Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tergoda Monas yang Semakin Manis dengan "Bike Sharing"

8 Januari 2019   10:50 Diperbarui: 10 Januari 2019   20:57 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siluet Monas dengan beragam Aktifitas Warga Ternyata Masih Menggoda (Foto : @kaekaha)

Berburu Monas
Beberapa waktu yang lalu, saat berkesempatan kembali untuk ikut merasakan "segarnya" udara pagi Jakarta untuk waktu yang relatif agak lama, saya putuskan untuk menjadikan Taman Monas sebagai salah satu destinasi yang wajib masuk dalam daftar "jalan-jalan pagi" saya selama di Jakarta. 

Kenapa wajib? Karena kebetulan saya menginap tidak jauh dari Monas dan bukan kebetulan kalau saya sudah lama nggak bisa menjenguk si jangkung dari tanah betawi tersebut, karena saya telah lama hijrah ke tanah harapan di seberang lautan. 

Monas Hanya Terlihat Pucuknya dari Kamar Hotel (Foto : @kaekaha)
Monas Hanya Terlihat Pucuknya dari Kamar Hotel (Foto : @kaekaha)
Tidak mau berlama-lama melewatkan lambaian monas yang dari kamar tempat saya menginap cukup terlihat pucuknya saja! Saya mencari akal untuk tetap bisa bersua dengan monumen yang telah dibangun sejak tahun 1961 tersebut. Selepas pagi sampai malam, aktivitas saya penuh, nggak ada jedanya! Jadi, selepas subuh saja bisanya! 

Baca Juga : Masjid Ar-Rohah, Oase Bersejarah di Tengah Riuh Jantung Kota Jakarta

Selepas sholat subuh hari pertama dan hari kedua di Jakarta, gatot alias gagal total. Situs bersejarah Masjid Ar Rohah tempat saya melakukan sholat Subuh di Jl. Abdul Muis ternyata lebih menarik perhatian saya saat itu. Di Masjid sederhana itu, meskipun tidak mendapatkan informasi yang cukup maksimal, setidaknya saya mengetahui kalau bangunan ini ternyata menyimpan sejarah penting bagi masyarakat Betawi dan Jakarta.

Saluran Cideng dengan Latar Belakang Gedung-gedung Tinggi (Foto : @kaekaha)
Saluran Cideng dengan Latar Belakang Gedung-gedung Tinggi (Foto : @kaekaha)
Hari ke-3 barulah kesempatan itu datang. Selepas sholat Subuh di situs bersejarah Masjid Ar Rohah yang lokasinya tidak jauh dari silang Monas, masih pakai sarung dan peci plus sandal jepit saya menyusuri Jl. Abdul Muis, setelah sampai di perempatan SMK Negeri 38, belok kiri menyusuri jalan Taman Kebon Sirih yang di sebelah kanannya terdapat sungai yang biasa disebut dengan Saluran Cideng.

Berjalan kaki menyusuri Jl. Taman Kebon Sirih di pagi yang relatif masih gelap ini, kendaraan bermotor yang lewat relatif masih  jarang. Sepanjang jalan, saya lebih banyak ditemani oleh lalu-lalang pedagang-pedagang kopi bersepeda berbagai usia yang sejak sebelum kumandang Azan Subuh sudah nampak menjajakan kopinya.

900-img-9815-5c341261ab12ae5d7c11d8d6.jpg
900-img-9815-5c341261ab12ae5d7c11d8d6.jpg
Dari sepanjang jalan ini, tugu Monas yang diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono ini masih belum terlihat, karena tertutup pepohonan dan bangunan-bangunan tinggi menjulang puluhan tingkat yang mendominasi hampir sepanjang jalan. Setelah sampai di perempatan yang ada Tugu Jam-nya, perjalanan belok kekiri menyusuri double way  Jl. M.H. Thamrin. Setelah melewati kantor Kementerian ESDM, barulah si Jangkung kembali terlihat. Itupun masih setengah badan. 

Baca Juga : Bernostalgia dengan Mainan Anak-anak Tempo Dulu di Kota Tua Jakarta

Berjalan di salah satu jalanan protokol Jakarta yang biasanya ramai ini, saya jadi terheran-heran. Kok tumben, jam segini jalanan Jakarta masih lengang! Tapi tidak lama kemudian semua terjawab! Dari layar HP saya mendapat informasi, kalau hari ini ternyata hari libur alias tanggal merah! Pantes...! 

Jl. Silang Monas Barat Daya ( Foto : @kaekaha)
Jl. Silang Monas Barat Daya ( Foto : @kaekaha)
Karena jalanan masih sepi, dengan mudah saya bisa menyeberang ke pintu masuk Monas di sudut sebelah barat daya yang lebih dikenal dengan Jl. Silang Monas Barat Daya. Alhamdulillah, dari sini Si Jangkung sudah kelihatan sangat jelas berikut dengan ragam aktivitas pagi warga di sekelilingnya dan yang mengesankan saya adalah "fakta" masih rimbunya hutan kota di sekeliling Tugu Monas yang semakin membuat segar udara pagi itu.

Alhamdulillah, akhirnya saya bisa menjenguk Si Jangkung yang puluhan tahun tidak pernah sempat saya tengok, walaupun dalam kurun waktu itu sebenarnya saya juga beberapa kali sempat ke Ibu Kota Jakarta.

Si Jangkung dengan Lansekap Pagi yang Masih Menggoda (Foto : @kaekaha)
Si Jangkung dengan Lansekap Pagi yang Masih Menggoda (Foto : @kaekaha)
Bike Sharing Menambah Manis wajah Monas
Tidak hanya bagi warga Jakarta dan sekitarnya saja, tapi juga masyarakat dari seluruh Indonesia yang kebetulan berkesempatan menjejakkan kaki ke ibu kota Jakarta seperti saya, menjadikan Monumen Nasional alias Monas sebagai salah satu tempat favorit untuk mengisi waktu liburan.

Selain karena posisinya sebagai icon ibu kota yang terbilang sangat monumental, lokasinya yang mudah dijangkau dan tarif masuk yang relatif murah, Monas juga terus berbenah dan berinovasi untuk memberikan sebentuk destinasi wisata murah, edukatif dan tentunya menghibur bagi seluruh penikmatnya.

Terbaru, bagi pengunjung Monas dimanjakan oleh layanan inovatif berbasis aplikasi internet yang diberi label bike sharing, yaitu layanan peminjaman sepeda gratis untuk berkeliling menikmati landscape taman Monas yang teduh dan menyegarkan.

(Foto : @kaekaha)
(Foto : @kaekaha)
Untuk bisa berkeliling monas dengan ratusan sepeda yang  ditempatkan di empat pintu masuk Monas (silang barat daya, silang barat laut, silang tenggara, silang timur laut) dan tiga tempat lain di dalam area taman monas tersebut, pengunjung terlebih dulu harus mendownload aplikasi GOWES dari Play Store atau App Store kedalam smartphone masing-masing.

Baca Juga : Kesempatan Langka, Menjelajahi Gedung ANRI di Waktu Malam

Kemudian, pengguna bisa memilih salah satu dari dua tipe sepeda yang tersedia, yaitu model pakai keranjang atau tanpa keranjang. Selanjutnya, pengguna harus memindai QR Code yang terletak di bagian belakang sepeda untuk membuka kuncinya, setelah itu sepeda siap untuk digunakan dengan durasi 1 jam untuk masing-masing pengguna.

QR Code di bagian belakang sepeda (Foto : @kaekaha)
QR Code di bagian belakang sepeda (Foto : @kaekaha)
Setelah selesai, pengguna harus menempatkan sepeda di titik parkir yang telah ditentukan dan wajib menggembok sepeda secara manual. Apabila prosedur terakhir tidak dilaksanakan dan terjadi permasalahan dengan sepeda tersebut, maka data pembuka kunci terakhir yang terekam serverlah yang bertanggung jawab.

Kalau diperhatikan, ada beberapa hal teknis yang menarik terkait kehadiran GOWES di lingkungan Monumen Nasional. Pertama, tidak ada satupun penjaga yang mengawal keberadaan ratusan sepeda berwarna "ngejreng" kombinasi biru dan kuning tersebut. Kedua, pemanfaatan teknologi internet untuk membuka kunci gembok. Lantas, bagaimana cara mengawasi keberadaan ratusan sepeda-sepeda ini!? 

Banyak Masyarakat yang Tertarik Mencoba Bike Sharing (Foto : @kaekaha)
Banyak Masyarakat yang Tertarik Mencoba Bike Sharing (Foto : @kaekaha)
Menurut keterangan Iwan Suryaputra, Direktur Utama PT Surya Teknologi Perkasa pengelola GOWES yang dilansir dibeberapa media online,  layanan ini sudah menggunakan Internet of Things (IoT).

Dengan Tracking Device & Digital Indonesia Map pada sepeda tim GOWES dapat melacak lokasi keberadaan sepeda secara real time, termasuk memantau arus pergerakan sepeda dari mana ke mana, hari apa dipakai oleh siapa dan kemudian akan melakukan collecting sepeda yang telah selesai digunakan oleh pelanggan. Wooow keren canggihnya ya!

Semoga di Banjarmasin  segera meluncur aplikasi "Kelotok Sharing" menyusul layanan "Go Kelotok" yang lebih dulu eksis menjadi salah satu kolaborasi cantik antara Budaya Banjar dan IoT di era kekinian.

Mau Coba!?

(Foto : @kaekaha)
(Foto : @kaekaha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun