Kami melakukan sungkeman di keluarga sesegera mungkin, selain karena sunnahnya menganjurkan demikian bermaaf-maafan lebih cepat memang lebih baik dan lebih afdal, kebetulan orang tua kami termasuk "Padatuan" atau semacam orang yang dituakan di kampung  yang otomatis  menjadi salah satu titik kumpul dari masyarakat sekitar yang notabene layaknya miniatur Indonesia yang multietnis di saat lebaran.Â
Karenanya, setiap lebaran jadi ada sedikit kesibukan di rumah orang tua kami. Biasanya keluarga besar kami akan bergotong royong untuk mempersiapkan hidangan bagi para tamu, warga sekitar yang beranjangsana ke rumah orang tua kami selepas melaksanakan sholat Idul Fitri baik di Masjid atau di tanah lapang.
Sekedar untuk meneruskan tradisi di kampung dan keluarga, biasanya kami akan menyediakan hidangan khusus berupa sajian kuliner khas urang Banjar, yaitu Soto Banjar dan Katupat Kandangan.Â
Untuk para madangers yang penasaran dengan kuliner asli Kalimantan Selatan, tepatnya dari Kota Kandangan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berbahan dasar dari ikan gabus (Channa striata) yang citarasanya dijamin  maknyussss ini, bisa baca artikel saya berjudul Icip-icip Katupat Kandangan di Warung Kaum, Banjarmasin dijamin bakal ngiler deh!
Selain Katupat Kandangan, jenis kuliner lain yang biasa disiapkan oleh keluarga kami untuk para tamu adalah jenis kuliner paling populer di Indonesia, yaitu Soto Banjar. Seperti yang pernah saya tulis dalam beberapa artikel saya terkait kuliner khas urang Banjar, kuliner Soto Banjar tergolong unik dan istimewa lho!Â
Karena setahu saya hanya Soto Banjar, satu-satunya kuliner berbasis soto yang mempunyai 4 jenis turunan atau varian, yaitu Soto Banjar (reguler), Soto (Banjar) Kuin, Soto Banjar Ayam Bapukah dan Soto (Banjar) Kuning dari Kotabaru. Bagi penikmat kuliner berkuah kaldu yang ingin tahu seluk beluk kuliner Soto Banjar bisa baca artikel saya Menikmati Musik Panting & Soto Banjar di Tepian Sungai Martapura Banjarmasin dan Pengalaman Menikmati Soto Banjar Ayam Bapukah/Bapulas Khas Haji Anang. Mudah-Mudahan menambah referensi dunia per-sotoan anda.
Selain hidangan "kelas berat" diatas, untuk menjamu tamu yang datang  biasanya keluarga kami juga menyediakan hidangan "kelas ringan" alias camilan. Hanya saja, kalau saya perhatikan untuk hidangan kelas ringan ini dari tahun ke tahun sepertinya terus bergeser ke arah camilan kekinian atau camilan-camilan yang populer di televisi, sedangkan jenis camilan-camilan khas banua sepertinya semakin terpinggirkan, kalaupun memaksa untuk di hadirkan biasanya malah terbuang, kecuali satu saja yang masih eksis dan selalu dicari tamu yang datang ke rumah, yaitu tapai gambut atau secara nasional mungkin kita kenal dengan tape ketan.
Berbeda dengan tape ketan di daerah lain yang biasanya berwarna hitam atau putih alami tanpa pewarna tambahan dan dibungkus dengan daun jambu air atau daun pisang, maka tapai gambut khas Banjarmasin ini, dibuat dari baras lakatan (beras ketan) warna putih dan di beri pewarna alami dari daun katu atau daun suji, sehingga hasil jadi warna tapainya adalah hijau daun yang segar dan uniknya lagi, tapai tidak dibungkus pakai daun tapi dibentuk bulat-bulat sebesar kelereng jumbo yang ukurannya lebih besar dari kelereng biasa yang kita mainkan saat masih anak-anak. Sekali lagi, kalau penasaran dengan tapai gambut, silahkan baca artikel saya Mencicipi Legitnya Tapai Gambut yang Melegenda.