Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikmati Diplomasi Rendang di Daerah Terdampak Bencana Alam

22 Oktober 2018   22:11 Diperbarui: 22 Oktober 2018   22:33 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Makan Masakan Padang (Foto : @kaekaha)

Bangsa dan Negara Indonesia layaknya sebuah analogi dari badan atau tubuh kita. Jika ada bagian tubuh kita yang sakit, maka bagian tubuh yang lain juga akan ikut merasakan dampak ketidaknyamanan akibat sakit yang diderita tadi. Begitu pula sebaliknya, jika ada bagian tubuh kita yang merasakan nikmat, maka anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan relaksasi dampak dari rasa nikmat tadi.

Itu juga yang saat ini sedang terjadi! Disaat kabupaten Lombok Utara diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter dan berikutnya SiPa Dongga (Kota Sigi, Palu dan Donggala) Sulawesi Tengah dilanda musibah gempa bumi 7,4 scala Richter yang diikuti terjadinya tsunami dan likuifaksi (liquefaction) yang diperkirakan menyebabkan korban jiwa lebih dari 2000 orang, di sini rasa ke-Indonesiaan semua elemen bangsa seperti mendapat mementum!

Tanpa komando dan tanpa harus menunggu lama, kesedihan dan duka dari daerah-daerah terdampak bencana dahsyat diatas secara otomatis menjalar sekaligus menyengat  rasa solidaritas  seluruh elemen bangsa di seluruh pelosok tanah air Indonesia.

Serentak, berbagai bentuk bantuan dari masyarakat dalam berbagai bentuk mulai dari uang, sembako, mie instan, lauk rendang, air bersih, obat-obatan, pakaian layak pakai, BBM bahkan sampai truk, alat berat, helikopter dan pesawat terbang mengalir menuju daaerah-daerah terdampak bencana di Lombok Utara dan SiPa Dongga.

Dari berbagai bentuk bantuan yang mengalir ke daerah terdampak bencana baik di Lombok Utara maupun ke daerah SiPa Dongga ada satu bentuk bantuan yang menarik untuk disimak sekaligus dinikmati baik obyek barangnya maupun kemanfaatannya bagi masyarakat yang mengalami bencana, yaitu keberadaan olahan lauk rendang daging sapi dan ikan tuna yang dikirim langsung oleh masyarakat Sumatera Barat melalui BNPB Sumatera Barat.

Tidak tanggung-tanggung, khusus untuk bantuan ke Lombok Utara total bantuan sekitar 1 Ton dan untuk daerah SiPa Dongga, jumlahnya lebih dari 1 ton.  

(foody.id)
(foody.id)
Rendang si-Cita Rasa Juara!

Bagi masyarakat Indonesia, olahan rendang daging (atau apapun isiannya) hasil karya dari olah cipta, rasa dan karsa masyarakat Minangkabau Sumatera Barat ini, tentu bukanlah sesuatu yang asing. Selain sangat mudah di temui, karena setiap rumah makan Padang yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia selalu menyediakan jenis masakan yang kaya rempah ini dan yang terbaru, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata baru saja menetapkan rendang dan empat jenis masakan lainnya, yaitu soto, nasi goreng, sate dan gado-gado sebagai National Food atau masakan nasional Indonesia.

Sebelumnya, dari ranah internasional. Dipertengahan tahun 2017, grup media internasinal CNN lebih dulu menetapkan rendang sebagai kuliner terlezat di dunia berdasar dari survei yang mereka lakukan kepada 35.000 pembacanya di seluruh dunia.

Selain rendang, dalam urutan 10 teratas jenis makanan paling enak sedunia versi CNN tersebut, juga menempatkan Nasi Goreng diurutan ke-2 disusul berurutan oleh Sushi (Jepang), Tom Yam Goong (Thailand), Pad Thai (Thailand), Som Tam-Papaya Salad (Thailand), Dim Sum (Hongkong), Ramen (Jepang), Bebek Peking (China) dan Kari Masaman (Thailand) di urutan ke-10.

Artinya, cita rasa serta kelezatan rendang tidak hanya sekedar bisa diterima "lidah" dunia internasional tapi sudah diakui sebagai kuliner dengan cita rasa juara.


Diplomasi Rendang

Ketika masyarakat Sumatera Barat memilih rendang sebagai "kode peduli dan empati" mewakili kehadiran mereka di berbagai daerah terdampak bencana alam di Indonesia yang kini menjadi trademark  atau ciri khas dari Masyarakat Sumatera Barat ini tentu bukan tanpa alasan, maksud dan tujuan!

Dimulai dari sumbangan ke daerah bencana tsunami di Aceh 2004 sampai ke bencana kabupaten Lombok Utara yang diguncang gempa bumi berkekuatan 7,0 skala Richter dan berikutnya SiPa Dongga (Kota Sigi, Palu dan Donggala) Sulawesi Tengah dilanda musibah gempa bumi 7,4 scala Richter yang diikuti terjadinya tsunami dan likuifaksi (liquefaction). Inilah inspirasi "nendang" dari diplomasi cantik dari si cita rasa juara, rendang!

Rendang di pilih karena telah dikenal oleh masyarakat Indonesia, tidak hanya sekedar nama dan asal-usulnya semata, tapi juga cita rasanya. Ini penting! Cita rasa "juara" rendang yang relatif bisa diterima oleh lidah seluruh masyarakat Indonesia tentu akan lebih mudah untuk menggugah kembali nafsu makan saudara-saudara kita di daerah terdampak bencana yang sedang "tidak karuan rasa", sehingga dengan bangkitnya nafsu makan diharapkan mereka akan kembali mengasup asupan yang cukup sehingga akan mengembalikan stamina dan semangat untuk terus membangun kembali masa depan.

Selain soal rasa, bahan isian untuk membuat rendang yang umumnya berupa produk hewani seperti daging sapi, ayam, telor, ikan tuna, udang dll sudah barang tentu mempunyai kandungan gizi yang baik  untuk dikonsumsi masyarakat di daerah yang terdampak bencana yang karena situasi dan keadaan biasanya hanya mendapatkan asupan gizi makanan yang sangat terbatas dan tidak berimbang.

Salah satu keunikan sekaligus kelebihan rendang adalah daya tahannya yang bisa sampai 1 bulan, meskipun tanpa bahan pengawet dan perlakuan khusus. Ini sangat penting! Keunikan dan kelebihan ini menjadikan rendang sangat cocok untuk pemenuhan asupan makanan bergizi di tengah-tengah masa tanggap darurat bencana, karena lebih praktis dan tidak merepotkan dan yang terpenting tetap enak, bergizi dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Tidak banyak kuliner olahan yang mempunyai daya tahan lama apalagi sampai 1 bulan tanpa perlakuan khusus.

Rempah-rempah untuk memasak rendang (Foto : databisnisekonomi.com)
Rempah-rempah untuk memasak rendang (Foto : databisnisekonomi.com)
Olahan rendang bisa bertahan lama antara lain karena banyaknya rempah-rempah (total sekitar 16 macam) bahan baku membuat rendang yang fungsinya tidak hanya untuk penguat cita rasa semata tapi juga berfungsi sebagai bahan pengawet alami sekaligus antioksidan.  

Rata-rata rempah yang digunakan masyarakat Minangkabau untuk memasak masakan padang, mempunyai kemampuan menghambat bakteri atau antimikroba dalam mengurai makanan sehingga masakan jauh lebih awet dibanding dengan yang menggunakan rempah sedikit.

Selain karena bahan baku, lamanya proses memasak rendang yang berisi bermacam-macam rempah tersebut juga menjadikannya sebagai pengawet alami.

Jadi, sangat tepat ketika masyarakat Sumatera Barat memilih rendang yang notabene merupakan kuliner juara untuk dikirim kepada saudara-saudara di Lombok dan SiPa Dongga sebagai "kode peduli dan empati" mereka atas musibah bencana yang menimpa, setidaknya selama masa tanggap darurat.

Dengan rendang yang bisa tahan lama, setidaknya akan membantu masyarakat di daerah-daerah terdapak bencana untuk tetap bersemangat memenuhi asupan makanan bergizi tanpa harus direpotkan untuk membuat, mengolah atau sekedar menjaga agar lauk pauk tidak rusak.

Rumah Makan Masakan Padang (Foto : @kaekaha)
Rumah Makan Masakan Padang (Foto : @kaekaha)
Buah Diplomasi Rendang

Dari diplomasi rendang di daerah-daerah terdampak bencana, mungkin tidak ada yang diharapkan oleh masyarakat Sumatera Barat selain saudara-saudara di daerah bencana juga  bisa tetap makan dengan nyaman dan tenang dengan rendang Padang. Karena saya yakin, Masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat  sama seperti masyarakat Indonesia lainnya yang secara tulus dan ikhlas mengirimkan bantuan ke daerah bencana  karena "ikut merasakan sakit" yang dirasakan oleh saudara-saudara kita di daerah bencana.

Tapi, pepatah bijak berkata "Siapa menanam dia akan memetik" atau  "siapa yang menabur makan akan menuai". Meskipun masyarakat Sumatera Barat samasekali tidak berharap apa-apa dari bantuan rendang yang dikirimkan ke berbagai daerah terdampak bencana, tapi hukum alam seperti diskripsi dari pepatah bijak diatas pasti akan tetap berlaku! "Proses biasanya tidak akan mengkhianati hasil!" Inilah buah dari diplomasi rendang.

Tanpa disadari, selain pahala dari Tuhan yang tentunya melihat apa yang dilakukan oleh masyarakat Sumatera Barat, diplomasi rendang di daerah bencana merupakan pembuktian eksistensi sekaligus promosi gratis dari rendang sebagai salah satu hasil olah cipta, rasa dan karsa dari masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Selain itu, sekali lagi  tanpa disadari!

Secara tidak langsung pemberitaan diplomasi rendang di berbagai media merupakan promosi gratis bagi semua rumah makan Padang di seluruh Indonesia dan dunia.

Infografis tentang Rendang (Grafis : goodnewsfromindonesia.com)
Infografis tentang Rendang (Grafis : goodnewsfromindonesia.com)
Ketenaran olahan rendang sebagai produk dari olah cipta, rasa dan karsa dari masyarakat Minangkabau Sumatera Barat, secara khusus tentu akan semakin mendekatkan komunikasi batin antara masyarakat Minang dengan masyarakat daerah-daerah terdampak bencana dan secara umum dengan seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga, pada gilirannya nanti akan tercipta harmoni diantara sesama anak bangsa karena adanya ikatan batin yang kuat yang dibangun dari rendang!

Selain memberi feedback positif untuk rendang dan masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat sendiri, kesuksesan diplomasi rendang di berbagai daerah terdampak bencana tentunya akan  menginspirasi semua elemen bangsa untuk bisa mengikuti jejak masyarakat Minangkabau dan Sumatera Barat  untuk mengeksplorasi berbagai kearifan lokal daerah masing-masing, khusunya untuk kuliner. 

Saya yakin di negeri yang kaya rempah dan mempunyai catatan ragam kuliner terbanyak di dunia seperti Indonesia, masih banyak jenis olahan kuliner daerah yang paling tidak mempunyai ketahanan (syukur-syukur juga kenyamanannya) setara dengan rendang Padang, sehingga suatu saat nanti mungkin juga bisa berdiplomasi di daerah-daerah terdampak bencana.

Paket Rendang yang siap dikirim ke daerah bencana (Foto : republika.co.id)
Paket Rendang yang siap dikirim ke daerah bencana (Foto : republika.co.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun