Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hati-hati, Ternyata Kita juga Berpotensi Menjadi "Penjahat" Finansial

8 Mei 2019   21:59 Diperbarui: 8 Mei 2019   22:28 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ragam fraud cyber crime

Tindak kejahatan siber atau fraud cyber crime di sektor jasa keuangan, termasuk di dunia perbankan semakin sering terjadi dengan ragam modus operandi yang terus berkembang, layaknya pepatah lama patah tumbuh hilang berganti atau bahkan mati satu tumbuh seribu! Terutama, di seputaran Bulan Ramadhan, ketika masyarakat tengah fokus beribadah puasa wajib sebuah penuh, sehingga kewaspadaan menjadi sedikit terbuka.

Para pelaku kejahatan siber ini sepertinya terus berpacu dengan waktu untuk terus meningkatkan kemampuan jahat mereka. Semakin canggih "pola keamanan cyber" sektor jasa keuangan bukan hambatan bagi mereka, tapi justru menjadi tantangan yang mengasyikkan bagi mereka.

Secara umum fraud cyber crime terbagi atas dua jenis, yakni skimming dan social engineering

Skimming adalah tindakan pencurian informasi dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip magnetik kartu debit atau kartu kredit secara ilegal.

Sedangkan Social engineering adalah manipulasi psikologis seseorang dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tertentu asocial engineeringtau melakukan hal tertentu dengan cara menipu secara halus, baik disadari atau tidak melalui telepon atau berbicara langsung.

Khusus untuk social engineering, secara umum ada tiga modus yang paling lumrah dijumpai, yaitu

  1. Phising yaitu pengelabuan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi rahasia seperti password dengan menyamar sebagai orang atau bisnis terpercaya dalam sebuah komunikasi elektronik. Saluran yang digunakan seperti email, layanan pesan instan (SMS), atau penyebaran link palsu di internet untuk mengarahkan korban ke website yang telah dirancang untuk menipu.
  2.  Vishing yaitu upaya  penipu melakukan pendekatan terhadap korban untuk mendapatkan informasi atau mempengaruhi korban untuk melakukan tindakan. Biasanya komunikasi dilakukan melalui telepon.
  3. Impersonation, yaitu upaya penipu berpura-pura menjadi orang lain dengan tujuan untuk mendapatkan informasi rahasia.

Tindak kejahatan siber yang umum kita dapati,  biasanya menjadikan kita atau orang-orang di sekitar kita sebagai "korban potensial". Tapi pernahkah anda berpikir kalau tidak berhati-hati, kita juga berpotensi menjadi korban sekaligus "pelaku" kejahatan  finansial diwaktu yang relatif bersamaan!? Naaaaah untuk yang satu ini, kita juga wajib berwaspada!

Suparman menunjukkan buku tabungan BNI dan SMS bangking di HP (Foto : regional.kompas.com)
Suparman menunjukkan buku tabungan BNI dan SMS bangking di HP (Foto : regional.kompas.com)

Belajar  dari Kisah Bapak Suparman

Awal tahun 2015, dunia finansial kita dihebohkan oleh peristiwa tidak biasa, yaitu salah transfer  dana dari Bank Negara Indonesia sebesar 5,1 miliar yang masuk tanpa permisi ke rekening Suparman, warga Ngabang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun