keahlian yang lain dan akhirnya merasa tidak ada pilihan pekerjaan yang lain. Ujung-ujungnya setelah beranjak dewasa anak-anak warga Pumpung dan sekitarnya, kemungkinan terbesar pasti akan masuk ke dalam dunia tambang tradisional juga.
Dari data-data diatas, diatas kertas setidaknya ada tiga model solusi yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah, yaituÂ
- Tetap membiarkan pertambangan tradisional di Pumpung dan sekitarnya, tapi mensyaratkan perijinan (legalitas) agar bisa dikontrol serta dibina pemerintah dan proses pertambangan yang aman dan profesional.
- Menutup area tambang tradisional dan mengalihkan pekerjaan pendulang ke bidang lain. Seperti peternakan, pertanian, beragam kerajinan tangan, kuliner bahkan bisa juga menjadi guide untuk pariwisata Pumpung.
- Kombinasi diantara kedua opsi diatas dengan beberapa modifikasi dan kompromi agar semua bisa berjalan dengan baik.
Pasca tragedi Pumpung yang menelan lima orang korban jiwa meninggal pada bulan April yang lalu, Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani telah menyatakan kesiapan Pemko untuk membantu para penambang yang ingin beralih pekerjaan, khususnya untuk menggeluti usaha peternakan unggas jenis itik. Pemerintah kota Banjarbaru akan memberi modal berupa 50 ekor bibit itik untuk dibudidayakan, pembuatan kandang, pakan, obat-obatan dan lainnya.
Upaya Pemko Banjarbaru untuk mengajak penambang tradisonal beralih pekerjaan ini memang tepat sasaran dan sepertinya mendapat respon bagus dari masyarakat Pumpung dan sekitarnya. Dikutip dari jejakrekam.com menurut data saat ini ada sekitar 600 warga Desa Pumpung yang sudah masuk program pengalihusahaan dari penambang intan menjadi peternak itik. Hanya saja, mungkin kedepannya program pengalihan usaha dan pekerjaan ini harus diperbanyak bidangnya, tidak hanya ternak itik semata.
Pepatah bijak mengatakan, memberi kail lebih bijaksana daripada memberi ikan! Upaya Pemko Banjarbaru diatas sepertinya memang berkaca dari pepatah bijak diatas.
Hanya saja, sepertinya ada kebutuhan mendasar lain atau "kail" lain yang sifatnya lebih besar dan mendasar yang diperlukan masyarakat Pumpung untuk mengangkat harkat dan martabatnya, berikut lingkungan alam sekitarnya ke tempat lebih tinggi yang diharapkan bisa memutus lingkaran setan penyebab rusaknya alam serta memutus siklus turun temurun profesi menjadi pendulang Intan tradisonal, yaitu pendidikan.
Semoga bermanfaat!