Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Warna-warni Pengalaman Mudik Simpel dan Asyik

28 Mei 2019   22:07 Diperbarui: 28 Mei 2019   22:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mudik ala urang Banjar (dokpri)

Sejak meninggalkan kampung halaman di kaki gunung Lawu yang secara teritori terletak diantara Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk merantau sekitar seperempat abad yang lalu, dimulai dari menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa, berkarier jadi musisi "nggak sukses" di ibu kota, berkarir di holding company yang bergerak di industri plastik di ring satu area industri di Jawa Timur dan dilanjut dengan berkarir di salah satu industri makanan dan minuman nasional yang mewajibkan saya untuk melanglang buana hampir keliling Indonesia dan akhirnya mengharuskan saya merasakan mudik lebaran dengan beragam moda transportasi berikut ragam romantika yang ada didalamnya.

Kita sudah berhati-hati, eeeeh ada orang lain yang enggak berhati-hati sehingga menyebabkan kita ikut celaka, makanya jangan lupa berdoa dulu sebelum berangkat mudik!

Mudik Jalur Darat

Untuk mudik melalui jalur darat, sebagian besar terjadi semasa kuliah, saat berkarier di ibu kota Jawa Timur dan ibu kota negara. Ada 4 (empat) jenis moda transportasi yang seingat saya pernah saya manfaatkan untuk melakukan ritual mudik saat itu, yaitu sepeda motor, bis antar kota dalam Propinsi, minibus (travel) dan kereta api.

Dari keempat jenis moda transportasi diatas, kalau diurutkan menurut skala kenyamanan, menurut saya yang paling nyaman adalah minibus (travel), sepeda motor, kereta api dan terakhir bis. Sedangkan dari sisi keamanannya saya pilih minibus (travel), kereta api, bis dan sepeda motor diposisi buncit, begini ulasannya!  

Minibus (aoutomotifwoard.net)
Minibus (aoutomotifwoard.net)

Naik minibus (travel) menurut saya paling aman dan nyaman karena penumpang diantar jemput sesuai dengan alamat, penumpang tinggal duduk manis tidak perlu nyetir dan mikir apa-apa, penumpang tidak terlalu banyak jadi lebih private, potensi terjadinya tindak kriminal sangat kecil, biasanya travel memberikan fasilitas kenyamanan dalam perjalanan yang lebih bagus dari moda transportasi lain dan biasanya pada  moda transportasi ini berlaku prinsip rego nggowo rupo alias harga membawa rupa yang maksudnya kurang lebih semakin bagus fasilitas yang diberikan travel harganya pasti semakin mahal!  

Mudik pakai Sepeda Motor (komunita.id)
Mudik pakai Sepeda Motor (komunita.id)

Selanjutnya dengan mengendarai sepeda motor. Selama hampir 4 (empat) tahun kuliah di Kota tembakau di ujung timur Pulau Jawa, moda transportasi yang satu inilah yang paling sering saya pakai untuk melakukan ritual mudik ke kampung halaman di kaki Gunung Lawu, tepat diantara Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. 

Jaraknya lumayan jauh sekitar 400 km yang biasanya secara normal bisa saya tempuh selama 8 (delapan) jam perjalanan plus plus plus, maksudnya sudah termasuk istirahat yang biasanya untuk ishoma alias istirahat rebahan barang sejenak untuk meluruskan tulang belakang, sholat dan makan (kalau pas mudik karena liburan tahun ajaran baru, bukan lebaran)

Saya mengatakan naik sepeda motor mempunyai tingkat kenyamanan di posisi kedua setelah minibus karena lebih fleksibel. Kita bisa berhenti untuk berbagai keperluan kapan saja dan dimana saja. 

Apalagi sudah menjadi hobi dan kebiasaan saya waktu itu, ketika lewat di kota atau daerah tempat tinggal saudara/keluarga dan juga teman, bisa teman satu kelas, satu kos atau bahkan teman ngopi di sekitar kampus saya usahakan untuk blusukan, singgah dan bersilaturahmi. 

Banyak manfaat silaturahmi, bisa kenal dengan keluarga teman yang sudah barang tentu berpahala dan bisa menambah rejeki, kita juga bisa mengenal daerah baru tersebut lebih "intens" jadi kalau ada "apa-apa" di jalanan sekitar daerah itu, kita tidak akan mengalami "masalah" dan selebihnya, saya sering disangoni apa saja oleh orang tua teman-teman saya kalau mau singgah, bisa nasi bungkus, sekaleng kue kering, minuman botol/kaleng, buah-buahan, uang bensin, uang beli es bahkan pernah dikasih juga uang untuk beli baju lebaran...he...he...he... lumayan kan!?

Fleksibilitas yang sangat memudahkan ritual perjalanan mudik  plus hitungan paling irit bila dibanding dengan moda transportasi lain memang menjadi daya tarik utama mudik dengan sepeda motor, tapi sayangnya meskipun relatif nyaman dan irit tapi tingkat keamanannya berbanding terbalik alias relatif rendah. 

Sepeda motor yang umum dijual dipasaran dan banyak menjadi alat transportasi kita, tidak didesain secara khusus untuk keperluan perjalanan jauh/touring seperti yang saya lakukan, sehingga bila terkombinasi dengan faktor kelelahan dan ngantuk, hembusan angin yang bebas ke arah tubuh, sengatan matahari yang panas atau turun hujan yang lebat sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan yang bisa berujung maut. 

Memang masing-masing individu pasti mempunyai cara dan strategi khusus untuk tetap bisa menikmati ritual mudik dengan mengendarai sepeda motor, sama seperti yang saya lakukan. 

Hanya saja, saran saya kalau mau mudik pakai sepeda motor badan harus benar-benar sehat dan fresh, begitu juga dengan kendaraan yang akan ditunggangi di sepanjang perjalanan dan yang tidak kalah penting usahakan membawa bekal secukupnya, jangan mudik sendirian, jangan membawa anak kecil plus jangan membawa barang terlalu banyak.


Moda transportasi berikutnya yang sering juga saya gunakan untuk mudik adalah kereta api, menurut saya secara pribadi moda transportasi yang satu ini sebenarnya cukup nyaman dan merupakan moda transportasi paling merakyat di Indonesia dan mungkin di dunia. 

Di atas jalur kereta api yang menghubungkan kaki gunung Lawu-Ibu Kota Jawa Timur - Kota Tembakau di tahun 90-an, banyak sekali romantikanya yang terekam di otak saya, termasuk ketika kereta lebaran sukses memisahkan saya dengan barang-barang bawaan, bergelantungan di pintu kereta dengan satu kaki saja yang bisa menjejak, berdesak-desakan di dalam toilet yang berbau tanpa bisa bergerak sedikitpun sampai tertidur dalam keadaan berdiri, berdesakan dengan sepeda, sepeda motor,  aneka sayuran dan binatang peliharaan di gerbong barang, bertemu dengan mantan pacar, mantan pejuang bahkan menteri.

Tingkat kenyamanan naik kereta api saat itu, memang masih dibawah minibus terlebih karena bisingnya suara gesekan roda dengan rel kereta yang masuk kedalam kabin penumpang, sering berhenti di stasiun yang dilewati (semakin rendah kelas kereta api, biasanya semakin sering berhenti) dan sering banyak pedagang asongan/pengemis yang masuk ke kabin jika berhenti di stasiun, sehingga mengurangi kenyamanan dan keamanan.

Bus AKDP (harnas.co)
Bus AKDP (harnas.co)

Untuk moda transportasi bis (umum) antar kota dalam propinsi, (mohon maaf  mungkin ini sangat subyektif) saya menempatkan kenyamanan dan keamanannya di posisi paling buncit karena terus terang ada trauma masa lalu yang sulit saya  hilangkan terkait moda transportasi bernama lengkap otobus tersebut.

Saya dan keluarga diawal tahun 80-an pernah mengalami kecelakaan bis saat mudik lebaran dan bis yang kami tumpangi bertabrakan dengan armada bis lain dari arah berlawanan. Bis yang kami tumpangi terlempar ke sungai besar dan tenggelam, konon peristiwa ini memakan korban lebih dari separuh penumpang dan beberapa diantaranya hilang.

Karena peristiwa inilah, saya relatif jarang naik bis, kalaupun terpaksa biasanya saya memilih bis untuk rute pendek dan nanti disambung dengan moda transportasi lain. Apalagi berita di berbagai media tentang "kenekatan dan agresivitas" armada bis di jalanan, sampai hari ini masih saja meneror pengguna jalan yang lain.

Berangkat dari berbagai pengalaman riil diatas, ada baiknya bagi para pemudik yang ingin segera pulang kampung dengan cara yang aman, nyaman tapi tetap simpel dengan menggunakan moda transportasi darat untuk menyimak tips simpelnya berikut ini

  1. Jangan lupa berdoa sebelum berangkat.
  2. Persiapkan ritual mudik dengan matang, terutama jaga kesehatan.
  3. Pilih moda transportasi yang menurut anda paling aman dan nyaman, karena masing-masing orang pasti punya standar sendiri-sendiri
  4. Kalau pakai kendaraan umum, pesan tiket jauh-jauh hari dan pilih tanggal mudik lebih awal atau lebih akhir. Kalau pakai kendaraan pribadi, siapkan kendaraan seprima mungkin.
  5. Bawa barang secukupnya, termasuk obat-obatan dan perbekalan makan-minum.
  6. Siapkan alat telekomunikasi, uang cash dan uang elektronik secukup atau seperlunya saja.

Bus Air di Banjarmasin (banjarmasinpost.co.id)
Bus Air di Banjarmasin (banjarmasinpost.co.id)

Mudik Jalur Laut/Sungai

Berbeda dengan daerah lain di Indonesia, terutama kampung halaman saya di kaki Gunung Lawu yang semua jalur transportasinya melalui jalur darat, maka di Kalimantan selatan kampung halaman kedua saya, jalur mudik tidak hanya melalui jalur darat semata, tapi juga melalui jalur sungai dan rawa terutama di daerah pedalaman.

Sampai saat ini di Banjarmasin masih terdapat angkutan sungai yang melayani penumpang untuk jurusan ke daerah Hulu Sungai Barito di Kalimantan Tengah, yaitu daerah Tamiyang Layang, Buntok, Muara Teweh sampai paling atas di Puruk cahu. Sedangkan untuk ke arah barat menuju ke daerah Kotawaringin Raya, yaitu Sampit dan Pangkalan Bun.

Taksi Air di Banjarmasin (dokpri)
Taksi Air di Banjarmasin (dokpri)

Selain itu, ada juga yang melayani jurusan yang menuju ke daerah Hulu Sungai di Kalimantan Selatan, yaitu ke Nagara-Kandangan, Amuntai di Huku Sungai utara dan seterusnya. Moda transportasi yang dipakai ada beberapa macam, ada taksi air untuk rute yang tidak terlalu jauh, sedangkan untuk jarak jauh biasa menggunakan bis air, speedboat dan longboat.

Saya mengalami mudik menggunakan jalur laut dar Surabaya-Banjarmasin dan sebaliknya di awal-awal tahun 2000-an, waktu jaya-jayanya armada kapal Feri cepat milik ASDP yang bernama Serayu dan Ambulu yang bisa menembus jalur Surabaya-Banjarmasin dengan waktu normal sekitar 8 jam saja. Sayang armada kapal ini akhirnya terkena seleksi alam, kalah bersaing dengan pesawat udara.

Untuk mudik menggunakan jalur sungai, rawa, danau dan laut ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu :

  1. Atur jadwal keberangkatan dan kepulangan, khusus lewat laut hindari perjalanan di sekitar bulan Purnama, karena gelombang laut relatif tinggi.
  2. Cari tempat duduk ternyaman
  3. Hindari makanan pemicu mabuk gelombang sungai/laut.
  4. Selebihnya sama dengan persiapan untuk perjalanan darat diatas.

Bandara Kalimarau mutiara di dalam rimba Kalimantan (dokpri)
Bandara Kalimarau mutiara di dalam rimba Kalimantan (dokpri)

Mudik Jalur Udara

Sejak mendapatkan job untuk keliling Kalimantan dari kantor, akhirnya saya sering juga harus naik pesawat berbagai ukuran untuk berbagai keperluan, salah satunya untuk ritual mudik lebaran. Diantara sekian banyak bandara di Kalimantan, saya dibuat terpesona oleh bandara Kalimarau di Berau, Kalimantan timur. Untuk tips mudik pakai jalur udara, kurang lebih sama dengan tips untuk jalur laut di kombinasikan dengan tips jalur darat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun