Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ketika Ritual Mudik Mempertemukanku dengan Banyak "Keluarga" Baru

2 Juni 2019   22:36 Diperbarui: 2 Juni 2019   22:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seumur-umur belum pernah sekalipun saya menemui orang mudik alias pulang kampung dengan perasaan sedih, kalaupun ada tangis dan air mata di dalamnya itu merupakan tangis bahagia dan air mata kerinduan yang membuncah ke segenap jiwa dan raga, untuk kedua orang tua, semua keluarga dan juga kampung halaman yang membesarkannya.

Ritual mudik ke kampung halaman di kaki Gunung Lawu yang sebagian besar selalu memberi  bonus berupa ragam "kisah hikmah", secara rutin saya lakukan saat masih tinggal di Pulau Jawa  terkhusus saat masih kuliah di Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa dan saat berkarir di Ibu Kota Jawa Timur dan Ibu Kota Negara yang sebagian besar  saat masih belum berkeluarga. Sedangkan setelah berkeluarga, justeru kedua orang tua sayalah yang keliling ke kediaman anak-anaknya, termasuk ke kediaman kami di Kota 1000 Sungai.

Dalam ritual mudik saat itu, saya lebih banyak memanfaatkan ragam kendaraan umum seperti kereta api, bis AKDP dan minibus (travel) serta sepeda motor untuk menjelajahi jalanan Propinsi yang berjarak sekitar 400 km dari Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa menuju kaki Gunung Lawu di Ujung barat Propinsi Jawa Timur.

Hanya saja, diantara empat jenis moda transportasi diatas yang  paling memberi kesan mendalam di setiap perjalanannya menuju kampung halaman adalah sepeda motor dan kereta api. Berbeda dengan bis AKDP dan minibus (travel), dengan sepeda motor selain lebih irit dan fleksibel karena bisa berhenti untuk berbagai keperluan kapan saja dan dimana saja, saya juga mendapatkan banyak kisah hikmah yang sangat bermanfaat bagi perjalanan hidup saya sampai saat ini. Kepingin tahu kisahnya?

Mudik pakai Sepeda Motor (komunita.id)
Mudik pakai Sepeda Motor (komunita.id)

Selama hampir empat tahun kuliah di Kota tembakau di ujung timur Pulau Jawa, sepeda motor merupakan moda transportasi yang paling sering saya pakai untuk melakukan ritual mudik ke kampung halaman di kaki Gunung Lawu, tepat diantara Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Biasanya, saya mudik tidak sendirian, tapi bareng atau bersama-sama dengan teman-teman lain. Ada teman satu kos-kosan, teman satu kelas, teman ngopi bahkan teman yang baru kenal saat berangkat konvoi! 

Ini asyiknya! Karena kota Tembakau posisinya di ujung timur dan selatan Pulau Jawa maka sebagian besar rombongan mudik saat itu ya ke arah barat dan utara, walaupun dengan tujuan yang berbeda-beda. Artinya,  Semakin banyak anggota rombongan mudik,  semakin banyak keluarga baru yang akan saya kenal dan dapatkan di sepanjang perjalanan. Seperti yang saya ceritakan pada kisah Warna-warni Pengalaman Mudik Simpel dan Asyik.  

Sudah menjadi hobi dan kebiasaan saya dan sebagian besar teman mudik waktu itu, ketika lewat di kota atau daerah tempat tinggal saudara/keluarga dan juga teman, bisa teman satu kelas, satu kos atau bahkan teman ngopi di sekitar kampus, saya dan teman-teman usahakan untuk blusukan, singgah dan bersilaturahmi.

Banyak manfaat silaturahmi, bisa kenal dengan keluarga teman yang sudah barang tentu menambah daftar keluarga baru yang bisa menambah rejeki, selain itu kita juga bisa mengenal daerah baru tersebut lebih "intens", termasuk rekomendasi tempat kuliner serta wisata terbaik dan yang tidak kalah penting kalau ada "apa-apa" di jalanan sekitar daerah itu, kita tidak akan mengalami "masalah".

Selebihnya, saya dan teman-teman sering disangoni apa saja oleh orang tua teman-teman yang kita singgahi, asal mau singgah saja! Bisa nasi bungkus, sekaleng kue kering, minuman botol/kaleng, setandan pisang, sekarung jagung, seekor ayam, uang bensin, uang beli es bahkan pernah dikasih juga uang untuk beli baju lebaran...he...he...he... lumayan kan!?

Untuk rombongan mudik ke arah utara jumlahnya memang tidak seberapa banyak, karena di sebelah utara Kota Tembakau hanya ada dua kota kabupaten, yaitu Kota Tape dan bumi Afrikanya Jawa Timur.

Sedangkan tujuan mudik rombongan kami yang ke arah barat sangat beragam, ada yang menuju Kota Pisang atau juga sering disebut dengan Oostenrijk Van Java atau Austria Van Java, kota mudik paling dekat dengan Kota  Tembakau. Anda tahu dimana lokasinya?

Setelah itu ada juga yang menuju Kota Mangga-nya Jawa Timur di pesisir utara, khusus untuk Kota santri seperti yang kita ketahui, semua daerah yang termasuk tapal kuda di Jawa Timur ini sebagian besar menyandang julukan sebagai Kota Santri. 

Ada juga yang menuju Kota Apel, Kota Udang dan Kota Pahlawan. Dari kota Pahlawan, jurusan perjalanan darat terpecah jadi dua jalur, yaitu jalur pantura yang melewati Kota Pudak, Kota Soto, Kota Bumi para wali dan terakhir Kota Jati. Sedangkan untuk jalur tengah kita akan melewati Kota Onde-onde dan kota beriman yang juga dikenal sebagai Heart of East Java alias Jantungnya Jawa Timur.

Dari Kota Beriman yang banyak berdiri pondok pesantren terkenal ini, jalur mudik tengah ini terpecah menjadi dua jalur lagi, yaitu jalur tengah yang akan menuju Kota Angin, Kota Brem, Kota reog, Kota Bambu, Kota 1000 Goa dan terakhir kampung halaman saya di kaki gunung Lawu.

Sedangkan jalur selatan untuk menuju Kota Tahu, Kota Patria, Kota Marmer dan terakhir Kota Alen-Alen atau juga dikenal dengan julukan Kota Keripik Tempe.

Sampai saat ini, saudara-saudara baru yang saat itu (sekitar 20 tahun yang lalu) saya kenal ketika dalam perjalanan mudik masih rutin berkomunikasi dengan saya. Kita masih bersaudara sampai saat ini. Memang banyak yang sudah terdiaspora ke beberapa daerah bahkan ke beberapa negara, tidak sedikit juga yang sekarang menetap di Kalimantan Selatan tidak terlalu jauh dari Kota 1000 Sungai. 

Inilah warna-warni mudik yang selalu memberikan pesan hikmah bagi saya, semoga bermanfaat! Pesan saya pribadi, meskipun mudik pakai sepeda motor relatif nyaman dan irit tapi tingkat keamanannya berbanding terbalik alias relatif rendah.

Sepeda motor yang umum dijual dipasaran dan banyak menjadi alat transportasi kita, tidak didesain secara khusus untuk keperluan perjalanan jauh/touring seperti yang saya lakukan, sehingga bila terkombinasi dengan faktor kelelahan dan ngantuk, hembusan angin yang bebas ke arah tubuh, sengatan matahari yang panas atau turun hujan yang lebat sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan yang bisa berujung maut.

Memang masing-masing individu pasti mempunyai cara dan strategi khusus untuk tetap bisa menikmati ritual mudik dengan mengendarai sepeda motor, sama seperti yang saya lakukan. Jadi silakan saja mudik lakai sepeda motor, tapi harus tetap berhati-hati ya....!

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun