Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Mailangi" Pengrajin Seni Ukir Banjar yang Tersisa

15 November 2018   22:08 Diperbarui: 18 November 2018   03:17 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring semakin jarangnya masyarakat Banjar yang membangun rumah berbahan kayu dan relatif semakin sulitnya mendapatkan bahan baku kayu ulin yang menjadi bahan baku utama membangun rumah Banjar berikut ragam hiasnya, berimbas pada industri kecil pembuatan berbagai ragam hias rumah Banjar berbahan kayu ulin di Kota Banjarmasin. 

Pengrajin Ukiran Banjar di Jl. Piere Tendean (Foto : @kaekaha)
Pengrajin Ukiran Banjar di Jl. Piere Tendean (Foto : @kaekaha)
Sekarang, di seputaran Kota Banjarmasin relatif agak susah mendapatkan kerajinan seni ukir Banjar untuk hiasan rumah atau untuk mengganti hiasan lama rumah adat Banjar bagi kolektor atau pewaris rumah kayu tempo dulu yang memerlukan renovasi.

Satu-satunya tempat di Kota Banjarmasin yang masih menyisakan beberapa pengrajin seni ukir Banjar berbahan kayu ulin adalah di kawasan jalan Piere Tendean ujung yang menuju jembatan Pasar Lama.

Baca Juga Yuk : Terpesona Lamin Adat "Lakeq Bilung Jau" di Kong Beng, Kutai Timur

Di tempat usaha milik H. Asad dan Khoiri ini, sampai sekarang masih diproduksi berbagai produk-produk ragam hias ukiran berbahan dasar kayu ulin, semacam jamang, ram angin kayu, les plang, aneka ukiran Banjar dan kaligrafi Al Quran, ornamen pelengkap seperti buah nenas dan manggis, pagar catur dan juga atang kubur.

Ukiran pada Les Plang berbahan kayu ulin (Foto : @kaekaha)
Ukiran pada Les Plang berbahan kayu ulin (Foto : @kaekaha)
Menurut keduanya, dulu sampai tahun 90-an di sepanjang jalan Piere Tendean ini merupakan sentra industri ukiran khas Banjar seperti tempat usahanya saat ini.

Tapi seiring berjalannya waktu dan juga karena berbagai sebab yang saya sebutkan diatas satu-persatu para pengrajin memilih beralih profesi. Padahal menurut H. Asad sendiri, prospek usaha yang memanfaatkan kayu ulin sisa-sisa untuk berbagai macam kerajinan ini prospeknya masih bagus.

Aneka bentuk jamang (Foto : @kaekaha)
Aneka bentuk jamang (Foto : @kaekaha)
Terbukti, dirinya masih mendapatkan pemesanan ram angin berbagai bentuk, es plang dan terutama atang kubur dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan, seperti daerah Amuntai, Barabai, Kandangan bahkan sempai ke Kapuas Kalimantan Tengah, Sulawesi, Pulau Jawa dan Madura. Memang, kalau dihitung-hitung orderan yang masuk tetap saja tidak seramai dulu.

Baca Juga : Unda-Nyawa, Ini "Lo-Gue" Versi Bahasa Banjar!

Waktu terus berputar. Perjalanan panjang sebuah peradaban akan selalu diwarnai oleh sebuah keniscayaan berjudul "perubahan". Ke arah mana perubahan akan berdampak sangat ditentukan oleh subyek dari perubahan itu sendiri, yaitu manusia.

Masa depan seni tradisi ukiran khas Banjar berikut bentuk-bentuk ornamen ragam hias berbahan kayu ulin bernilai seni tinggi hasil olah cipta, rasa, karsa dan karya nenek moyang masyarakat suku Banjar ini ada di tangan generasi terkini masyarakat Banjar sendiri. 

Alat pemotong papan semi otomatis (Foto : @kaekaha)
Alat pemotong papan semi otomatis (Foto : @kaekaha)
Mulai hilangnya pengrajin ragam hias dari bahan kayu ulin, mulai langkanya rumah adat Banjar dan mulai sulitnya mendapatkan bahan baku kayu ulin merupakan gambaran nyata dari tanda-tanda "hampir" hilangnya sebuah tanda peradaban suku Banjar di muka bumi!

Apalagi yang ditunggu? Selamatkan bumi Kalimantan dengan gerakan menanam pohon (Ulin) sebanyak-banyaknya, selamatkan adat budaya serta seni tradisi suku Banjar dengan memperkenalkannya melalui berbagai media kepada generasi muda sedini mungkin. Ayo bergerak!

Kamus :

Mailangi (Bhs Banjar) : Mengunjungi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun